Sebuah komunitas biasanya dibangun berdasarkan idealisme untuk mengumpulkan orang-orang yang memiliki minat yang sama dan menyediakan wadah untuk bersilaturahmi, bersosialisasi, dan bisa saling mengembangkan diri. Begitu juga dengan yang namanya komunitas blogger, baik di dunia maya ataupun dunia nyata, dasarnya tetap sama, yaitu sebagai wadah para blogger berkumpul.
Sejak berkembangnya kegiatan blogging atau ngeblog, sudah tidak terhitung banyaknya komunitas blogger yang lahir, baik berdasarkan kesamaan lokasi, niche, bahkan gender (ingat komunitas Emak-Emak Blgger dan Blogger Perempuan).
Dalam banyak hal, komunitas-komunitas seperti ini berhasil membantu pengembangan banyak blog dan blogger. Banyak sekali pemula yang merasa terbantu dengan kehadiran dan iklasnya para senior berbagi kepada anggota komunitas lain. Mereka bisa memahami banyak hal mengenai cara mengelola blog yang baik.
Komunitas blogger adalah tempat menambah teman dan wawasan dalam dunia blogging.
Itulah memang bagaimana sebuah komunitas seharusnya. Wadah tempat sharing dan saling membantu demi kebaikan bersama.
Sayangnya, manusia tetaplah manusia. Ketamakan dalam diri manusia tidak berbatas.
Keberhasilan banyak blogger meraih ketenaran dan mengeruk uang dari blog, membuat banyak orang terinspirasi dan terdorong untuk mendapatkan hal serupa. Berbondong-bondong mereka ngeblog dengan tujuan tidak lagi untuk berbagi, tetapi untuk meraup uang.
Komersialisasi blog pun terjadi.
Jutaan orang terjun ngeblog dengan harapan yang sama, uang. Jutaan orang terkena infeksi virus komersialisasi blog. Mereka berebut untuk menjadi terkenal dan berkhayal bisa mendulang uang.
Persaingan pun terjadi. Semua berebut untuk “dikenal” karena dengan semakin dikenal, maka semakin besar kesempatan merubahnya menjadi angka di rekening bank atau beberapa gepokan uang kertas.
Kompetisi dan persaingan berlangsung ketat.
Tidak lagi mudah menjaring pembaca. Semua harus berebut dan saling menonjolkan diri. Mereka ingin blognya dibanjiri pembaca.
(Tidak heran kan, mengapa kehadiran para internet marketer diterima dengan tangan terbuka? Golongan yang sebenarnya berkutat dalam bisnis ini dipandang sebagai suhu yang mampu menunjukkan cara, tips, dan trik menuju ketenaran. Banyak trik mereka dipergunakan oleh para blogger)
Persaingan yang ketat membuat banyak blogger menjadi mata gelap. Pengunjung blog yang tidak kunjung bertambah membuat panas di hati semakin tinggi. Berbagai hambatan dan kesulitan dalam mempopulerkan blognya membuat mata mereka terpejam. Mereka tidak peduli lagi siapa yang datang ke blognya.
Uang tidak kenal saudara. Pepatah kuno, tetapi benar adanya. Ketika ketamakan hadir di hati, jangankan teman, saudara sendiri saja kalau pelru “dimakan”.
Komunitas-komunitas blogger yang sebelumnya adalah wadah mencari teman, saudara, dan pengetahuan dilihat dari sisi lain. Orang-orang di dalamnya tidak lagi dipandang sebagai “caon teman”, orang-orang ini dipandang sebagai “calon pembawa ketenaran” .. eh calon pembaca yang potensial menjadikan diri ketenaran.
Banyak blogger tidak lagi peduli idealisme dari mengapa sebuah komunitas berdiri. Ide dasarnya apa. Mereka hanya berpikir bahwa kalau mereka bisa merubah member sebuah komuniast menjadi pembaca, mereka bisa semakin tenar dan mendatangkan uang.
Itulah mengapa mereka berusaha mempromosikan dirinya pada komunitas tersebut. Mereka tidak lagi terfokus untuk berteman, mencari pengetahuan. Alih-alih melakukan itu, banyak blogger menjadi gemar berbicara tentang dirinya sendiri dan memamerkan keberhasilannya disana dengan tujuan supaya orang lain terpikat dan mau datang ke blognya.
Mereka merubah diri dari blogger menjadi internet marketer yang memang memandang komunitas bloger lebih sebagai sebuah pasar pembaca.
Tidak heran. Entah berapa banyak komunitas blogger di dunia maya yang kemudian berubah menjadi ajang promosi blog masing-masing. Yang bodoh, akan terus menyebar link aktif dan tidak peduli bahwa hal itu adalah tindakan spammer. Yang agak pintar, sibuk mempromosikan betapa hebat dirinya, betapa renyah dan gurih tulisannya, betapa pandai dirinya, betapa berhasil blognya (walau pengunjungnya sebenarnya masih ratusan saja).
Semua sibuk berbicara tentang dirinya. Tidak ada lagi obrolan timbal balik dan saling membantu secaa tulus. Banyak yang sibuk melihat orang yang mengajaknya berbicara sebagai “calon teman”, tetapi lebh terfokus pada “mudah-mudahan dia mau datang ke blog saya, jadi statistik pengunjung blog saya bagus”
Tidak ada lagi ketulusan dan keiklasan berbagi. Semua punya niat sesuatu di belakangnya.
Idealisme komunitas bergeser dan berubah.
Itulah alasan di balik banyak komunitas blogger yang kemudian mati. Disana idealisme dasar terbentuknya sebuah komunitas bergeser dan menjadi ajang pertempuran berebut pembaca. Sebuah komunitas akan kehilangan fungsinya ketika idealisme mereka bergeser dan berubah.
Sayang. Tetapi, itulah fakta. Ketika ketamakan hadir, maka mata akan terpejam. Kepedulian tidak akan hadir lagi.
Oleh karena itu, siapapun yang memandang komunitas blogger sebagai pasar pembaca potensial, di dalam hati ada bibit “ketamakan” yang sedang tumbuh subur. Ketamakan yang berdasar pada keinginan untuk “tenar” dan “uang”. Ketamakan yang pada akhirnya bisa mematikan komunitas itu sendiri.
Setidaknya itulah pandangan saya. Silakan memiliki opini lain kalau mau.