Pembuktian Sebuah Artikel Menarik Atau Tidak Butuh Waktu

Pembuktian Sebuah Artikel Menarik Atau Tidak Butuh Waktu

Semua blogger atau penulis sudah pasti “merasa” bahwa tulisan yang mereka terbitkan adalah sesuatu yang menarik untuk dibaca. Tentu saja, kalau mereka tidak merasa seperti itu, untuk apa mereka menulis dan kemudian mempublish hasil karya mereka.

Kata “merasa” ditebalkan dan dibuat miring pada paragraf di atas bukanlah kata kunci atau keyword, tetapi merupakan penekanan saja. Penekanan perlu dilakukan karena kalimat di atas mengacu pada penilaian subyektif seseorang. Seorang blogger boleh dan wajar merasa dia sudah menulis artikel yang menarik dan berkualitas, tetapi hal itu adalah pandangan yang subyektif, opini, dan belum terbukti.

Ia bisa mengklaim, tetapi hal itu tidak membuktikan apa-apa. Hal itu tidak berarti artikel buatannya “benar-benar” seperti apa yang diklaimnya. Untuk mendapatkan pandangan yang obyektif, sama seperti banyak hal lain, butuh pembuktian. Butuh konfirmasi yang bisa menjadi pembuktian sebuah artikel menarik atau tidak secara obyektif.

Sayangnya, hal itu tidak bisa dilakukan oleh sang blogger sendiri. Ia tidak memiliki hak untuk itu. Yang memiliki HAK untuk menilai baik atau tidak, menarik atau membosankan sebuah karya tulis berada di tangan para PEMBACA, bukan si penulis.

Sang penulis tidak bisa memaksa orang lain untuk setuju dengan pendapatnya. Tidak seharusnya pula ia melakukan berbagai usaha agar orang lain menyebut karyanya menarik, berkualitas, hebat jika ia benar-benar mau mendapatkan penilaian yang obyektif dan tidak memihak.

Untuk itu akan selalu dibutuhkan waktu untuk melakukan berbagai proses pembuktian.

Dalam dunia blogging, setelah tombol publish ditekan, maka yang bisa dilakukan sang blogger hanyalah menunggu. Ia harus menunggu :

1) berapa kali artikel itu dibaca

2) berapa banyak komentar yang hadir disana

3) apakah komentarnya positif atau negatif

4) mampukah artikel itu menarik pembaca terlibat untuk memberikan komentar baik pro dan kontra

5) berapa pujian diterima, berapa kritikan tentang artikel tersebut yang masuk

Memang, kata “menarik” sendiri adalah sesuatu yang relatif, alias tidak memiliki kriteria pasti, tetapi berdasarkan pengalaman, ada beberapa hal yang bisa menjadi indikasi sebuah artikel menarik. Jawaban dari hal-hal tersebut di atas bisa menjadi indikator keberhasilan penulis dalam menghasilkan artikel yang baik.

Tentunya, harus juga ditetapkan batas waktu supaya penmbuktian sebuah artikel menarik atau tidak bisa diukur. Kalau terlalu pendek jangka waktunya, maka bisa jadi data belum cukup untuk melakukan penilaian, kalau terlalu panjang bisa jadi tulisan sudah dianggap kuno. Penetapan jangka waktu ini juga sesuatu yang subyektif, tetapi angka 3 bulan biasanya sudah cukup untuk mendapatkan data yang cukup untuk pertimbangan.

Bagaimana dengan promosi? Tindakan promosi adalah sebuah usaha untuk menggiring calon pembaca/pembeli untuk melihat apa yang ditawarkan dari sisi yang menairk. Siapapun yang melakukan promosi pada dasarnya tidak berniat mengumpulkan data, tetapi berniat supaya “dagangan”nya laku.

Bila ingin tetap obyektif, maka tindakan promosi tidak seharusnya dilakukan. Itulah mengapa banyak lembaga penelitian dunia, berhati-hati menerima dana bantuan dari perusahaan yang produknya terkait dengan apa yang ditelitinya. Mereka tidak ingin “kemurnian” hasil penelitiannya tercemar oleh kepentingan komersial.

 Nah, barulah setelah jangka waktu terpenuhi data yang hadir bisa dinilai. Jangan lupa pula tetapkan batasan, seperti batasan jumlah pembaca yang mengindikasikan tulisan sebagai menarik atau tidak. Hal ini sebenarnya butuh riset dan survey, tetapi dalam dunia blogging masa kini, angka (menurut pandangan saya):

  • 1-100 : jelek
  • 101-1000 : lumayan
  • 1001-3000 : bagus
  • 3001-10000 : sangat bagus
  • > 10001 : luar biasa

Ini patokan yang saya buat untuk menilai. Silakan buat patokan sendiri.Tidak akan ada yang melarang Anda membuat patokan 100 kali dibaca sudah “bagus” dan sejenisnya, tetapi jangan lupakan juga praktek atau kenyataan di lapangan. Angka 100 kali dibaca bukanlah sebuang angka yang berat untuk dicapai, kebanyakan artikel di dunia maya mudah sekali menembus batasan itu.

Jadi, buat batasan yang paling bisa mewakili kenyataan dan kebiasaan di dunia blogging supaya semain obyektif.

Barulah setelah itu buatkan kesimpulan akhir yang dianggap sebagai hasil pembuktian sebuah artikel menarik atau tidak. Dengan begini, maka klaim bahwa diri sudah berhasil membuat artikel yang menarik memiliki “dasar”.

Lama ya? Ruwet juga ya?

Begitulah.

Memang lebih mudah bertindak sebagai salesman yang gembar-gembor bahwa diri sendiri sudah menghasilkan artikel yang baik, berkualitas, menarik, dan bermanfaat.

Tidak susah buka mulut atau mengetikkan jari di atas keyboard dan berkata “artikel saya bagus dan menarik. Jadi, kalau kamu mau seperti saya, yang sudah hebat dan terkenal, ikuti apa yang saya sarankan”. Mudah sekali. Siapapun bisa. Semua bisa klaim dan nyap-nyap seperti tukang kecap seperti itu.

Tetapi, tidak akan pernah mudah membuktikan hal itu. Banyak proses pembuktian yang harus dilakukan agar apa yang dikatakan didukung oleh “bukti” dan bukan sekedar cetusan orang sombong bin narsis. Selalu butuh waktu yang panjang dan harus melakukan proses pembuktian untuk melakukan pembuktian sebuah artikel menarik atau tidak.

Hal seperti ini juga berlaku dengan jenis-jenis kata lain, seperti artikel bermanfaat, berkualitas, dan lain sebagainya. Semua akan butuh waktu.

Kalau mau, yah. Kalau tidak, ya sementara tetaplah jadi tukang kecap dan gembar-gembor bahwa tulisan kita sudah bagus, hebat, luar biasa, renyah, gurih. Itupun bukan sebuah masalah kan?

Bagaimana pun itu hak Anda. Tapi jangan salahkan orang lain juga kalau ternyata tidak terbukti, mereka kemudian memberi cap Anda sebagai orang yang songong, sombong, narsis. Karena itu hak mereka.

Leave a Comment