Lazy Load : Sifat Malas Yang Disukai Para Webmaster

Selamat Sore Kawan MM!

Sifat malas itu sesuatu yang sangat tidak disukai orang, betul kan? Para webmaster/blogger juga begitu. Mereka tidak menyukai kalau blog yang mereka kelola “malas” tampil di perangkat pengguna.

Laman yang lemot saat di-loading oleh perangkat pengguna bisa menyebabkan si pengguna kesal dan kemudian memutuskan kabur.

Sesuatu yang sangat tidak diharapkan.

Untuk mengatasi masalah “kemalasan” seperti ini dan membuat sebuah laman dengan cekatan dan cepat tampil, mereka biasanya menggunakan teknik “lazy load” (Pemuatan malas/lamban)

Apa itu Lazy Load?

Pada dasarnya istilah ini merujuk pada instruksi dalam bentuk Javascript untuk membuat salah satu elemen dari website tampil kalau diminta (dibutuhkan). Kalau tidak maka elemen itu tidak akan didownload dari server.

Dengan kata lain, lazy load akan menunda elemen itu untuk didownload dan ditampilkan menyesuaikan dengan permintaan pengguna.

Nah, bagian mana dari website yang ditunda oleh si lazy load? Image/foto, iframe, video.

Elemen-elemen ini merupakan salah satu bagian website yang punya ukuran besar dan berpotensi menghambat loading laman sebuah website.

Lazy Load Sifat Malas Yang Disukai webmaster a

Cara Kerja

Tampilnya sebuah laman di layar pengguna, pada dasarnya, mengikuti pola seperti di bawah

  • pengguna mengklik url
  • perangkat mengunduh (download) laman
  • perangkat menampilkan laman di layar

Apa yang didownload? Seluruh elemen, termasuk image/foto. Bila ada 3 image, ketiganya.

Lalu, apakah seluruh bagian laman itu “terlihat” di layar pengguna (misalkan di ponsel)? Jawabannya TIDAK. Yang biasanya tampil pertama adalah bagian paling atas saja. Selebihnya belum terlihat dan baru terlihat saat pengguna melakukan scroll down (gulir ke bawah).

Iya kan?

Nah, kalau ada 3 image yang terpasang di dalam sebuah foto, maka kemungkinan yang terlihat di layar hanya 1 (kalau ditempatkan di bagian atas artikel). Sisa yang dua baru akan terlihat kalau pengguna menggulirkan ke bawah.

Kalau artikelnya menarik, bukan sebuah masalah. Dua foto yang lain akan terpakai. Bagaimana kalau TIDAK? Kedua foto itu nganggur saja. Padahal sudah didownload dan disimpan. Padahal sudah ada WAKTU dan DAYA yang dipakai.

Mubazir.

Dengan teknik lazy load, maka image/iFrame/Video yang posisinya berada di bawah tidak akan diunduh dulu. Barulah ketika pengguna melakukan scroll, image itu akan diambil dari server dan ditampilkan.

Keuntungan

Hemat Waktu Loading

Bayangkan sebuah laman website berukuran 1 Megabyte (Kb) dengan 3 image berukuran masing-masing 150 Kilobyte (Kb) yang berada di bagian bawah.

Secara total ada 3 x 150 Kb = 450 Kb data berupa image.

Jika waktu loading laman tanpa lazy load 3 detik, maka kalau lazy load diterapkan, waktu itu akan terpangkas lumayan banyak. Waktunya menjadi di bawah tiga detik karena perangkat pengguna tidak mengunduh 450 Kb data tadi.

Hemat waktu.

Pengguna bisa segera melihat “tampilan” bagian atas dari sebuah laman, tanpa menunggu image didownload.

Hemat Energi

Tidak terlihat, tapi untuk mengolah dan mengirimkan data, semua memakai energi berupa daya listrik. Server dan perangkat pengguna memakainya, meski ukuran pemakaiannya berbeda.

Energi yang sudah dikeluarkan sayang kalau tidak digunakan/bermanfaat.

Jika laman semua dilihat tidak masalah, tetapi kalau pengguna tidak memanfaatkannya, sia-sia.

Terlihat kecil, tetapi setiap hari milyaran laman ditayangkan di seluruh dunia dan tidak terhitung juga berapa laman yang tidak digunakan sepenuhnya karena satu dan lain hal.

Hemat Mobile Data

Lumayan juga kan bisa menghemat data 450 Kb kalau ternyata laman itu tidak bagus untuk dibaca?

Baca juga : Wujud Empati Kepada Pembaca – Perkecil Ukuran Laman

Blogspot & WordPress

  • Blogspot/Blogger : tidak menggunakan lazy load, tetapi bisa dilakukan dengan menambahkan kode/script di bagian HTML. Beberapa pembuat template seperti Mas Sugeng sudah menambahkan kode tersebut pada template Linkmagz yang membuatnya benar-benar cepat saat loading
  • WordPress Self Hosted : sebelum versi 5.5, Lazy Load harus dilakukan dengan penambahan kode/script atau plugin, tetapi sejak versi 5.5, lazy load menjadi default dan secara otomatis diterapkan

Kira-kira begitulah gambaran sedikit tentang lazy load, si pemalas yang justru disukai para webmaster.

6 thoughts on “Lazy Load : Sifat Malas Yang Disukai Para Webmaster”

  1. Oh, jadi namanya Lazy Load! Aku pernah ingin punya template blog yang seperti itu, yang ketika discroll ke bawah, baru akan memunculkan gambar. Aku kira ini hanya perkara “animasi” tambahan pada gambar, ternyata memang ada istilah khusus.
    Dan, bukan hanya sekedar animasi aja ya, ada faedahnya dibalik Lazy Load. Jadi makin pengin punya template begitu 🤭
    Tapi agak berat saat buka halaman utamanya 😂

    Reply
    • Iya Lia.. berat di awal karena ada scriptnya.

      Yang lia mau namanya infinite scroll, itu salah satu wujud lazy load juga

      Juga, ada lazy load tidak berarti foto bisa besar karena tetap saja pas nanti dipanggil, image itu akan memberatkan. Tetapi sekecil mungkin.

      Reply
  2. Blog saya berat bapaaakk, apalagi tampilan mobile, makin berat kek BBnya si Rey hahahaha.

    Pengen rombak sebenarnya, niatnya cuman mau hadirkan yang penting-penting aja (lalu berpikir, perasaan semua di blog saya itu cuman yang penting doang hahahaha)

    Jadi cewek emang rempong, saya pengen loading cepat, tapi maunya yang unyu, nggak terlalu simple juga.

    Apalagi kalau baca-baca tulisan para blogger ciwi-ciwi, kebanyakan mereka fokus di disain unyu, jarang yang simple aja 😀

    Reply
    • Hahaha.. gimana ga berat.. lha ya wong itu gadget seabreg-abreg gitu.. coba deh cek dengan GTmetrix ajah.. disana keliatan ukuran laman kamu..

      Bisa kok Rey, unyu tanpa menjadi terlalu berat… tidak perlu sesimple MM ..itu kan masalah permainan warna dan image.. hahaha…

      Kreatif duoonng Rey… wakakakaka

      Reply

Leave a Comment