Cobalah Jangan Mengulang Kata Yang Sama Dua Kali Dalam Satu Paragraf

Ingin menjadi seorang penulis yang kreatif? Mudah kok langkah awalnya. Tidak berat-berat amat (paling tidak begitu kelihatannya yah). Cobalah tidak mengulang kata yang sama dua kali dalam satu paragraf.

Sebanyak mungkin.

Maksudnya, usahakan kalau kata-kata yang dirangkai sebanyak mungkin selalu terdiri dari kata-kata yang berbeda, meski bermakna sama.

Itu saja langkah awalnya.

Mudah?

Membaca teorinya mudah. Kenyataannya, sudah tiga tahun ngeblog, hasilnya saya masih lebih parah dari “keledai yang tidak pernah terperosok di lubang yang sama dua kali”. Masih saja kerap mengulang dua buah kata yang sama dalam satu paragraf.

Padahal kalau hal itu dikerjakan dengan baik, maka :

1. Resiko pembaca merasa bosan akan berkurang

Siapa sih yang senang membaca hal yang sama berulangkali? Tidak ada. Cenderung menghasilkan rasa bosan, walau kecil. Begitu juga dalam membaca sebuah tulisan.

Apabila kata yang sama diulang terlalu sering, hasilnya “secara tak sadar” tulisan itu akan terasa membosankan. Semakin bervariasi kata yang dipergunakan, semakin kecil resikonya.

2. Perbendaharaan kata bertambah

Perbendaharaan kata itu penting, bagi penulis. Oleh karena itu, maka harus terus dicari, dicari, dan dicari.

Prinsip orang serakah “semakin banyak semakin bagus” berlaku disini.

Hal itu hanya bisa dilakukan ketika seorang penulis mau terus mengasah diri dan menghapal kata-kata secara rutin dan terus menerus.

Dengan mencoba menghindari penggunaan kata yang sama sebanyak dua kali, otak akan terus dipaksa bekerja mencarikan sinonimnya. Otomatis juga, kata-kata itu akan terekam dalam benak kita.

3. Melatih kreatifitas

Menulis adalah tentang menjadi kreatif.

Jadi, penulis dipepet untuk terus mengembangkan kreatifitasnya. Tanpa itu bisa menyebabkan dirinya stagnan dan tidak berkembang, bantat kata kerennya.

Sepertinya, tidak menggunakan dua kata yang sama dalam satu paragraf langkah kecil, tetapi disini penulsi dituntut menjadi kreatif. Setiap kata pasti punya 2-3 bahkan 10 padanan kata.

Contoh kata sinonim. Artinya bisa bermakna padanan kata = kata yang sama = kata yang tidak berbeda = persamaan kata, dan masih banyak lagi yang lain.

Kalau semua itu dipakai, maka tidak akan ditemukan kata sinonim dipakai berulang-ulang dan membuat jenuh yang membaca.

Sederhana sekali kan tipsnya.

Yang menjadi masalah utama adalah rasa malas dan mau gampang. Tidak mau capek.

Kalau ingetnya itu, ya itu terus yang dipakai. Padahal, sebuah kata yang paling sering diulang, secara otomatis ia akan muncul di kepala paling pertama. Jeleknya lagi, kalau sudah begitu kata itu langsung dipakai. Ditambah rasa malas mencari

Yo wis. Lengkap sudah. Kata yang sama akan terus dipakai berulang-ulang karena otak menyuruhnya demikian. Alhasil, jadilah seorang penulis tidak kreatif.

Bukan sesuatu yang mudah untuk dilakukan dan akan memakan waktu lama membiasakan diri mencoba menghilangkan penggunaan kata yang sama dalam satu paragraf. Tiga tahun sudah berlalu, dan menyebalkannya, saya masih kalah dari keledai.

Masih saja ada kata yang sama dalam satu paragraf.

4 thoughts on “Cobalah Jangan Mengulang Kata Yang Sama Dua Kali Dalam Satu Paragraf”

  1. Ketika membaca tulisan ini, maka kosakata yg paling banyak muncul adalah "kata" itu sendiri, hehe.

    Usul yang bagus, tapi perlu kreatifitas lebih. Perbendaharaan kata akan meningkat untuk orang yang senang membaca, bagi saya membaca novel adalah salah satunya. Elok sekali susunan kalimatnya.

    Kalau ditempat kami "bantat" adalah istilah untuk kue bolu yang gagal jadi, karena tidak mengembang. Maknanya kurang lebih sama.

    Reply
    • Bentul sekali.. membaca novel atau buku itu akan menambah perbendaharaan kata dan akhirnya bisa membantu saat menulis.

      Bantat disini juga sama…. kue yang tidak ngembang

      Reply
  2. Betul pak kadang saya juga nemuin hal yang sama waktu nulis. Kata-kata yang sama dalam satu paragraf.

    Saya harus berpikir cari sinonimnya maksudnya biar ada variasi.

    Tapi masih suka kecolongan.

    Oh ya pak. saya mendapat kritik dari teman di postingan hari ini.
    Katanya ada kata yang masih rancu. Seperti "aja" katanya sebaiknya di ganti dengan "saja".
    Dan gaya bahasa saya campur aduk.

    Dia bilang kalo mau santai ya santai. Kalau mau formal ya formal.
    Piye Iki pak.?

    Catatan : Teman saya itu doyan baca tapi gak suka nulis.

    Reply
    • Soal dikritik : Coba tanyakan kepada diri sendiri, Mas Andi menulis untuk "siapa"? Apakah untuk yang mengkritik atau untuk "siapa"? Nanti akan ketemu jawabannya harus bagaimana.

      Seseorang yang doyan baca memang akan terbiasa menilai cara penulisan. Cuma, kalau ada ribuan orang yang doyan baca, bisakah kita mengikuti semua kemauan mereka?

      Reply

Leave a Comment