“Internet Penuh Dengan Konten Dangkal” : Arogansi?

“Internet penuh dengan konten dangkal. Jika Anda juga mempublikasikan konten dangkal, lalu apa alasan orang mengunjungi blog Anda”

Sumpah. Sungguh mati bukan saya yang mengeluarkan pernyataan tersebut. Pernyataan tersebut dikeluarkan oleh seorang blogger bernama Rusdianto, pengelola blog http://writepreneurs.com, sebuah blog yang mengupas tentang tutorial blogging dan online atau internet marketing.

Pernyataan tersebut bisa dilihat di sebuah blog bernama PanduanIM.com, sebuah blog juga tentang blogging dan internet marketing. Judul artikelnya “25 Blogger Terbaik Indonesia Berbagi Lebih Dari 81 Tips Membuat Blog Yang Sukses”.

Silakan manfaatkan Google untuk menemukan artikelnya. Saya rasa Anda tahu cara mencarinya. Atau, jika Anda malas mencarinya, silakan baca screenshot di bagian atas artikel ini dimana pernyataan lengkap dari sang blogger bisa dibaca. Sekaligus saya membuktikan bahwa memang betul bukan saya yang mengatakannya dan juga tidak membuat-buat pernyataan tersebut untuk menarik pembaca.

Mengapa pernyataan ini diangkat menjadi sebuah tulisan adalah karena pernyataan tersebut walau terkesan “benar” dan masuk akal, tetapi sebenarnya juga menunjukkan sebuah hal yang sebenarnya belum tentu benar.

Coba saja kita pikirkan sedikit tentang berapa hal.

Betulkah internet penuh dengan konten dangkal?

Berapa luas internet? Bisa Anda mengukurnya? Tidak akan bisa. Siapapun tidak akan bisa karena dunia ini adalah tidak terlihat sehingga luasnya hampir tidak terbatas.

Isinya pun luar biasa banyaknya, entah apakah sama banyaknya dengan atom yang ada di dalam dunia ini sendiri, saya tidak bisa memastikan.

Memang pernyataan “Dunia internet penuh dengan konten dangkal” tidak bisa dimaknai secara harfiah. Statement ini harus diinterpretasikan sebagai sebuah hiperbola yang menunjukkan bahwa banyak sekali artikel tidak bermutu beredar di dunia maya.

Hanya saja, klaim seperti itu sebenarnya tidak berdasar. Saya cukup yakin bahwa si pengeluar pernyataan tidak pernah melakukan riset tentang hal ini dan apa yang disampaikannya lebih kepada asumsi saja.

Mengapa saya yakin, karena kenyataannya, sudah banyak orang mengatakan bahwa mereka menemukan banyak artikel yang bermanfaat dan berkualitas. Saya pun menemukan banyak konten “non dangkal”.

Hal ini menegasikan klaimnya bahwa internet penuh konten dangkal, karena saya dan banyak orang lain akan juga membenarkan bahwa internet penuh dengan konten berkualitas dan bermanfaat.

Keduanya sama-sama berdasarkan asumsi dan pengalaman pribadi saja.

Betul kah konten buatannya tidak dangkal?

Bila seseorang menganggap orang lain rendah, otomatis ia mengatakan bahwa dirinya tinggi.

Begitupun dalam frase “konten dangkal” atau konten tidak bermutu. Secara bersamaan, sang blogger yang disebut sebagai salah satu blogger terbaik Indonesia, mengatakan artikel-artikel buatannya sebagai berkualitas tinggi.

Betul kah?

Wah, tidak etis kalau saya mengeluarkan pandangan terhadap sesama blogger.

Saya lebih suka bertanya, standar apa yang dipakai dalam menentukan sebuah artikel bermutu atau tidak?

Tentu saja harus ada standar! Mengatakan sesuatu lebih rendah atau lebih tinggi perlu adanya perbandingan atau standar. Gunung Salak lebih tinggi dari Gunung Sahari, dan sebaliknya Gunung Sahari lebih rendah dari Gunung Salak.

Bukan kah begitu?

Nah, ketika seseorang mengatakan konten buatan orang lain dangkal, standar penilaian apa yang dipergunakan? Istilah bulenya benchmarking.

Masalahnya, kualitas sebuah karya tulis tidak berbeda dengan sebuah lukisan. Sifatnya sangat subyektif dan sulit untuk dibuatkan patokan. Penilaian akan tergantung pada individu.

Sebuah artikel tentang cara membuat kue bolu, kualitasnya rendah di mata seorang penulis yang terbiasa bergelut dengan dunia otomotif, dan tentu saja internet marketing. Meskipun demikian, seorang ibu rumah tangga bisa menilainya sebagai sebuah maha karya bermutu tinggi.

Kebutuhan, cara pandang, pengetahuan akan menentukan tinggi rendahnya nilai yang diberikan. Jangan harap seorang internet marketer akan memberi nilai tinggi untuk artikel tentang mengurus tanaman hias, mengerti saja tidak.

Itu lah masalahnya karena blogsphere atau dunia blog dan blogger adalah sebuah dunia subyektif dan tidak ada satu badan pun yang berwenang memberikan penilaian. Jadi, jangan harapkan bahwa ada sebuah standar khusus untuk menentukan mana blog berkualitas dan mana yang tidak.

Bagaimana menjatuhkan penilaian kalau standar itu tidak ada?

Tidak akan bisa.

Kecuali seseorang memakai kriteria pribadinya sendiri, yang seringkali tercampur dengan berbagai kepentingan pribadinya sendiri.

Oleh karena itu saya menghindari untuk memberikan penilaian pribadi terhadap apa yang ditulisnya atau tentang betul tidaknya si pembuat pernyataan mampu menghasilkan konten berkualitas.

Saya tidak ingin terjebak dalam sebuah perdebatan yang tidak bisa diukur karena tidak adanya standar yang disetujui oleh semua pihak.

Kalau Anda memiliki penilaian sendiri, itu hak Anda dan saya akan menghargainya.

Arogansi? Sombong?

Di dunia non maya, sebuah pernyataan yang menyebut orang lain lebih bodoh bisa berakibat kita disebut orang sombong, arogan. 

Benar kan? 

Coba saja katakan pada tetangga Anda bahwa ia tidak pintar, kemungkinan besar hubungan antar tetangga akan menjadi renggang. Siapa yang mau dikatakan orang bodoh?

Bagaimana dengan di dunia maya, apakah pernyataan tersebut bisa dianggap sebuah kesombongan dari seorang blogger yang mendapat “gelar” blogger terbaik Indonesia, setidaknya menurut blogger lain?

Bisa!

Tetapi, semua itu tergantung pada sudut pandang masing-masing. Bisa dianggap menginspirasi, bisa juga dianggap merendahkan orang lain.

Yang mana yang dipilih, silakan. Bukan hak saya untuk mencegah.

Tetapi, sebelum menjatuhkan pilihan dan menentukan penilaian terhadap pernyataan itu, boleh kah saya bertanya satu hal? Pertanyaan sederhana saja kok, tidak akan panjang?

Satu saja.

Pertanyaannya di bawah ini

“Apakah Anda, sebagai blogger menghasilkan konten dangkal?”

Atau dibalik sedikit saja,

“Apakah Anda yakin bahwa artikel yang Anda terbitkan berkualitas dan bermanfaat?

Boleh saya bantu jawab?

Pasti jawabannya TIDAK untuk pertanyaan pertama, dan TENTU SAJA kalau pertanyaan kedua yang dipakai.

Bukan, saya bukan paranormal, bukan dukun, bukan juga murid Dimas Kanjeng yang bisa menggandakan uang. Saya cuma blogger biasa, bukan mastah dan masih belajar lagi.

Tetapi, dalam perjalanan blogging saya yang sudah melewati 2 tahun 2 bulan ini, saya menemukan sebuah pola kebiasaan banyak blogger. Bukan cuma di Indonesia saja, tetapi juga di belahan dunia lain.

Kesemuanya menyiratkan dalam tulisan-tulisan mereka bahwa artikel yang mereka terbitkan adalah bermutu, berkualitas, dan bermanfaat. Semuanya berusaha meyakinkan bahwa tulisan-tulisan yang ada di blog mereka akan membawa kebaikan bagi yang membaca.

Tidak jarang bahkan yang menulis seakan mereka guru atau dosen di depan kelas.

Betul kan?

Bukan kah ada tulisan seperti itu di blog Anda?

Tidak usah malu mengakuinya, sudah umum kok.

Blogger dan internet marketer menjadi serupa tetapi tidak sama

 

Sekarang blogging tidak lagi hanya sekedar kegiatan iseng menghabiskan waktu saja. Blogging sudah dianggap sebagai sebuah cara baru untuk menjadi terkenal dan bergelimang uang. Alhasil semua orang berlomba-lomba menarik minat orang lain agar mau datang ke blognya.

The more the better. Semakin banyak semakin baik.

Akhirnya, semua blogger akan berusaha mempromosikan blognya. Mereka tidak mau hanya berdiam diri karena katanya kalau tidak promosi blognya akan menjadi kuburan dan sampah karena sepi pengunjung.

Itu kata beberapa blogger “terkenal” , dan mungkin “terbaik” juga lo. Nanti saya coba tulis lagi tentang itu di artikel terpisah.

Blogger pun tidak lagi hanya berpangku tangan mereka pun merubah dirinya menjadi marketer, pemasar, dan penjual. Bedanya kalau online marketer atau pemasar daring menawarkan produk atau jasa, blogger akan memasarkan hasil tulisannya.

Itu saja, tetapi caranya sama. Tehnik standar untuk mempromosikan apapun adalah dengan :

  1. Menonjolkan berbagai kelebihan produk (tulisan) nya sendiri sehingga yang membaca akan mendapatkan kesan bahwa produk ini lebih baik dari produk kompetitor
  2. Menutupi kelemahan, sehingga tulisan kita terlihat sempurna dan tentu saja berkualitas.
  3. Menyebutkan kelemahan produk lain, supaya orang mendapatkan impresi kalau produknya lebih bermutu.

Intinya, sederhana saja, tinggikan produk atau tulisan Anda, dan rendahkan baik secara blak-blakan atau tersirat kelemahan produk atau tulisan orang lain, sehingga sang calon pembeli, pembaca merasa bahwa tidak ada jalan lain selain membeli/membaca yang ditawarkan.

Itu adalah sikap mental dan standar yang diharapkan dari seorang pemasar yang handal. Kurang dari itu berarti ia bukan seorang pemasar yang baik.Seorang pemasar yang handal harus mampu pada ujungnya menghasilkan penjualan.

Nah, kalau melihat tema blognya, internet atau online marketing, maka saya bisa memahami sikap yang diambilnya. Pernyataannya tentang “konten dangkal” nya menjadi masuk akal.

Ia hanya sedang bertindak sebagai seorang pemasar atau marketing yang sedang mempromosikan blognya. Ia harus percaya diri terhadap apa yang dijualnya, dalam hal ini tulisannya sendiri. Tidak mungkin sikap rendah hati akan bisa meyakinkan orang lain karena biasanya akan dipandang sebagai kelemahan.

Dengan mengatakan bahwa internet penuh konten dangkal, ia “merendahkan” “banyak orang” dan meninggikan mutu dirinya. Meskipun demikian, ia menempatkan dirinya pada posisi aman dari ketersinggungan karena tidak merujuk pada sebagian orang secara khusus. Lagi pula, dengan target pembacanya yang kalangan webmaster atau blogger yang akan bersikap sama, maka bisa dikata resiko ketersinggungan dari pembaca sangat kecil.

Mengapa saya bisa katakan seperti ini? Karena saya bekerja sebagai marketing untuk sebuah perusahaan trading (saat ini ). Walau yang dijual berbeda, tetapi konsep dan dasar pemikirannya tetap sama.

Oleh karena itu, saya tidak akan menilai sang pembuat pernyataan di atas sebagai seorang yang arogan atau sombong. Mentalitas seorang pemasar memang mengharuskannya melakukan itu. Bagi sebagian orang mungkin akan terdengar sombong, tetapi saya memahami apa yang dilakukannya.

Meskipun demikian, saya tidak akan mengeluarkan pernyataan yang sama. Tidak sependapat dengan pernyataan tersebut. Ada banyak cara lain untuk membuat orang tertarik datang ke blog, bahkan tanpa membuat orang (walau tidak spesifik menyebutkan siapanya) terkesan tidak mampu menghasilkan konten seperti dirinya. 

Nah, kawan, penilaian akhir tentang pernyataan tersebut ada pada diri Anda sendiri.

Arogan kah, sombong kah, itu hak mutlak Anda.

Saya sarankan untuk berkunjung ke websitenya untuk melihat dan menilai sendiri. Lebih baik lagi, kalau dilakukan dengan pikiran terbuka karena terlepas dari pernyataannya, yang agak terdengar hiperbola tersebut, banyak hal baik yang ditemukan di blog yang dikelolanya.

O ya, karena saya sendiri tidak begitu paham apa yang dimaksud dengan “konten dangkal” dalam pernyataan di atas, sudilah kiranya Anda, yang membaca tulisan ini untuk memberikan masukan. Apakah artikel ini termasuk salah satu konten dangkal yang dimaksud dalam pernyataan blogger yang dikategorikan terbaik di Indonesia itu?

Setidaknya saya bisa lebih banyak belajar dan membuat kriteria mana yang dangkal dan mana yang tidak, agar saya bisa memperbaikinya di masa yang akan datang.

Ada kolom komentar di bawah untuk Anda menyampaikan pandangan Anda, jika ingin.

Terima kasih sebelumnya dan selamat malam. Selamat beristirahat.

Leave a Comment