Tentang Masa Depan

Keleyengan. Puyeng.

Saking pusingnya, saya kadang berpikir kalau anak-anak muda zaman sekarang itu senang melihat kepala orang tua ngebul berasap . Contohnya, seperti Lia, si Pemimpi dari Words Of The Dreamer, dia sepertinya suka sekali membuat mesin otak saya overheat.

Ajakannya untuk menerbitkan tulisan kolaborasi 3 orang, bersama dengan Creameno pada akhirnya lah yang membuat kepala saya ngebul. Padahal, waktu yang diberikan lumayan lama, hampir dua minggu, tetapi sampai menjelang deadline, draft tulisan selalu mentok pada paragraf 3-4 saja. Jarang lebih dari itu.

Bingung. Pakai banget.

Masalah utamanya ada pada topiknya sendiri. Yah, kalau bagi banyak orang mungkin sesuatu yang ringan, tetapi bagi seorang yang sudah berusia 50 tahun, pertanyaan itu justru menjadi luar biasa berat.

Topik yang harus dibahas adalah terkait dengan masa depan dan persiapan untuk menghadapinya.

Kok berat? Bukankah seharusnya ringan? Mudah sekali kan? Apalagi sudah banyak sekali teori bertebaran tentang bagaimana cara mempersiapkan masa depan dengan “baik” dan “benar”.

Yah, kalau saya masih berusia 25 tahun rasanya berbeda, tetapi saya sudah 50 tahun. Pada usia segini, walau umur bukanlah wilayah manusia untuk menentukan, masa depan yang tergambar di depan mata saya adalah tanah berukuran 2M X 1M, tempat jenazah saya akan dimakamkan.

Suram banget yah, tetapi itu memang sebuah kepastian yang semakin mendekat. Saya sudah di “masa depan” dan sudah mendekati garis akhir.

Nah, tidak mungkin dong saya menyarankan kepada pembaca supaya segera membooking tanah pemakaman. Pasti akan aneh sekali rasanya.

Jadi, daripada tidak bisa setor tulisan sama sekali, saya memutuskan untuk agak menyimpang sedikit, saya menengok ke “belakang” dan bukan memandang ke depan. Memang , itu masa lalu saya, tetapi siapa tahu ada yang bisa memanfaatkannya untuk masa depannya.

Hasil dari menengok ke masa lalu itu, saya menemukan ada 3 hal yang sebaiknya diperhatikan dan dipersiapkan terkait “masa depan”. Saya coba uraikan di bawah ini.

Expect the unexpected

Masa depan itu bukan sesuatu yang pasti. Seberapapun manusia berusaha untuk merencanakan untuk memastikan jalan yang hendak ditempuhnya, bersiaplah menghadapi hal yang tidak terduga. Hampir tidak ada manusia yang 100% berhasil menempuh jalan hidup sesuai yang dikehendakinya.

Siapa menyangka saya menjadi seorang blogger? Padahal, saya tidak pernah memasukkannya dalam rencana hidup 25 tahun yang lalu. Siapa sangka pandemi Corona terjadi sepanjang tahun 2020, padahal tahun ini saya berharap bisa melihat si Kribo cilik berangkat kuliah untuk pertama kalinya.

Hidup punya jalannya sendiri yang tidak bisa ditentukan oleh manusia.

Tentu saja, bukan berarti manusia tidak boleh berencana. Tetap buat rencana, upayakan agar rencana itu berjalan dengan baik dan akhirnya tujuan bisa tercapai. Tapi, jangan pernah berpikir semua akan mulus dan sesuai rencana yang kita buat.

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan.

Expect the unexpected. Bersiaplah untuk menghadapi yang tidak terduga karena hal itu akan selalu terjadi.

Jangan pernah berhenti belajar

Gelar apa yang sudah Kawan MM punya? Sarjana, master, doktor? Bagus. Kemudian, sudah Kawan tambahkan pengetahuan dengan berbagai literatur berisi teori-teori kehidupan dari orang-orang ahli (atau mengaku ahli)? Sudah? Bagus sekali!

Tapi, kalau Kawan merasa hal itu sudah cukup? Berarti Kawan masih “mentah”. SALAH BESAR! Semua hal itu tidak akan cukup menghadapi berbagai masalah yang timbul dalam “perjalanan hidup” Kawan semua.

Sebanyak apapun ilmu seorang manusia, tidak akan pernah cukup untuk bisa dipakai mengantisipasi apa yang mungkin terjadi esok, lusa, tahun depan, atau dengan kata lain masa depan. Tapi, hal itu bisa membantu mempersiapkan diri agar tetap tenang dalam menghadapi berbagai hal yang mungkin timbul.

Semakin banyak ilmu dan pengalaman yang dimiliki seseorang, biasanya ia akan semakin tenang dalam menghadapi gejolak dan masalah dalam kehidupan. Ia akan bisa menemukan solusi dan bukan menambah besar ketidakpastian.

Seberapa banyak? Tidak tahu. Batasannya tidak ada tentang berapa banyak pengetahuan yang harus kita miliki. Dunia terus berkembang dan berubah setiap waktu. Selalu saja ada pengetahuan yang akan menjadi usang dan tidak berguna yang harus selalu digantikan dengan pengetahuan baru.

Jadi, persiapkan diri untuk menjadi seorang “pelajar” seumur hidup. Bersiap untuk “belajar” terus menerus agar kita selalu siap menghadapi ketidakpastian.

Bukan berarti harus sekolah terus sampai tingkat S20. Tidak ada guna hanya sekedar menelan teori dari buku. Hidup itu nyata, bukan teori.

Lihat kehidupan di sekeliling, pelajari apa yang ada di sana. Hidup dan kehidupan adalah “buku besar” yang merupakan asal semua teori di dunia. Bukan sebaliknya.

Jalani jatuh bangun karena dengan begitu Kawan akan menambah pengalaman dan semakin kuat. Pengalaman itu sangat mahal harganya, dan itulah yang membedakan antara seorang newbie dan seorang senior.

Belajar dari siapapun dan jangan hanya pada mereka yang memiliki gelar, lihat isi dan bukan wadah. Pakai prinsip, “mutiara meski keluar dari mulut anjing sekalipun, tetap mutiara”.

Jangan jadi penelan teori. Teori yang Anda telan adalah hasil pengamatan, pengalaman, pandangan dari orang lain yang kondisi dan situasinya tidak sama dengan Anda. Buat teori sendiri dari pengalaman sendiri, dan kemudian pakai untuk diri sendiri. Bagikan kalau Anda mau, tetapi yang terpenting pakai untuk diri sendiri.

Jangan kaku pada teori tertentu karena hidup itu tidak statis.

Jangan pernah merasa cukup dengan apa yang sudah Anda ketahui. Gali dan belajar lebih banyak lagi, dari siapapun, dimanapun, dan dengan cara apapun.

Pokoknya, jangan pernah berhenti belajar karena bila itu terjadi, kehidupan akan menampar Anda dengan keras sekali.

Masa depan dimulai hari ini

Sudah punya rencana untuk masa depan ? Bagus sekali. Sudah pula bersiap untuk terus belajar? Luar biasa.

Tinggal satu lagi yang harus dilakukan. Jalani dan nikmati hari ini. Live your life at the fullest.

Percuma saja bersiap berencana untuk “berbahagia” di masa depan, tetapi tidak merasa bahagia hari ini. Masa depan bukanlah sesuatu yang pasti dan kebahagiaan yang direncanakan juga belum tentu terealisasi. Lalu, kenapa harus menunggu yang tidak pasti dan melupakan yang ada di depan mata?

Jangan sampai sibuk berencana berbahagia di masa depan, tetapi tidak punya waktu untuk berbahagia di hari. Jika hal ini terjadi, maka tidak ada gunanya semua rencana tentang masa depan.

Nikmati hidup hari ini, jalani jatuh bangunnya, sambil tetap berusaha membangun masa depan yang diimpikan.

Berbahagialah dengan orang-orang tercinta “hari ini” bukan besok atau lusa. karena bisa saja, besok atau lusa, Anda atau dia sudah tidak ada di dunia lagi.

Karena sebenarnya, masa depan itu sudah dimulai hari ini dan masa depan yang direncanakan itu mungkin tidak akan pernah ada.

♣♣♣♣

Yah, saya akhirnya menyadari sangat tidak mungkin memberikan saran persiapan terkait masa depan versi saya. Pastinya akan berbeda dengan generasi millenial atau yang lebih muda.

Mau tidak mau, sebagai seorang tua, saya akan lebih banyak menoleh ke belakang dibandingkan ke masa depan karena masa depan yang terlihat di mata seorang tua sudah terlalu jelas ujungnya.

Tidak lagi menyenangkan, tidak ada lagi excitement, dan sering menakutkan.

Nah, untuk Kawan MM yang sedang benar-benar merencanakan masa depan, ada dua tulisan menarik dari Creameno tentang hubungan (relationship) dalam tulisan THE RIGHT PERSON dan Lia si Peri Pemimpi yang mengulas tentang perencanaan keuangan dalam LIFE TAUGHT ME.

Pastinya lebih menarik dibandingkan membaca celotehan seorang manusia tua.

50 thoughts on “Tentang Masa Depan”

  1. Tulisan yang ok banget.

    Saya nggak tahu sdh brp kali menyinggung soal usia dan saya jujur terkejut dg ucapan ttg bgmn masa depan dlm bayangan mas.

    Jadi seperti ada pertentangan kuat didalam tulisan ini…

    Di sekitar saya ada kawan2 yg usianya sdh 70 tahun tapi hebatnya masih berpikir plan kedepannya mau ngapain saja 😫..dan ketika saya bilang merasa sdh tua utk begini dan begitu yg ada sy diketawain. Memang ada keterbatasan2 yg perlu disesuaikan tapi ya fleksibilitas harus kita yg menciptakan…

    Kalau istilah hidup dimulai saat 40 tahun berarti 50 tahun baru 10 tahun saja dr usia kehidupan…

    Betul umur tdk ada yg tahu, tapi itu juga berlaku utk segala usia sebenarnya 😊

    Mentally, kita setua yg kita pikirkan…

    Semangat menulis Mas Anton, mbak Lia dan mbak Eno..

    Reply
    • Ada satu alasan kenapa saya senang “berantem” dengan dikau Pheb, kadang dikau mencari yang “tersirat” dan bukan cuma yang “tersurat”. Hahahahaha…

      Saya memandangnya sebagai sebuah “penerimaan”. Pada waktu muda, berapa kalipun mendengar ceramah soal umur tidak bisa dipastikan, saya cueks sekali. Dan, saya pikir kebanyakan anak muda bakalan begitu (walau mereka akan mengatakan persis seperti yang Phebie katakan, masalah umur berlaku untuk semua, tetapi kenyataannya, pikiran itu jarang masuk dalam perhitungan masa depan versi anak muda). Tetapi, begitu dikau menginjak usia tua, banyak fakta dan pertanyaan baru akan timbul, termasuk, “sampai kapan”.

      Pertanyaan yang tidak bisa saya jawab, tetapi saya menyadari berdasarkan keumuman, ada batasan usia manusia kebanyakan. 60, 70, 80, tidak tahu pasti, tetapi waktu itu semakin mendekat. Itu masa depan yang pasti akan segera datang.

      Tidak berarti bahwa saya merencanakan kehidupan saya hanya terfokus pada 2m x 1m saja. Tetap banyak rencana dan planning yang dibuat. Hanya kali ini dengan kesadaran penuh bahwa waktu saya semakin terbatas. Tidak berarti hanya akan menanti datangnya waktu itu.

      Cuma, pandangan itu kalau dijadikan saran akan tidak pas dengan pola pikir kaum muda, seperti saya dulu yang tidak berpikir ke masalah “masa depan” versi itu.

      I dont buy “life begins at 40”. Kehidupan tetap dimulai sejak seorang manusia lahir. Buat saya itu mah bullshit saja, usaha manusia membenarkan ketidakmampuannya untuk menikmati hidup.. hahahahaha πŸ˜€

      Kalau secara mental, yap saya sepakat, tetapi secara fisik, tidak. Manusia tua punya kelemahan banyak dan hal itu membangkitkan kesadaran tentang “masa depan”.

      Semangat juga ya Pheb…dan jangan malas berantem sama saya yah.. hahahahahaha

      Reply
      • Eh.. terima kasih 😢

        Hahaha kenapa anggap sebuah diskusi normal adalah “berantem”.πŸ˜… Menarik sekali pandangan mas. Banyak nemu istilah2 gahar kolong jembatan, Ronin, teman berantem, dsb.

        Tapi saya sama sekali nggak merasa mas Anton sbg teman berantem loh. Karena kategori berantem buat saya itu sangat berbeda.

        Mungkin malah saya perlu belajar branding di internet dari mas.

        Menambahkan saja istilah life begin at forty mksdnya bukan physically baru lahir saat 40 tahunπŸ˜ƒ, lebih ke kematangan sikap serta perilaku.

        Berantem itu nggak baik masπŸ˜… haha.

        Kalau diskusi ya siapa saja boleh selama diskusinya bukan di blog sendiri-sendiri, bukan di tempat org lain.😁😁

      • Wakakakaka… kalau saya memakai istilah “berantem” = have fun karena saya suka brainstorming Pheb. Cuma memang kalau dalam bentuk tulisan akan terlihat seperti “berantem” (seperti yang diungkapkan banyak kawan blogger kalau kita “berantem”). Padahal wat saya mah benar-benar fun.. hahahaha.. saya enjoy.. Saya juga banyak belajar dari Pheb .. banyak sisi yang kadang terlewat seperti diingatkan kembali.

        Kalau berantem bener mah ya beda saya juga.. hahaha bahkan sebenarnya kalau di blog mah, wat saya boro-boro berantem loh.. wakakakak.. cuma yo wis, saya pakai istilah itu saja wat “diskusi” dan “have fun”

        Iyah.. wakakakakak understood. But kupikir, masalah mentally, seperti yang Phebie sudah bilang tidak selalu paralel dengan pertambahan umur. Anak masa kini terasa lebih dewasa dibandingkan anak-anak di masa saya.

        Waahh.. padahal seru kan diskusi di blog orang lain.. justru membuat tempat yang dikunjungi ramai dan seru…

  2. Akhirnya aku sampai juga di tempatnya Mas Anton.

    Aku kayak menemukan jawaban Mas, jawaban kenapa orang-orang besar itu berani mengambil resiko di postingan ini. Ternyata karena orang-orang ini tidak berhenti belajar, dan aku seperti dapat semangat untuk ikut belajar terus. Mungkin bahasa kerennya, investasi pada diri sendiri.

    Terima kasih atas postingannya Mas Anton!
    Btw, I didn’t expect that you are 50 yo, kek masih muda aja gitu πŸ˜†

    Reply
    • Silakan masuk ke dalam Pit.. langsung bikin kopi sendiri yah…

      Iyah kebanyakan orang besar memang tidak berhenti belajar dan berpikir. Dan, saya pikir, walau saya cuma orang kecil, saya tetap harus belajar terus untuk memenuhi kodrat saya sebagai manusia.. hahahahaha

      Makasih kembali sudah datang ke sini Pit.. nggak jauh kan jalannya..

      #bales gombalin yah.. wakakakakak

      Reply
  3. Live in the moment itu bener banget deh. Karena saya merasa orang-orang zaman dulu terlalu sibuk menyiapkan masa depan dan lupa untuk menjalani hari ini.

    Kalau dengar beberapa kenalan yang cerita orangtuanya sekarang ngerasa kesepian ditinggal anak tuh agak sedih. Padahal menurut saya yang namanya menikah berarti ya harus siap hidup berdua aja dengan pasangan sampai akhir hayat. Sayangnya, saat sibuk menyiapkan masa depan anak-anak, mereka lupa untuk menikmati waktu berdua aja. Jadilah sekarang merasa nggak bisa apa-apa tanpa anak.

    Saya dulu termasuk yang sering mengkhawatirkan masa depan, tapi sekarang dibawa enjoy aja dehh. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari hahaha

    Terima kasih untuk wejangannya, Mas Anton! Jangan kapok dibuat overheat sama Lia ya 🀣

    Reply
    • Beneeerrrr banget Jane….. Ketika menikah, ya tujuannya adalah hidup “berdua” jadi harus dinikmati berdua juga. Anak merupakan bonus bagi kita dan suatu waktu dia juga akan pergi menjalani hidupnya. Prinsipnya kan niat hidup berdua sampai akhir hayat, jadi ya memang harus dinikmati berdua juga…

      Saya juga pernah lah begitu Jane, tapi akhirnya malah kita tidak bisa menikmati hidup kita dan terbebani dengan kekhawatiran pada sesuatu yang belum jelas.. Nikmati hidupmu Jane…

      Makasih kembali sudah membaca Jane… Ntar saya jitak dulu tuh si peri kecil itu, ngasih tema kok bikin ngebul.. wakakakak

      Reply
  4. Tulisan ini menarik pak. Nikmati hidupmu saat ini, karena masa depan yang kau rencanakan belum tentu datang. Aku pun dari dulu cenderung “takut” bermimpi soal masa depan. Buatku, Tuhan punya rencana yang jauh lebih indah daripada rencana aku sendiri. Jadi, ya jalanin aja.
    Ya meski prinsip jalani aja ini buat sebagian orang nggak banget. Ikan yang berenang mengikuti arus biasanya akan mati. Tapi yah, aku belajar untuk menikmati momen dari hari ke hari, dan sekarang sedang belajar gimana caranya untuk life to the fullest sambil terus bersyukur. Kadang kalo mikir masa depan suka khawatir dan buat aku khawatir itu berarti meragukan Tuhan. Duh, serem kan.

    Reply
    • Aaahh bener banget itu Din… Tuhan pasti punya rencana yang lebih baik dari yang kita rencanakan.

      Hidupmu adalah hidupmu Din. Jangan biarkan orang lain mempengaruhi dirimu. Nikmati setiap momen dan bersyukur atas semuanya Din…

      Makasih sudah berkunjung dan membaca tulisan ini Din..

      Reply
  5. Mas Anton… Makasih atas tulisan iniii. Aku ijin capture beberapa bagian tulisannya utk dikirim ke adikku yaaa.

    Pas banget tadi kami berdua baru membahas mengenai masa depan. Td adikku tiba2 ngobrolin tentang tahun depan dimana dia berusia 25 th. Dia ngerasa hidupnya gini2 aja dan khwatir taun depan di usia seperempat abad apa yg bisa dia lakukan.

    Baca tulisan Mas Anton ini sangat relate dengan struggle yg dia alami. Setuju sama kalimat Mas, “masa depan itu sudah dimulai hari ini dan masa depan yang direncanakan itu mungkin tidak akan pernah ada.”

    Makasihhh atas tulisaaan ini Mas. Karena ini berlaku juga untuk aku yg baru “terlahir kembali” dr dukacita. Aku dapat insight dari tulisan ini 😊

    Reply
    • Hahahaha.. Makasih kembali. Silakan ambil yang bisa dimanfaatkan. Dengan senang hati.

      Owww…..Tidak mengapa punya struggle seperti itu karena setiap manusia rasanya pasti pernah melewati fase itu. Jadi, saya hanya bisa bilang, jalani dan nikmati. Tidak perlu berpikir terlalu jauh karena sering kita lupa pada yang di depan mata.

      Iya Dev, terus terang senang membaca bahwa Dev sudah bangkit kembali. Selamat terlahir kembali Dev. Welcome back.

      Reply
  6. Kak Anton, terima kasih banyak ya udah mau dibuat ngebul kepalanya sama aku!! Semoga nggak kapok dibuat ngebul lagi kedepannya 😝😝😝

    Mohon maaf aku ngakak di kalimat nyuruh booking tanah 2*1M 🀣 kok harusnya suram malah aku ketawain #geleng2kepala

    Tulisan Kak Anton bagus bangettt! 😭😭😭 Aku suka dan setuju dengan prinsip live your life at the fullest! Semoga kita semua selagi diberikan kesempatan, bisa menjalani dengan sepenuhnya. Sungguh celotehan yang “daging” banget ini, Kak. Terima kasih banyak atas remindernya πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»πŸ™πŸ»

    Reply
    • Liaaa.. makasih yah sudah diajak kolaborasi. Terus terang ngebul memang kepala, tetapi, bukankah Lia tahu saya malah senang yang seperti itu… Hahaha.. Nggak akan kapok, asal Lia saja nggak kapok ngajak.

      Bagus, karena bagian itu sebenarnya “nyentil”, tapi tidak terlalu serius dan bahkan kalau bisa mengundang senyum juga…

      Nikmati setiap waktu yang diberikan Tuhan kepada kita Li… karena waktu-waktu itu sangat berharga dan harus dinikmati.

      Terima kasih sama-sama Kakak Peri…

      Reply
      • I know, Kak Anton kalau yang bikin ngebul dan ngajak “berantem” pasti senang dan langsung disambut dengan semangat 🀣
        Sangat tidak kapok~ aku senang bisa collab dengan Kakak karena sangat fun!
        Semoga bisa ada collab lainnya dengan Kak Anton 😁

  7. sampe sekarang aku masih berusaha untuk terus belajar, apapun itu, haus akan ilmu gitu ceritanya
    kalau aku ditanya 25 tahun kedepan bagaimana hidupku, waduh ini sulit menurutku, kalau aku maunya hidup enak, financial oke, bahagia kanan kiri. Masalahnya aku saat ini hanya berusaha dulu aja supaya (syukur-syukur tercapai) 25 tahun ke depan sesuai yang aku harapkan
    jalani dan nikmati hari ini, setujuuuu
    kerjakan yang bisa aku kerjakan hari ini dan bersyukur akan hasilnya, mau enak atau ga enak, pasti ada dua pilihan ini

    Reply
    • Betul Ainun, belajar itu menyenangkan dan sebenarnya memang kodrat manusia untuk terus belajar. Jadi, lanjutkan ya Nun…

      Ah, saya sendiri tidak tahu besok bakalan seperti apa. Kenapa harus berusaha memikirkan 25 tahun lagi. Berusaha yang terbaik hari ini, jalani, nikmati.

      Iya kan?

      Betul sekali, kerjakan dan bersyukur. Terkadang kita lupa bersyukur karena keasyikan mengutak atik rencana masa depan..

      Reply
  8. Masa depan itu katanya adalah buah dari apa yang kita kerjakan masa kini, itu kata-kata yang paling saya ingat dari financial advisor, mas πŸ˜† Yang mana saya pegang prinsip itu untuk keep going and keep giving my best, for my present time hehehehehehe ~

    Namuuuun, nggak lupa untuk mindful. Yaitu dengan enjoy the moments. Sambil doing what we should do πŸ˜† Makanya meski kadang capek banget, saya tetap suka buka blog, disempati menulis, bukan karena terpaksa tapi karena saya suka dan blog itu salah satu tempat healing buat saya πŸ˜‹ Tempat di mana saya bisa enjoy some of moments juga, dan menjadi penyimpan kenangan πŸ˜‚

    Semoga sebelum saya sentuh usia 50 tahun, saya bisa menerapkan ilmu-ilmu positif yang cocok dengan saya dari apa yang mas Anton bagikan 😍 Thank you mas, sudah berbagi pengalaman~

    Reply
    • Yup Eno, saya setuju sekali bahwa masa depan dibangun hari ini. Cant agree more.

      Nah, betul juga karena sayang waktu yang terlewat kan tidak akan kembali.

      Dan, saya senang mendengarnya Eno karena saya pikir pada saat Eno seusia saya, Eno bisa menjadi blogger yang jauh lebih baik daripada saya. Mudah-mudahan saja saya masih bisa diberi kesempatan melihat bahwa kata-kata saya tidak salah…

      Makasih kembali Eno untuk semua inspirasinya dan pembelajarannya.

      Reply
  9. wuih mantap sedang collab collaban juga ni ceritanya hehe…ciri khas pak anton kalau nempel seringnya dengan mba creameno dan word of dreamer hihi…keren keren!! #nempel saling ngelink kamsud ai hahhaha

    pembahasan yang cukup berat tapi ya ga berat juga asal enjoy dijalani πŸ™‚ memang hidup di dunia ini amatlah singkat…jadi sebisa mungkin dimaksimalkan dengan yang sebaik baiknya

    istilahe my partner in crime (eh my partner in live utawa husband saya) opo sing mbok piker ra sah terlalu adoh, jalani aja apa yang ada sekarang.
    terlalu jauh mikir ke depan juga malah bikin puyeng pala kan…jadi kuncinya itu enjoyyyy aja #uda kayak bunyi iklan rokok brand sebelah wkwkkw

    enjoy dalam artian, siap bergelut dengan suka dan duka yang ada πŸ˜„

    Reply
    • Tadinya pengen “nempel” juga sama Mbah Mbul, cuma undangan collabnya tak kunjung datang #hiks lari ke atap genteng..

      Bener banget kata pak su. Berpikir terlalu jauh sering justru membuat kepala puyeng tujuh keliling.

      Interpretasinya sama kok Mbul. Enjoy dalam artian menerima segala yang terjadi dan menjalaninya…hahahaha..

      Reply
  10. Kalo soal masa depan sejujurnya aku tidak terlalu merencanakan, mau jadi apa atau ada target apa belum ditentukan, padahal itu penting ya pak biar ada semangat untuk mencapainya. Entahlah, hidup dijalani apa adanya saja.

    Masa depan memang tidak pasti, tak ada yang menyangka kalo tahun ini akan ada pandemi Corona yang mengacaukan kehidupan, yang kerja jadi berhenti atau kena PHK atau pemotongan gaji seperti teman saya yang dalam sebulan cuma masuk dua Minggu, yang dagang jadi ikutan sepi karena banyak orang yang ngirit. Yang ramai mungkin yang jualan masker sama hand sanitizer kali ya pak.πŸ˜…

    Hidup ini memang terus belajar, tak cukup hanya sekolah saja. Pengalaman adalah guru yang terbaik. Makanya ada orang yang suka cewek berpengalaman, contohnya teman saya masih bujangan, dia lebih pilih janda karena lebih pengalaman katanya eh ~

    Reply
    • Bagian akhir dulu : nggak berani ngomong takut ada Satpam Mbul sedang berpatroli, saya isa dipentung..

      Saya tidak berencana banyak mas. Tidak punya juga harapan berlebihan. Saya hanya targetnya sekarang memepersiapkan diri buat pensiun sekitar 5-6 tahun lagi. Mau tidak mau sih karena aturannya kan gitu, jadi saya harus bersiap supaya tetap bisa mandiri saat masa pensiun itu datang.

      Jualan masker dan hand sanitizer juga tidak mudah mas di masa sekarang karena semua orang melakukannya dan jumlahnya luar biasa banyak.. saingan luar biasa.. pasti berat

      Reply
  11. Masa Depan….Kaya film zaman TVRI “Rumah Masa Depan”..😁😁

    Masa depan… Setiap manusia yang dilahirkan kebumi tentunya akan ada masa depannya seperti apa tidak tahu… Setiap punya cara dan jalur yang berbeda-beda.😊

    Semakin menua hidup kita, semakin mudah kita menjadi khawatir, semakin sulit bagi kita mengubah pikiran dan sikap yang telah kita bentuk. Kebiasaan/rutinitas sehari-hari begitu sulit diubah, sehingga mustahil rasanya untuk membuat perubahan yang berarti. Bahkan sesimpel istirahat dari rutinitas dapat membuat pikiran gelisah tak menentu….Hingga terkadang Kita selalu berpikir bahwa masa lalu rasanya lebih indah, kita tidak akan sebahagia saat kita masih kecil, kita tidak akan seimajinatif waktu kita masih anak-anak, kita tidak akan bisa bersenang-senang seperti dulu, dan apa yang kita lakukan hanyalah khawatir dan khawatir akan masa depan.😊

    Khawatirlah jika kita memang khawatir….Takutlah jika kita memang takut….Tidak ada yang salah dengan semua itu. Kita semua pasti pernah takut/khawatir akan masa depan. Merasa tersesat dan tidak tahu harus berbuat apa..

    Sebagai contoh…jika berhasil maka kita berada dijalan yang benar, Jika gagal orang-orang akan bilang kita tersesat. Padahal sebenarnya kita semua tersesat menuju masa depan yang tidak pasti. Dunia selalu berputar, Kita semua yang sedang berada dibawah sekarang mungkin akan berada diatas beberapa tahun kedepan, Begitu pula sebaliknya.

    Mengapa khawatir dan takut menatap masa depan?

    Biasanya hal ini bisa jadi disebabkan karena banyak dan beratnya beban kehidupan yang harus ia pikul. Selain itu, banyaknya permasalahan yang tak kunjung selesai; lepas satu masalah muncul puluhan bahkan ratusan masalah lainnya.

    Masa depan sebenarnya adalah akhirat. Masa depan adalah perkara ghaib dan hanya Tuhan yang Maha Esa saja yang mengetahuinya. Karena masa depan adalah perkara ghaib, maka tak pantas bagi seorang meramal apa yang akan terjadi pada masa depannya atau masa depan orang lain…

    Dan inti dari semuanya…Berusahalah demi masa depan meski kita tidak tahu akan seperti apa nantinya karena masa depan adalah sebuah kemungkinan, Dan kita sendirilah yang memilih untuk mewujudkannya dalam kehidupan ini..😊

    Gitu kali yee kong ….Tahu dah..πŸšΆβ€β™€οΈπŸšΆβ€β™€οΈπŸšΆβ€β™€οΈ

    Reply
    • S#Ternganga sampai iler menetes.. Terpana

      Hahahaha.. akhirnya berubah juga Satria Salju menjadi Ustadz Dahlan Satriadi. Lama saya memperhatikan dan selalu berpikir bahwa logika dan caramu berpikir itu dewasa banget. Cuma kadang ditutupi dengan .. Beehaa… dan Suwee…

      Komentar di atas menunjukkan ada “wajah” sebenarnya di balik topeng tukang bercanda… Wajah bijak Kang Sat.

      #angkat topi untuk komentar di atas Kang.. You got my respect

      Reply
  12. saya setuju banget sama tulisan ini
    manusia memang pembelajar abadi
    daaan saya paling suka kalimat ‘jangan hanya menelan teori’
    karena belajar dari teori dan pengalaman itu rasanya beda banget
    lebih nancep yang pengalaman 🀣

    makaish tulisannya om. ini jadi reminder saya banget~

    Reply
  13. Perspektif yang menarik mas Anton. Saya sendiri punya prinsip 90% rencana yang kita buat pasti berhasil, hanya tidak tahu kapan dan caranya seperti apa. 10% nya adalah keraguan yang akan saya simpan untuk melindungi diri saya dari perasaan kecewa.

    Iya, sayapun kembali berkaca, kayaknya terlalu banyak mendengar kata orang sampai saya sadar dunia ini adalah praktek. Sama ketika saya tahu teori tendangan pisang dalam sepak bola bukan berarti saya akan bisa kalau tidak mencoba.

    Tulisan yang menarik. Apalagi, saya sudah baca ketiganya. Tulisan mas Anton semacam pelengkap dari semuanya. Kak Lia bahas keuangan, kak Eno bahas tentang pasangan, mas Anton bahas tentang evaluasi masa depannya. Trilogi yang komplit.

    Reply
    • Sikap optimis yang baik sekali mas.. Perlu dalam menghadapi hidup.

      Betul sekali mas, kita tidak jadi Maradona hanya karena membaca buku tentang teori sepakbola…

      Terus terang mas, mata mas jeli bisa menangkap peran masing-masing dari kolabs ini. Salut euy..

      Reply
  14. Waah tulisan yang bikin merenung Mas Anton, wajar aja nulisnya sampai otak ngebul *lirik Lia yang bikin otaknya Mas Anton ngebul wkwk*

    Suka banget bagian “live at the moment” karena banyak orang yang terlalu merencanakan masa depan sampai ga sempat menikmati hidupnya yang sekarang. Tapi balik lagi, kalo kita terlalu fokus sama masa sekarang dan enggak memikirkan masa depan sama sekali juga ga bagus. Tapi jujur sih aku sendiri bukan orang yang spesifik nyusun rencana. Banyakan ah gimana nantinya aja πŸ˜‚

    Oh ya bagian semakin tua, masa depan terlihat sudah semakin jelas itu juga cukup menohok sih.. Jadi inget Ibu suka ngomong nyerempet gitu juga huhu.

    Reply
    • #Kayaknya Lia memang harus dijitak yah.. wakakakakakakak

      Keseimbangan kuncinya Eya. Berpikir masa depan tidak salah, tetapi tidak boleh 100% karena masa depan dibangun hari ini. Kompromi antara keduanya. Porsinya tergantung pribadi masing-masing dan tidak akan sama.

      Saya sendiri tidak spesifik Eya. Punya rencana yah, tetapi tidak mendetail karena kalau begitu saya berasumsi dan biasanya rentan salah. Juga, saya ingin menikmati hari ini..

      Tidak terhindarkan Eya. Waktu muda, saya tidak berpikir begitu, tetapi semakin tua, kesadaran muncul tentang hal yang satu itu. Mamanya Eya pasti memiliki kesadaran yang sama.. Itu bagian kehidupan Eya

      Reply
  15. kenapa kalian bertiga berkonspirasi menulis tema yang sangat bagus ini..?hahahahaa

    hidup untuk hari ini rasanya memang terdengar mudah, tapi cukup sulit untuk diterapkan. Alih-alih menikmati hari ini, banyak dari kami malah mengkhawatirkan masa depan. Lupa bersyukur dengan apa yang didapat di hari ini. Malah mementingkan apa yang belum terjadi.

    aku pun juga masih belajar dan berusaha untuk menikmati dan hidup untuk hari ini, dan menerima apa yang telah terjadi di masa lalu. Pelajaran seumur hidup…hahhahah

    kalau ngomongin usia, yang lebih muda memang terbiasa dibilang, “anak muda tahu apa?”, dan di saat itu kami sudah mulai malas berhadapan dengan para orang tua yang suka bilang begitu…hahahha

    Makasih mas anton yang telah menulis cerita ini. Sering-sering menulis kayak gini mas….hahhahaha

    Reply
    • Hehehehe.. next time ikutan mas. Makasih tuk Lia yang mengajak dan memberikan ide. Menantang dan menyenangkan loh mas..

      Nggak mudah mas… saya sendiri tetap saja, karena masih manusia kerap sulit menemukan keseimbangan antara menikmati hari ini sekaligus bersiap menghadapi masa depan, dan menerima masa lalu. Hahahaha.. butuh proses dan waktu loh.

      Anak muda itu tahu banyak. Saya banyak belajar dari anak-anak muda dan anak kecil mas. Saya belajar dari siapapun, bahkan dari anak sendiri.

      Hahaha.. makasih mas Vay.. Kayanya harus nanya anak muda yang satu itu tuh, si Kakak Peri Lia…idenya banyak

      Reply
  16. Hah” apa??? manusia tua? πŸ˜€
    Tapi walaupun mengaku sebagai manusia tua, tapi tulisan pak anton ini memang panjangxlebar dan kok bisa kuat ya nulis sebanyak ini? haha. Mungkin sama ya pak anton antara banyaknya makanan yang masuk ke perut dengan banyaknya jumlah tulisan yang dikeluarkan di blog?

    Nah, untuk masa depan memang harus direncanakan sebaik mungkin pada tiap2 individu. ya biar semua kehidupannya teratur. Kalo rencana masa depan ya pastinya hidup sejahtera, sehat finansial lahir dan batin. Yang penting bersyukur dengan apa yang dimiliki saat ini.

    Reply
    • Yah bukankah memang begitu mas Wahid. Kalau usia 50 dianggap masih muda, ya saya yang keblinger. Hahahahaha…

      Soal kuat menulis itu kan karena menang di semangat dan ngatur waktu saja mas. Dan bisa jadi memang apa yang saya makan keluar jadi enerji yang banyak wat menulis… hahahahahah

      Betul banget. Saya pikir sih memang harus ada keseimbangan antara berpikir tentang masa depan dan masa kini.

      Reply

Leave a Comment