Pengunjung Blog Yang Rendah Hati Selalu Bikin Bingung

Selamat Siang Kawan MM!

Rendah hati adalah nilai yang selalu diajarkan kepada semua orang. Guru dan orangtua akan selalu menanamkan agar seseorang tidak tinggi hati dan selalu berusaha agar merendah di hadapan orang lain.

Nilai ini selalu ditanamkan sejak kecil.

Apalagi di Indonesia yang kental dengan budaya Timur yang halus. Idiom/ungkapan rendah hati dipandang merupakan sebuah kebaikan dan berlawanan dengan tinggi hati yang berkonotasi keburukan.

Tidak heran, dimana-mana semua orang akan selalu berusaha menjadi orang yang rendah hati, termasuk saat bertamu ke “tempat tinggal” orang lain. Haram lah hukumnya menampilkan sesuatu yang dianggap akan “membuat” tuan rumah merasa berada di “bawah”.

Hal itu terlihat dalam komentar dari banyak Kawan MM yang bermain ke blog kecil ini. Bukan hanya satu, buanyaakk.. Yang selalu dengan sopan meninggikan “yang punya blog”, yaitu saya.

Terima kasih atas empatinya dan kebaikannya.

Salah satu yang baru saja masuk itu dari mas Agung Pushandaka, blogger dari blog bernama sama. Blog keren dengan gaya penulisan halus tapi “nakal” saat membahas isu yang sedang hangat.

Ia merendahkan diri (sekali) dalam komentarnya.

Pengunjung Blog Yang Rendah Hati Selalu Bikin Bingung A

Pengunjung “remahan” peyek. Kayaknya saudara dari “remahan rengginang” yang biasa dipakai dalam tulisan banyak blogger.

Saya menghargai sekali kemurahan hati para Kawan MM dalam hal ini.

Cuma, kalau boleh jujur, karena saya juga orang Timur, saya paham sekali harus merespon dengan cara yang kurang lebih sama. Itu juga sebuah bentuk sopan santun dalam interaksi sosial.

Nah, disanalah bingungnya.

Apa yang “lebih rendah” dari remahan rengginang/peyek? Apakah kalengnya? Toplesnya? Haruskah saya membalas dengan, “Apalah saya ini. Saya mah cuma kaleng rengginang saja”.

Bolehkah saya menyebut unsur pembuatnya, seperti peyek teri, berarti bahan dasarnya teri. Kalau rengginang pakai ketan dan kadang campuran terasi sedikit. Jadi, ungkapan merendah balasannya menjadi, “Apalagi saya, saya mah cuma pengunjung teri saja” atau “Apalagi saya, cuma pengunjung terasi saja”

Kok ya nggak enak dengernya.

Ada yang bisa bantu memecahkan kepusingan saya?

Kalau boleh meminta bantuan, sebenarnya saya akan meminta Kawan MM untuk tetap menjadi dirinya sendiri. Tidak beda dengan kawan, saya juga cuma manusia biasa.

Anggaplah saya seorang teman yang sedang kebetulan pingin berceloteh dan butuh teman.

Paling tidak dengan begitu, saya tidak perlu bingung saat merespon komentarnya. Tidak usah mikir kaleng rengginang, teri, terasi.

Baca Juga : Words Of The Dreamer – Pemimpi Ceria Yang Minderan

Karena saya tahu yang saya hadapi adalah seorang Kawan dan lebih mudah menemukan cara meresponnya. Juga, bagi saya, kecuali kalangan spammer, semua yang datang ke blog saya berharga.

Tulisan ini adalah wujud dari apresiasi seorang “kaleng peyek” terhadap “remahan peyek” yang datang.

28 thoughts on “Pengunjung Blog Yang Rendah Hati Selalu Bikin Bingung”

  1. Selain merasa komentar saya kurang penting buat bloger yang belum saya kenal, karena blognya sudah padat pengunjung, sebetulnya sering malas meninggalkan komentar. Karena kadang jari-jari saya pasti enggak terkontrol. Meskipun niatnya mengkritik, ada kemungkinan saya malah berkomentar kurang baik juga.

    Seenggaknya, jika suatu hari ada pembaca yang komentar aneh-aneh di blog, saya akan anggap itu konsekuensi.

    Reply
    • Kalau saya merasa komentar mas penting gimana mas?

      Terus, gimana cara kenalannya ? #mungkinkah harus memasang foto Tsubasa Honda dulu

      Kurang baik atau kurang jelek kan subyektif, bagi mas kurang baik, bagi saya bisa sangat baik sekali mas..

      Reply
    • Yogaaaa komenmu itu termasuk yg selaluuuu aku tunggu loh :D. Ga usah minderan. Tau ga sih Yog, ada 1 komenmu yg aku ingeeeeeet banget Ampe skr, pas kamu kritik cara pemakaian ‘kita’ dan ‘kami’. Kalo kita berarti termasuk semua pembaca juga include di cerita itu. Tp kalo hanya aku dan suami misalnya yg aku maksud di cerita, itu seharusnya ‘kami’ .

      Aku ingeeet bgt itu supaya ga salah pas bikin kata ganti orgnya di stiap tulisan :).

      Reply
  2. wakakka jadi belajar tata bahasa lagi ama alumni sastra ui hihi
    #sungkem duluk ah 😀

    sebaiknya ku harus mencontoh dan belajar lagi ah bagaimana caranya meramu kalimat yang enak, santun, dan rendah hati seperti mas agung ini, biar tuan rumah juga segen dan hormat lalu pada kangen kalau aku lama ga naruh komentar di blog orang#duh siapa juga yang bakalan ngangenin gw #plaaak..hahahha

    etapi beneran jadi menarik nih gegara belajar idiom lagi
    Antara teri dan ketan
    lalu diistilahkan lagi setelah naik kelas jadi produkan peyek ataupun rengginang

    ya, enaknya memang begitu mas kalau yang komen sudah friend, jadi uda tahu karakternya dan responnya pun enak, ada yang biasanya becandaan, ada yang serius, ada pula yang pemikir kelas berat, hihi jadi memang macam macam ya tamu tamu blog kitah ahahhahahaii, kecuali model pengunjung yang ga bisa ditebak adalah dari kalangan umum jadi biasanya kuresponnya agak resmi dibanding ama teman yang uda biasa haha hihi

    wah uda panjang aja komenku, saatnya balik badan duluk ah..😂

    Reply
    • Gaya slenge’an mu ngangenin Mbul.. Terus mau diubah jadi jaim gitu.. Hadeeuhhh..Ga seru #jitak

      Hahaha… iyah memang beragam dan sesuatu yang harus dihadapi.. Cuma jadi rikuh juga wakakakak..

      Wooi jangan buru-buru balik… wakakakaka

      Reply
  3. Tadinya saya ngga tau istilah remahan rengginang taunya remahan kerupuk, seorang teman pernah berkomentar “akulah apa hanya remahan kerupuk di sepiring nasi goreng”. Kebiasaan saya kalau ada kata yang asing saya selalu bertanya, remahan kerupuk itu apa dan akhirnya tau maksudnya. Sekarang ada lagi remahan peyek, sungguh banyak sekali istilah yang dipakai untuk hal yang sama.

    Karena saya blogwalking secara acak ke mana saja karena tak punya blog yang diikuti dalam berkomentar biasanya saya membaca isi post dan balasan komentar admin blog itu. Dari balasan komentar bisa terlihat sedikit sifat adminnya dan dari situ saya bisa menentukan harus komentar seperti apa. Postnya yang serius belum tentu adminnya juga serius.

    Reply
  4. 🤣🤣 remahan nasi aking buat makan ayam kayaknya lebih rendah lagi itu mas 😂😅

    Sebenernya kadang saya juga kalo lagi bosen baca komentar orang2 yang merendah, entah kenapa suka iseng jadi pengen komentar antimainstream, sekali sekali nyombong biar komentar2 di blog yang dikunjungi agak-agak variatif dikit, meskipun gak tau mungkin dikira orang sombong beneran 😂🤣

    Reply
  5. btw remahan peyek ama remahan rengginang enakan mana ya Pak? kayaknya kok keduanya sama enaknya ya?
    Kalau jatuh ke lantai, selama di lantai tempat sendiri, dan belom 5 menit, di pungut aja deh (gimana sih si Rey ini, cuci tangan rajin betolll, ada remahan jatuh, sebelum 5 menit diambil aja, hahaha)

    Tapi beneran ya, saya beruntung banget bisa ikutan berada di lingkar blogger yang selalu positif, care dan saling mendukung.

    Bangga juga rasanya, kemaren pas ikutan challenge, trus ada tugas komen juga, rata-rata bilang kalau saya beruntung, punya banyak teman yang komen di blog itu bukan sekadar, TFS atau pertamax gan hahahaha

    Reply
  6. Kadang malah tidak enak kalo orang terlalu merendah pak, soalnya bingung nyari katanya yang pas untuk membalasnya. Menurutku lebih pas memang jadi diri sendiri gitu.

    Catat ah remahan peyek teri buat kosa kata.

    Reply

Leave a Comment