Selamat Malam Kawan MM!
Boleh bertanya? Berapa banyak komentar pembaca yang masuk ke blog kawan semua hari ini? Kemudian, bagaimana perasaan sobat tentang hal itu? Sedih, senang, kesal?
Terus terang, blog MM sendiri hanya menerima 9 komentar hari ini. Sedikit sekali yah? Sebenarnya sudah termasuk banyak kalau dibandingkan rata-rata harian komentar di blog ini.
Selama 5 1/2 tahun atau sekitar 2008 hari sejak lahirnya, hanya ada 3.170-an komentar pembaca yang diterima. Artinya, rata-rata hanya 1,5 respon dari pembaca per-hari.
Kalau ditelaah lebih jauh, sebenarnya akan terlihat lebih “mengenaskan” karena pada 3 tahun pertama, hanya beberapa gelintir saja yang diterima. Baru satu tahun terakhir saja, blog MM mendapatkan banyak komentar.
Saat awal berdiri, di tahun 2016, Kang Nata yang paling rajin datang dan berkomentar, disusul Mas Masandi Wibowo, dan Mbak Khairunnisa Ast (Maringenet) ditambah dengan member Forum Indonesian Adsense Publisher Discussion (Google Plus yang sudah almarhum). Cuma itu saja.
O ya, blog MM itu masih jauh lebih baik daripada mayoritas blog di Lovely Bogor Network. Sejauh ini hanya Lovely Bogor saja yang punya komentar seperti blog MM. Selebihnya, ya cuma beberapa “butir” komentar saja yang masuk.
Jadi, memang itu merupakan ciri khas dari semua blog yang saya punya, minim komentar, dan blog MM sudah termasuk luar biasa sekali dalam hal ini.
Bagaimana dengan perasaan saya menghadapi semua fakta seperti ini? Nah, itu lah mengapa saya bertanya karena saya merasa biasa-biasa saja. Santuy. Tidak sedih, tidak marah, tidak kesal.
Saya sadar sekali hal ini memang hasil dari “jalan” yang saya pilih untuk kegiatan blogging. Jalan itu memang minim promosi, minim share link, dan minim blogwalking (BW).
Jadi, sangat tidak aneh kalau komentar yang diterima akan sangat sedikit.
Tindakan bodoh? Maybe.
Saya tahu bahwa komentar itu memegang peranan penting dalam dunia blogging. Komentar adalah “pengakuan” dari pembaca bahwa mereka suka, senang, terinspirasi, oleh tulisan yang dibuat seorang blogger. Sebuah sinyal bahwa blog berhasil memiliki keterikatan dengan pembacanya.
Oleh karena itu, prinsip semakin banyak semakin baik berlaku di dunia blogger. Semakin banyak komentar yang masuk akan merupakan sinyal bahwa blog itu sebuah blog yang bagus.
Tapi…
Terlalu memperhatikan jumlah komentar pembaca (dan berbagai data statistik lainnya) memiliki efek tidak baik juga bagi saya sebagai blogger. Saya tidak akan bisa menilai sesuatu secara netral dan dengan kepala dingin. Semua sering terpengaruh emosi akibat keterikatan terhadap data seperti itu.
Saya menjadi tidak stabil.
Saat terjadi kenaikan, saya akan merasa senang dan lalai memperhatikan celah kelemahan yang ada. Ketika penurunan terjadi, saya akan down dan pada akhirnya merasa malas.
Keputusan yang saya ambil terkait blognya pun terpengaruh karena penilaian yang cenderung emosional dan berkesan spontan. Padahal, perjalanan seorang blogger itu akan penuh dengan up and down, naik turun.
Akhirnya, saya menemukan bahwa komentar pembaca sendiri sangat mirip dengan omongan tetangga di dunia nyata. Terkadang dalam kehidupan nyata pun, sering kita terpengaruh oleh pandangan tetangga tentang diri kita. Kalau baik, kita senang dan merasa tersanjung, kalau jelek, kita merasa diremehkan.
Kalau omongan baiknya (pujian) banyak, saya serasa jadi Justin Bieber, tapi kalau keesokan harinya tidak ada yang memuji saya merasa sebagai “kodok” berwajah buruk. Sebaliknya, jika kemaren saya banyak mendapat omongan buruk, saya merasa diri sendiri sebagai kodok, yang kemudian menjelma menjadi pangeran ketika pujian datang keesokan hari.
Polanya sama dan bukan hal yang aneh karena di dunia blogging pun terjadi. Karena di dunia ini pun, saya juga punya tetangga, para blogger/pembaca. Jadi hal ini pun bisa terjadi.
Jadi, saya putuskan mengambil jalan yang sama yang saya lakukan di dunia nyata. Saya akan fokus pada intinya saja. Kalau di dunia nyata, saya fokus pada keluarga, di blogosphere, saya fokus pada blog dan blogging.
Dengan begitu, saya bisa tetap stabil, netral, dan tenang dalam menilai sesuatu. Saya membentengi diri dari instabilitas yang disebabkan oleh emosi yang naik turun akibat keterikatan pada (jumlah) komentar pembaca.
Bukan berarti saya tidak memandang komentar penting. Komentar pembaca. Komentar tetap penting, tetapi dari sudut pandang yang lain.
Saya mengibaratkan
- komentar pembaca umum (yang tidak saya kenal) : seperti saya berinteraksi dengan orang tidak dikenal, contoh juru parkir, customer service atau siapapun yang menyapa saya, tentunya saya balas dengan baik. Apalagi, sangat mungkin saya bisa menambah teman dengan begitu
- komentar dari kawan blogger : masa sih saya tidak mau ngobrol dengan teman atau tetangga? Ya tidak juga. Bagaimanapun hubungan harus dijalin dan diupayakan. Jadi, saya dengan senang hati akan berbincang dengan teman/kawan/tetangga karena itu penting untuk pertemanan dan silaturahmi
Di dunia nyata, saya tidak pernah menghitung jumlah orang yang mengajak saya berbincang atau bertegur sapa. Apakah kawan MM melakukannya? Terus terang saya tidak melakukan itu.
Jadi, saya pun tidak menghitung jumlah komentar yang masuk. Mau banyak, mau sedikit, tidak memberikan pengaruh apa-apa.
Bagaimana kalau tidak ada komentar sama sekali? Bukankah dalam kehidupan sehari-hari pun sering terjadi? Selalu ada saat ketika seharian saya tidak berinteraksi dengan orang lain selain keluarga, seperti tetangga atau kawan di dunia nyata.
Saya memandangnya secara sederhana saja saat kondisi seperti itu terjadi, para teman dan tetangga sedang sibuk dengan urusan masing-masing. Pasti mereka juga harus melakukan banyak hal yang lebih penting daripada sekedar berbincang dengan saya. Titik.
Dan, saya terus melanjutkan hidup seperti biasa.
Sikap itu juga yang saya bawa ke dunia blog. Kalau tidak ada yang berkomentar berarti teman-teman yang biasa meramaikan sedang sibuk dengan urusannya yang pasti lebih penting.
Tidak ada beban.
Karena, kalau saya terlalu terikat dengan yang seperti itu, yang ada malah beban di dalam hati dan bisa jadi saya gantung diri di pohon toge. Perjalanan ngeblog saya mungkin sudah berhenti 4-5 tahun yang lalu.
Bersikap dan memiliki mindset seperti ini juga ternyata sangat membantu sekali dalam menyikapi berbagai hal lain di dunia blog, seperti :
- saya tidak merasa terbebani saat melakukan blogwalking karena saya tidak akan merasa kecewa kalau yang didatangi tidak berkunjung balik (karena niatnya memang murni mencari teman)
- saya bisa fokus pada membuat konten karena begitu sebuah tulisan selesai, perhatian dicurahkan pada tulisan berikutnya, tidak perlu menunggu supaya komentar masuk
- saya tidak merasa minder kalau “bertamu” ke blog yang setiap artikelnya punya banyak komentar
Saya tidak tahu bagaimana cara Kawan MM mengatasi masalah keterikatan terhadap komentar pembaca seperti ini. Sangat mungkin berbeda, karena saya melihat bahwa banyak sekali “pesan ” di atas kolom komentar untuk mengundang pembaca berkomentar, yang intinya “betapa tidak berartinya karya si blogger kalau tidak ada yang mengomentari”.
Pesan kecil, tetapi bisa diasumsikan bahwa bagi sang blogger memandang (jumlah) komentar pembaca sebagai sesuatu yang penting juga. Buktinya ia merasa tidak berarti kalau tidak ada yang berkomentar.
Sesuatu yang tidak akan saya lakukan dengan pola pandang yang saya pegang. Bagi saya, pembaca mau komentar monggo, tidak pun ya rapopo. Silakan pembaca memutuskan sendiri yang mau dilakukan.
Jadi, ada yang bisa berbagi untuk mencerahkan saya? Siapa tahu saya melihat sudut pandang lain dan bisa berubah pikiran.
Kadang melihat kolom komentar Blog lain sangat ramai, ada kesan minder dan iri. Seakan akan membandingkan kenapa dia bisa begitu dan saya tidak bisa. Jadi ngerasa apa tulisan saya tidak bagus jadi ga banyak komentar.
Padahal benar kata Mas Anton, bisa saja mereka ada kepentingan lain jd ga memberikan komentar. Toh bagus atau tidaknya suatu tulisan bukan diiukur dari banyak ato tidaknya komentar yg diberikan, kan.
Kadang aku pun ngerasa ada tulisan yg sepi komentar tapi ada tulisan yg dikasih komentar. Langsung bertanya2 kenapa yg satu bisa sepi dan yg lainnya ramai komentar? Padahal sama2 ditulis oleh diri sendiri.
Kembali lagi tujuan menulis di Blog, Mas. Kalo demi menjaring komentar ya tentu sulit tercapai. Pertama kan musti memberikan tulisan, di dukung dengan ide dan penjabaran menarik. Kalau sudah begitu perlahan akan menambah daya tarik blog itu sendiri. Tanpa sadar bisa memberikan kesempatan untuk mendapatkan komentar. Tentunya mendapatkan relasi juga. Relasi ga hanya di tentukan karena komentar, adanya yg membaca juga menambah relasi dalam dunia Blog ini.
Aku rasa apa yang di jabarkan Mas Anton sudah sesuai dg semestinya. Perlu untuk kita sadari bahwa tiap orang punya batasan dalam kegiatannya. Apakah harus selalu kasih komentar saat BW? Kan ga harus. Ga ada peraturan lisan ato tulisan jg yg mengharuskan BW + komen. Kalo pun ada peraturan tsb, tentu terkesan kaku dan ga fleksibel.
Biarkan mengalir apa adanya tanpa paksaan apapun hhhe..
Nah itu kata penutupnya bagus Dev.. Biarkan mengalir apa adanya. Terkadang manusia itu suka terlalu “memaksakan” sesuatu agar sesuai dengan kehendaknya, tetapi lupa bahwa banyak faktor yang berada di luar jangkauan kita. Jadinya sering berpikir rumit sendiri.
Saya sendiri cenderung lebih suka merelakskan diri sendiri dalam hal respon dari orang lain karena hal itu saya tidak bisa pastikan. Jadi, saya pilih fokus pada memperbaiki diri sendiri saja daripada sekedar menunggu dan menunggu sesuatu yang tidak bisa kita pastikan.
Jangan pernah berpikir komentar sebagai tolok ukur Dev. Banyak yang mengatakan itu, tetapi saya pikir sih bukan.
Hayo hayo Dev semangat…
Ihiy saya senang banget lho kegalauan saya malah ‘dijawab’ dengan tulisan panjang seperti ini 😜
Jujur seminggu belakangan ini saya nungguin banget komentar masuk ke blog, entah kenapa padahal biasanya pun saya nggak semikirin itu. Untuk menutupi rasa kuatir berlebihan, akhirnya saya milih untuk fokus nulis konten aja deh. Biar fokusnya teralihkan dan bisa cepat move on. Karena saya sadar banget waktu dalam keadaan galau itu saya cenderung mikir yang aneh-aneh, dan secara nggak langsung saya jadi take for granted dalam hal berkomentar maupun blogwalking.
Mudah-mudahan saya bisa ada di tahap ‘cuek’ seperti Mas Anton sekarang nih. Makasih banyak untuk pencerahannya, Mas! 🙏😉
Hahahaha.. hola Mamanya Josh….Kedatangannya memang sudah ditunggu loh.. 😛
Saya rasa sih memang wajar kalau kita punya harapan Jane, cuma kadang sebagai manusia kita tenggelam dalam harapan itu sendiri. Jangan atuh sampai berpikir yang aneh-aneh.
Seperti saya ini contohnya terkadang menikmati saja menjadi pembaca, menikmati apa yang disajikan. Kadang bolak balik, tetapi tidak komentar. Hahahaha… Bukan berarti tidak ingin berinteraksi tetapi memang terkadang waktu dan tempat tidak mengijinkan..
Saya yakin Jane pasti bisa. Karena mengkhawatirkan juga kalau Jane sampai mutung hanya karena masalah komentar. Banyak yang akan kehilangan. Kayak saya juga bakalan kehilangan juga kalau dikau sampe ngambek. Hahahaha..
Semangat ya Jane..
Halo, kulo nuwun …
Singgah disini [lagi] dan mengucapkan salam kenal lagi, wwwkkk ….#lebay deh 😅.
Dateng ke post ini berkat link dari post nya Lia, terus penasaran deh kira-kira isinya kayak gimana …
Kalau aku ya, mas, gini :
Banyaknya komentar jujur senang karena bisa dapetin banyak hal : nambah teman, berbagi info, saling dukung nambah grafik blog dan juga sarana hiburan dengan membaca komentar-komentar lucu.
Kalau pas sepi komentar, ngga kubawa jadi beban kepikiran terus jadi melllow galow …, , kan masih ada hiburan lain, misalnya baca-baca post dari para penulis lokal dan mancanegara.
Itu dia komentar pendapatku, mas Anton.
Salam blogging 😊
Holaaa mas Him.. kehormatan didatangi pengelana bertopi… hahaha.. Yo wis kita kenalan lagi.. hahahaha
Yup. Saya pikir intinya memang sama mas. Teman penting, komentar juga penting, tetapi kita harus bisa mengontrol diri sendiri ketika semua tidak sesuai ekspektasi kita.. Iya nggak sih..
Trima kasih untuk sudah memberikan pandangan Mas, appreciate it
Mas Anton cukup bijak dalam hal ini, ups sebelum mulai salam dulu, hay mas Anton, …..saya bertamu ne, ada kopi hitam kang? hehehe.
Sebelum melanjutkan saya ingin tanya mas, Kang Nata sekarang aktivitasnya apa ya?, setelah meninggalkan almamaternya hehhee…
Terkait post ini, kalau saya pribadi mencoba untuk fokus ke konten dulu, itu jalan yang saya pilih, tetapi bersusaha untuk “jalan-jalan” hanya untuk menjaga silaturhami.
Menurut saya jalan yang dipilih mas Anton, tidak salah tetapi tidak juga benar karena semuanya tergantung sudut pandang. Jadi jalani saja apa yang kita yakini, namun jangan lupa saya hehehehe… bercanda mas.
Tulisan mas Anton memang keren – keren.
Boleh tanya mas, apa rahasianya mengelola banyak blog tetapi tetap produktif? apalagi mas Anton kerja pula….
Apa tipsnya supaya tetap produktif mas?
Hola Mas Martin apa kabar? Hahahah Senang saya begitu tahu si mas kembali ngeblog. Kupikir sudah kapok, tapi pas lihat nama mas beredar lagi, saya buru-buru datang ke “rumah” mas dan dah baca lumayan banyak.
Kalau mau kopi.. langsung ke dapur saja mas.. bikin sendiri.. wkwkwkwkwkw
Kang Nata masih bersliweran Mas Martin, belum ada blog baru tapi dia masih beredar ke blog berbagai teman. Cuma kadang pake nama samaran (walau ketahuan) Bakwan Jagung. Cuma memang tidak sering nongol. Katanya sih aktif di medsos.
Kalau saya sih memang masih jalan-jalan mas.. kelayapan kemana-mana. Tapi sama seperti mas, tetap fokus ke konten.
Betul sekali mas, itu jalan yang saya pilih. Masing-masing akan punya jalan, makanya saya bertanya kepada Kawan MM semua, karena saya tahu bahwa banyak yang menganggap jumlah komentar itu penting banget. Bukan sebuah kebenaran dan bisa dipaksakan karena saya terlalu sadar bahwa setiap orang punya jalan yang berbeda.
Hahahaha.. sekedar coretan biasa saja mas.. iseng..
Rahasianya … jamu kuat.. wkwkwkw.. nggak ada rahasia mas.. saya cuma “memaksakan” diri untuk terus menulis kemudian berusaha mengatur waktu, mencoba terus mengembangkan ide, dan terus menulis saja. Ga ada tips rahasia apa-apa. Kalau bisa dibilang, saya memperlakukan blog seperti kerja sampingan, yang mau lagi mood atau tidak, saya akan tetap bekerja.
Bagaimanapun, blog sudah menjadi keseharian saya dan menjadi bagian kehidupan saya…Jadi yah, sudah terbiasa
Hayo Mas Martin lebih semangat, saya terus terang ingin mendengar kabar banyak dari Tanah Papua nih..
Makasih ya mas sudah bermain ke sini
Kabar baik mas, semua karena kasih dan kemurahan yang Kuasa.
Maturnuhun untuk sajian kopi irengnya yo mas. enak tenan pakai gula aren pula.
Aii Kang Nata, dia membangkitkan semangat saya. Kangen dia.
Oke intronya cukup. langsung ke inti kwkw. Mulai!!
–Bagaimana mengatur waktunya mas? maaf kepo ne mas, soalnya salah satu yang membuat saya berhan dan bangkit adalah Kang Nata, mas DJ, Mbak Rey, Ine Tuteh dan Kang Asnaji. Dua nama terakhir entah kemana…Kabarnya ke tetangga sebelah Youtuber…
Khusus mas Anton, aku lihat blognya mamayo, banyak bangat, lantas saya perhatikan artikel terbaru setiap blog, ngeri mas, produktif bangat. Lantas saya berasumsi, “ya ialah orang full time blogger” tetapi ternyata mas kerja juga. Di situlah istimewanya mas di mata saya lantas pertanyaanya apa sih rahasianya.
Jawaban mas Anton.
1. Mengatur waktu dan
2. Mengembangkan ide.
Di bagian mengatur waktu itulah kesulitan terbesar saya mas…
Jadi lagi – lagi tanya ne…
Bagaimana cara mengatur waktu di tengah kesibukan dengan berbagai peran? (Jawab lewat artikel ya mas hehehe, kalau boleh mas).
Kedua bagaimana cara mengembangkan ide ala mas Anton.
Kalau saya (kebetulan sering nulis profil orang), jadi begini cara saya mengembangkan ide.
1. Siapa dia
2. Apa istimewanya
3. Apakah keistimewaan tersebut masih singkron kah dengan kondisi saat ini…
Kemudian refleksi dan penutup.
Kalau sharing saya pribadi.
—Konsepnya dimulai dengan apa yang saya alami…
—Bagaimana cara saya mengatasi
—Ajak pembaca untuk terlibat (kalau teman – teman bagaimana mengatasinya, ataukah tidak pernah mengalaminya)…
Terakhir closing dengan konsep setiap masalah ada solusi cuma cara yang dilalui berbeda-beda…
Kalau tulisan yang lain mah tanpa arah, ga jelas, sing penting nulis wae hehhe…
Kalau mas bagaimana?
Jawabannya lewat artikel ya mas hehehe, maturnuhun mas, semangat!
Dengan senang hati mas Martin.. Saya tidak jawab di sini yah, saya jawab dalam bentuk artikel saja yah..
Yang pasti terima kasih atas komentarnya dan saya akan coba jelaskan berdasarkan apa yang saya alami dan lakukan yah.
Wehehehe, saya banget nih mas, dulu kadang berpikir sama kayak mba Devina, kenapa post A sepi while post B ramai? Kenapa begini begitu, hahahahaha 😂
Apalagi semenjak lebih rajin menulis atau kadang menulis sehari sekali, masing-masing post jadi lebih sedikit komennya. Wk. Saya bahkan sempat menahan diri untuk nggak sering update biar komen dalam satu post lebih banyak, tapi kadang jari gatal mau update dua post seharian. Hahahahahaha 😆
Setelahnya, saya jadi belajar nggak begitu memusingkan lagi, kalau post A sepi yasudah nggak masalah, saya nggak mau tunda post cuma karena tunggu post sebelumnya ramai komentar 🤪 That’s why even yesterday, saya bisa update dua post berturutan karena memang mau menulis saja. Wish in the future, saya bisa totally cuek seperti mas. Mau tulis 6 post sehari nggak sampai kepikiran akan ada yang komen atau nggak 😂
Nice post, gan! 😜
Wakakakakak… Makasih dah berkunjung Gan..
Nah bagus itu kalau sudah “gatal” pingin posting 2 kali sehari. Bakalan rame nih. Wajar sih Eno menurut saya punya keinginan dapat komentar banyak. Sah-sah saja. Cuma belajar dari pengalaman, kalau begitu kitanya gampang “goyah”.
Kalau Eno sih sebenarnya tidak perlu khawatir soal komentar karena blog Creameno itu punya penggemar banyak sekali dan banyak sekali yang relate dengan tulisannya. Saya pikir suatu waktu, malah Eno yang bakalan kerepotan sendiri… hahahaha..
saya malah senang Eno nulis lbih dari satu kali sehari.. banyak bacaan .. wkwkwk.. cuma kadang nongol komentarnya ditunda..
Makasih dah berkunjung ya Gan.. 😛
Insight yang menarik. Kayaknya saya juga mesti lepas dari hal macam ini. Soalnya masalah view saya sudah ngga begitu peduli lagi. Tapi rasa senang pas baca komen itu memang ngga ada lawannya. Apalagi dapat respon yang dalam tanda kutip sanggahan.
Sama seperti kak Eno dan kak Devina, saya juga sering mikir kenapa tulisan ini dan itu komennya berbeda. Saya sampai iseng eksperiman hanya untuk membuktikan analisa saya. Meski benar, saya tidak akan menuruti itu hanya agar tulisan saya komennya rame.
O ya.. betul Mas Rahul soal page views, saya juga sudah tidak ambil pusing. Paling cuma rutin saja setiap 2-3 bulan saya melihat data untuk melihat perkembangan. Setelah itu yo wis.. saya lupakan.
Nggak salah banget mas soal komentar itu karena rasanya senang banget. Hahahahaha betul kalau soal sanggahan atau ajakan berantem buat saya juga bikin adrenalin naik dan bersemangat… wakakakakak..
O ya, rajin banget mas eksperimen segala. Saya sih benar-benar nggak mikir soal komentar. Mungkin karena punya beberapa blog, begitu tulisan satu selesai saya lewat dan jalan terus..
Makasih mas sudah berbagi pengalaman
Mumpung ada waktu dikit saya akan berkomentar …Haahaa..🤣 🤣
Ehh tumben blogger bertopi komen dimari…🤣 🤣 Sebulan lalu ngobrol di WA beliau bilang bahwa pak Anton sudah tidak mau kenal saya lagi..Haahaa 😂😂
Terus gw jawab … Luh bukan anak perawan…Kalau luh perawan mungkin udah diparanin Haahaa..🤣 🤣 Gw suruh pake bedak sama lipstik malah dia ketawa.🤣 🤣
Bicara soal komentar kalau saya malah sejak 2018 sebenarnya ogah blog saya dikomentari…Tapi karena ada yang datang berkomentar yang saya balas kembali untuk datang keblognya.😊
Dan kalau saya pribadi komentar di blog orang bukan minta dikunjungi balik…Karena senang dengan artikelnya serta sang bloggernya. Jadi saya akan berkomentar…Tanpa pernah minta kunbal…Meski pada faktanya sebagian blogger banyak yang jiwanya berperasaan, Seolah komentar itu sebuah hutang atau tanggung jawab. Hingga mereka melakukan kunjungan balik. Hal yang bagus memang meski sebenarnya tidak harus seperti itu juga.
Jadi kalau menurut saya sebuah blog bagus apa tidaknya bukan dilihat dari banyaknya para komentar….Banyak diluaran blog terkenal minim komentar, Tetapi tetap terkenal juga.
Jadi blog ada yang komentar atau tidaknya jangan jadi alasan untuk menjadikan kita malas menulis. Atau berkesimpulan tulisan kita kurang bagus atau bla2 lainnya.
Dan sebenarnya mau tahu tulisan kita dibaca orang atau tidak kalau diblogger kan ada logo mata atau gambar mata disana tertera nominalnya…Contoh sewaktu saya mereview blog si Mbul…Jumlah komentar 138….Logo mata saya lihat nominalnya 12000. Saya sempat bingung ini yang ngintip blog gw robot apa pembaca gelap? Entahlah. Jadi intinya ada yang komentar di blog kita banyak atau sedikit yaa nikmati saja, Atau lihat saja logo mata berarti blog kita ada yang melihat meski tidak dibaca…Mungkin.
Gw juga setuju dengan tulisan ente kong blog kita sepi, Anggap saja kita itu hidup dalam lingkungan sehari2 dengan tetangga tidak selamanya harus ngumpul terus. Akan ada waktu dimana kita sibuk dengan urusan keluarga. Yang tidak mungkin kita untuk berkumpul terus dengan tetangga atau sahabat dilingkungan kita.
Jadi yaa menurut saya sama seperti ente kong..Menulis saja mau ada yang komentar atau tidak jangan dijadikan pikiran dan beban.😊😊
Contoh blog nyonya Rey komentarnya sedikit….Tapi penggemarnya ribuan…Gw share artikel waktu review blognya….Facebook gw rame dicoletohin sama emak2 penggemarnya beliau..Mereka melihat tulisan saya tapi pada tidak komentar. Namun bagi saya itu sebuah komentar meski beda tempat setidak mereka ngintipin blog butut gw…Beeehhhaaaa..🤣 🤣 🤣
Eehh tapi juga lho kong blogger yang hobi BW sampai 500 blog…Contohnya si blogger bertopi..
Gw mah nggak sanggup kalau untuk sekarang ini…Namanya juga BW ( Buang Waktu ) 🤣 🤣 🤣 Kalau sekarang gw lebih suka jadi pembaca gelap tanpa komentar, Alasannya sederhana karena sibuk pulang malam terus nggak sempat nulis. Sebagai gantinya yaa membaca, Jadi pulang malam nggak sempat nulis atau BW mending gw bacain blog semua orang sampai mata ngantuk.🤣🤣🤣
Yah, saya jawab dulu, mumpung ada waktu buat menjawab… 😛
Hahahaha.. masa sih saya tidak mau kenal sama blogger bertopi lagi. Belakangan memang saya memang seperti kembali ke mode jelangkung Tong. Jarang berkomentar dan lebih banyak jadi reader. Komentar hanya kalau saya anggap perlu saja.
Tapi bener juga sih tong, kalau dia mau pake bedak atau lipstik, gue paranin.. wakakakaka.. saya tetap maen kesana kemari Tong. Baca sana sini. Termasuk blog Mas Him. Cuma, komentarnya memang saya rasa agak berkurang. Kalau ada teman yang merasa diabaikan oleh saya, mohon maaf sebesarnya. Tidak ada niatan. Cuma ya gitulah karena kalau mood berkomentar sedang drop, rasanya malas banget. Mungkin agak capek juga sih tong, maklum dah WFO lagi.. hahaha
Nah, kan elu setuju ma gue Tong, jarang-jarang nih. Jangan-jangan dah mau kiamat nih kita bisa nyambung. Tapi bener, jangan mengukur sesuatu seperti itu dan menimbulkan asumsi.. menurut gue bagusnya begitu. Beban di hati malah tambah berat. Mendingan jalani saja “hidup” kita di blog.
Gue masih sering ngintipin blog lu Tong.. wakakakak.. kadang dengerin lagunya. Cuma mau komen banyak juga lagi males, hahahaha.. Jadi, ya ngintip rumah butut lu ajah. Sama sih, banyak blog langganan gue juga lagi dibaca doang. Mungkin karena gue dikejar laporan bulanan, jadi fokus kagak ke sana.. hahahaha..
Btw, makasih Tong buat masukannya dan juga persetujuannya.. Kalau ketemu blogger bertopi bilang, lipstiknya yang merah jangan yang ungu ya Tong.. 😛
Ada atau tidak ada komentar…tetap enjoy ngeblog. Komentar itu seperti bonus. Kadang ada yang silent reader.
Bersyukur juga semua masih pada kapasitas yang sekarang. Kadang kalau saya ngeliat sebuah blog yang komentarnya bejibun, jangankan jealous yg ada malah jadi mikir, duh yang punya blog kapan tidurnya ya (kalau ybs kerja juga dan termasuk rajin jawabin satu-satu).
Rasanya belum sanggup kalau sampai selevel itu, karena buat saya jawabin komentar termasuk harus…:))
Sambil pelan-pelan belajar kenapa nggak dinikmati saja prosesnya?
Nah… itu tepat banget Pheb…Komentar is bonus.. wakakakaka.. bonus yang luar biasa menyenangkan. Bisa dipandang demikian Pheb dan saya setuju sekali pada pandangan ini.
Iyah betul banget bahwa membalas komentar sendiri tidak bedanya dengan menulis artikel juga. Artinya akan memakan waktu dan butuh pemikiran. Pasti butuh spare waktu juga untuk melakukannya.
Kalau saya, disanggup sanggupin.. wakakakaka.. tetapi dalam artian, semua komentar yang masuk harus dijawab, tetapi saya tidak akan “berburu” komentar. Saya tidak mau bergantung pada jumlah komentar yang diterima. Banyak ya Alhamdulillah, sedikit, berarti rejeki saya sampai situ sajah..Saya akan menerima, tetapi tidak akan meminta…
Tumben kita sepakat Pheb.. wakakakakaka
qiqiqiqiqiqi, kalau ke blognya Eno atau Lia, yang komentarnya buanyaaakkk banget, itu kece banget, ama si Mbul, ama Mas Agus, ama siapa lagi ya, oh si Hino.
Soalnya komen yang masuk itu natural.
Tapi kalau ke blognya Rey dan komennya lebih 100, percayalah itu karena ikut BW list bahahahahaha.
Semakin ke sini, saya nggak seberapa peduli lagi sih dengan komentar, meskipun tetap berterimakasih banget dengan kesetiaan teman-teman yang belom bosan berkomentar di blog saya.
Yang paling penting buat saya, postingan berbayar, kudu rame komentar, biar kliennya senang hahaha.
Kayaknya kalimat terakhir itu yang mungkin bisa bikin saya semangat berburu komentar juga.. #kalau ada duitnya.. wakakakakakaka… It’s ok Rey. Bukankah itu memang sudah seharusnya karena dalam hal ini berarti dikau bekerja.
Yah, memang kalau merhatiin jumlah komentar mah ujungnya “menyakiti” hati sendiri #lebay mode on.. hahahahaha dan bisa mengikis motivasi ngeblog.. Jadi, saya mah fokus pada jalan saya sendiri sajah
Udh paling beneeer cara begitu mas. Kalo ga, yg ada kita ga semangat utk nulis, apa2 dinilai dari jumlah komentar. Mending semua dianggab kayak dunia nyata memang, ada kalanya kita rame silaturrahmi ato ketemu banyak org , tapi ga jarang juga ga ketemu siapa2. Kayak pandemi gini, bisa ngobrol Ama 1 orang, di luar orang serumah yaaa, udah bersyukur :D.
Aku sama kok prinsipnya. BW itu aku anggab hobi aja, Krn aku suka membaca. Jd mau si owner blog BW balik kek, ato ga, aku ga peduli. Aku BW dia, Krn aku suka tulisannya. Ga usah ngarepin divisit balik. Anggab aja kayak sedekah. Kalo ngasih sesuatu, tapi ngarepin Tuhan bakal bales berkali lipat, kok kayak pamrih jadinya :p. Ikhlas ga sih itu sedekahnya :p.
Aku sendiri tipe yg selalu BW balik, itu kenapa komen di blogku moderasi. Krn ga mau aja ada komen terlewat tanpa aku balas balik kunjunganny. Bisa diliat dari email, bisa memang, tp ga nyaman. Takut lupa dan skip. Lebih enak moderasi gitu. Jd pas aku buka komentar2 yg masuk, blog2nya bisa sekalian aku baca :).
Bener ya Fan… hahahah ternyata banyak pendukungnya nih saya. Tapi, saya rasa itu memang jalan yang terbaik bagi saya, dan mungkin orang seperti Fanny.
Hussh.. sedekah… wakakakakakak Ngomongin iklas, tapi berharap dibalikin berlipat sama Tuhan.. wahahahahahaha ngakak aku bacanya.. You’re fun Fan.
Bener banget itu salah satu kelebihan moderasi, nggak ada yang terlewat. Pasti akan bisa di BW balik dengan cepat…
baca ini kok seakan menjawab apa yang sedang aku pikirkan dan kuresahkan nih mas. pernah iri dengan jumlah komentar, kesel karena nggak ada kunbal, tapi sekarang ini malah aku sedang introspeksi sendiri, karena bw itu sbnrnya aktivitas yg butuh waktu juga, dan merespon pun juga butuh waktu juga.
aku barusan baca komentar teman-teman dan balasannya mas anton, seneng ya bacanya, interaktif gitu. lalu aku keingetan blogku yang belum pada kubalas bwnya, nggak enak sendiri baca. jadi beneran, emang butuh waktu khusus.
Waduh.. padahal menu REQUEST baru dibikin, kok saya sudah bisa menjawab keresahan Mbak Ghina ya..#jangan jangan saya berbakat jadi paranormal.. wakakakakak
Kalau balas komentar saya sifatnya mendekati wajib Mbak Ghina. Ya seperti ditulis di atas, nggak enak saya kalau orang sudah datang ke rumah tidak saya sapa dan temui. Jadilah, ya begitu deh saya akan memerlukan untuk menjawab komentar. Itu juga mengapa saya bilang, komentar itu penting.
Iya BW itu makan waktu banget loh…saya sendiri ngerasain kalau sedang kerjaan banyak, susah banget kelayapan.
Hayo mbak Ghina semangat nulisnya.. # saya sering maen loh ke rumah mbak.. ngintip doang tapi.. wakakakak # merasa bersalah tidak meninggalkan jejak
Untunglah pada awalnya motivasi ngeblogku hanya untuk menyimpan fail2 yg dianggap penting, spt kesehatan. Kalo gak aku bisa minder…. blog sepi komeeen 😊
Kalo ada yg baca syukur, apalagi ada komentar, kata temen2 di atas adalah bonus…
Baru beberapa bln ini aj ada komen di blog ku stlh ikut BW, and bermula dari blognya pak bos Anton😇
Jujur sejujurnya, ad rasa kewalahan bls komen, biar kata cuma beberapa, dan tak sebanyak creameno, reyneraera dll… sbb, utk bls komen jg butuh waktu.
Aku udah kecapaian urus perusahaan, karyawan, begitu pulang rmh udah mumet. Pengin glosor di kasur hehe…
Mau duduk manis di depan komputer lagi udah gak sanggupp… hhhh…
Tapi, blog2 yg kurindukan sll utk datang n baca [silent rider] ttp, di sela2 kesibukan ktr.
Blog MM, Reyneraera, blog mbak Fany…
Eh# gak mau tertinggal bc blog mb Fany krn asyik banget beliau penyajian tulisannya enak dibaca n kulinerannya oke punya👍
Oke deh mas Anton hatur tengkiu nya..
Hahahaha.. iyah karena niatnya jelas jadi nggak gampang mutung ya mbak.. wakakakak..
Ah, fokus saja mbak pada yang lebih penting. Jaga kesehatan dan jangan sampai dipaksakan sampai mengorbankan diri dan sakit. Malah nggak bagus banget. Apalagi di masa sekarang yang agak suram nih.. Dengan mbak fokus ke kerjaan, akan banyak yang terbantu dan lebih penting daripada mengurus komentar di blog pastinya.
Lagi juga, toh mayoritas blogger teman mbak menyadari kok kalau ada pekerjaan yang lebih penting dan harus didahulukan.
Iyah kalau Mbak fanny itu, saya juga suka baca blognya dan komentarnya. Memang si Ratu Kucing itu sebenarnya asyik punya.. hahahaha
Aku yang makasih mbak Ike sudah mampir dan menyempatkan berkomentar di sini. Matur nuwun yah
Tulisannya menarik banget, Mas Anton. Plus bacain cerita teman-teman blogger di kolom komentar, hmmm kalau dibikin forum curcol blogger pasti rame nih wkwkwk. Saya termasuk yang happy kalau ada yang ninggalin komen. Mungkin karena gak banyak ya kayak di blog orang-orang yang bisa ratusan, jadi sekalinya ada waw ya seneng hehe. Meski begitu, saya tetep akan nulis meski gak ada yang komen simply karena nulis sendiri sudah bikin happy.
Sama Justin, saya juga senang kok menerima komentar. Happy. Cuma saya tidak berharap ada yang memberi jadi tidak merasa terbebani. Kalau ada yang komen, seneng, tapi kalo ga ada ya biasa ajah.
Boleh juga tuh bikin forum curcol.. hahahahahaha
Yup, nulis itu sudah bikin hepi, ada yang berkomentar tambah hepi.. tapi kalo ga ada, ga masalah juga
Makasih Justin dah maen ke sini
Hi Mas salam kenal. Ini pertama kalinya saya membaca tulisan di blog Mas Anton dan saya suka sekali dengan honest thoughts seperti ini. Hal ini dapat menyadarkan kita-kita bahwa tulisan yang jujurlah yang lebih penting dibandingkan dengan total komentar. Atau dalam case ini Kualitas lebih baik daripada kuantitas.
Thanks Mas Anton 🙂
Hola Dina salam kenal juga dan selamat mampir di blog mabok seperti ini…
Hahaha.. abis mikirin jumlah komentar itu capek. Jadi nda enjoy ngeblognya. Saya milih jalan enjoy saja deh.. Buktinya kan Dina saja masih mau mampir kan .. ahaha
Makasih kunjungannya loh.. apprecaite it