Bagaimana Bisa Membuat Artikel Yang Ringan Ketika Berpikir Terlalu Berat?

Bagaimana Bisa Membuat Artikel Yang Ringan Ketika Berpikir Terlalu Berat?

Sebuah paradoks sebenarnya kalau tidak mau disebut sebagai ironi. Blogger selalu diajarkan, oleh sesama blogger agar membuat artikel yang “ringan”. Dasarnya adalah karena para pencari informasi, atau pembaca di dunia internet, tidak menyukai artikel yang berat dan terlalu serius.

Para peselancar internet dipandang sudah lelah dengan berbagai keseriusan di dunia nyata dan mengingat hal itu, maka para blogger “seharusnya” dapat menyajikan sesuatu dengan cara yang ringan dan tidak rumit.

Begitu, katanya.

Tanyakan pada para master di bidang tutorial blogging deh kalau tidak percaya. Pastilah saran mereka adalah agar para blogger mengusahakan artikelnya terasa ringan, gurih, dan renyah dan akan membuat pembaca kembali.

Yang menjadi paradoks adalah jika Anda menelusuri isi blog-blog tentang tutorial ngeblog, atau yang ditulis internet marketer maka Anda akan menemukan berbagai hal lain, seperti :

  • pergunakan keyword agar mudah ditemukan mesin pencari
  • pilih topik yang banyak dicari dan sedang ngetren untuk memastikan tidak akan sia-sia
  • tambahkan infografis sebagai bukti untuk meyakinkan karena penting agar mereka percaya
  • buat seinformatif mungkin dan kupas tuntas masalahnya
  • sebaiknya buat artikel di atas 2000 kata agar memperbesar kemungkinan ditemukan mesin pencari
  • buat seperti percakapan agar pembaca merasa dilibatkan
  • perhatikan kaidah-kaidah tata bahasa yang benar karena kesalahan ketik atau penggunaan kaidah bahasa yang salah bisa membuat pengunjung kabur
  • buatlah artikel berkualitas dan bermanfaat 
  • buat artikel itu agar bisa memecahkan masalah yang membacanya
  • dan sebagainya (masih banyak lagi yang tidak bisa disebutkan disini)

Paradoks. Bertentangan antara satu hal dengan hal yang lain.

Para blogger pemula diajarkan untuk menulis artikel yang ringan, tetapi dibebani dengan begitu banyak hal, yang pastinya akan membuat kepala terasa berat.

Analoginya, seorang pelari diperintahkan pelatihnya, kalau mau berlari dengan cepat, usahakan kurangi beban yang tidak berguna. Tetapi, kemudian sang pelatih menitipkan sepatu, celana, baju, sekarung beras, seliter minyak goreng, satu lusin telur untuk disampaikan kepada istri sang pelatih di rumah.

Kira-kira, bisakah sang pelari berlari dengan cepat?

Kecuali sang pelari memutuskan untuk naik angkot atau bawa mobil sendiri, kemungkinan besar ia tidak akan pernah bisa “berlari”. Bebannya terlalu banyak.

Begitu juga dalam menulis.

Seorang penulis/blogger yang ingin membuat tulisan yang ringan, maka ia harus mampu dulu menepikan hal-hal yang tidak perlu dan akan memberatkannya saat menulis. Dengan begitu maka perasaan ringan dan tidak terbebani akan hadir di hati dan pikiran. Jika sudah demikian, maka ia akan merasa ringan dan hal itu akan tercermin dalam tulisan-tulisannya.

Cobalah sendiri untuk menulis di kala hati sedang terbebani berbagai masalah. Apakah tulisannya akan enak dibaca? Apakah artikelnya akan terasa ringan, gurih, dan renyah?

Sepertinya tidak akan.

Kemungkinan besar malah ia tidak jadi menulis karena “beban” itu.

Membuat artikel atau tulisan yang ringan harus dimulai dengan membangun sebuah kebiasaan untuk tidak memberatkan diri. Tidak menambahkan beban saat menulis dengan berbagai keinginan. Menulis dengan target seperti ini memerlukan sebuah jiwa yang lepas dan hampir tanpa beban.

Dan, bukan dengan memperpanjang daftar keinginan dan coba memasukkan semuanya ke dalam artikel. Tidak akan pernah berhasil.

Belajar dari fotografi, ada sebuah kata yang bisa dijadikan patokan jika mau menghasilkan tulisan yang ringan. Kata itu adalah KISS, bukan kata sebenarnya karena merupakan singkatan dari KEEP IT SIMPLE, STUPID.

Buat menjadi sesederhana mungkin, BODOH!

Karena para fotografer menyadari bahwa sesuatu yang sederhana justru bisa berujung bagus. Begitu juga dalam menulis, sesuatu yang sederhana (simple) justru cenderung bisa menarik orang lain.

Senada dengan itu, Albert Einstein pernah berkata :

‘If you can’t explain it simply, you don’t understand it well enough”

(Jika kamu tidak bisa menjelaskan secara sederhana, berarti kamu tidak cukup mengerti)

Inti keduanya singkat.

Jika memang mau menulis artikel ringan, buatlah sesederhana mungkin. Tidak perlu memberatkan diri dengan berbagai hal karena justru menjadi penghambat paling besar untuk membuatnya menjadi “ringan”. Dan, biasanya sesuatu yang ringan dan sederhana, justru bisa menarik perhatian orang lain. Bukan sesuatu yang ruwet dan ribeut.

Tapi, ya begitulah dunianya para blogger. Penuh dengan berbagai paradoks dan pertentangan. Di satu sisi mengatakan begini, di satu sisi yang lain mengatakan begitu. Banyak yang tidak menyadari adanya pertentangan antara keduanya.

Mengajak menulis sesuatu yang ringan dan simple, tetapi membuatnya menjadi rumit dengan berbagai hal.

Buat sesederhana mungkin. Biarkan seperti air mengalir.

Leave a Comment