Yah, itulah kira-kira salah satu kesimpulan dari hasil berkelana di dunia beauty blogger beberapa hari belakangan ini. Memang, ada beberapa poin lainnya, tetapi salah satu yang paling mencuat di kepala, adalah kalau memang (masih) mau menjadi beauty blogger, harus mau keluar uang untuk sewa jasa fotografer pro.
Ada sih jalan lainnya, seperti punya pacar yang tahu cara memotret model, punya suami yang gemar fotografi dan punya kamera handal.
Atau, setidaknya mau keluar uang untuk biaya ngopi dan ongkos teman yang bisa memotret dan punya kamera yang lumayan mumpuni.
Masing-masing pilihan ada resikonya
- Pilihan pertama berarti keluar uang lumayan besar karena harga jasa fotografer profesional sangatlah tidak murah
- Pilihan kedua sebenarnya bisa murah atau bisa mahal, tergantung pada apakah ada cinta di hati atau tidak. Kalau tidak, pastinya jadi mahal karena ada biaya korban perasaan
- Yang terakhir, agak murah karena sebagai teman tentunya harga spesial dan kadang digratiskan. Cuma, kadang hasilnya juga tidak maksimal dan memuaskan
Ngawur yah kedengarannya?
Rasanya sih tidak juga. Bukan apa-apa, sejak beberapa hari yang lalu, memang saya jadi gemar berkelana di dunia para blogger kecantikan. Baik dalam dan luar negeri.
Selain enak melihat yang bening-bening (cantik-cantik) . Juga berusaha menemukan pola mengapa blog A bisa terkenal sedangkan blog B yang mengusung tema beauty blogger juga seperti hilang ditelan angin. Tidak terdengar kabar beritanya.
Di antara beberapa blog para beauty blogger yang dikunjungi, terdapat nama-nama seperti Andra Alodita, Stella Lee, dan yang lebih awal lagi si Diana Rikasari (Hot Chocolate and Mint). Yang versi luar negeri ada Sarah Feingold, Rebecca Nguyen, dan banyak lainnya.
Semuanya punya satu kesamaan.
Image atau foto-fotonya luar biasa bagusnya. Semua bisa menonjolkan kecantikan (setidaknya membuat sang blogger) terlihat sangat cantik. Gambar yang dipergunakan bisa memperlihatkan, detail, karakter, dan apa yang paling menonjol dari sang blogger.
Foto-foto itu bisa “berbicara” sendiri dan bukan lagi sekedar pelengkap dari sebuah tulisan. Mereka menjadi bagian yang tidak kalah pentingnya dengan tulisan sang blogger sendiri.
Bukan foto sembarangan.
Tangan yang menghasilkannya bukan cuma sekedar tangan orang yang sekedar bisa memotret. Jelas bukan hasil dari selfie atau swafoto. Hampir tidak mungkin dibuat hanya menggunakan smartphone (kecuali mungkin iPhone atau Samsung Galaxy S9, atau smartphone kelas atas).
Bahkan, foto peralatan kosmetik yang sederhana, pada tulisan bersifat review atau ulasan saja, bisa “berjiwa” dan bukan sekedar enak dilihat.
Contohnya, sebuah foto sederhana di bawah ini :
Sumber dan Pemilik Foto Andra Alodita – Melbourne Itinerary : 10 Days In The City |
Sederhana dan natural sekali.Sepertinya foto ini menggambarkan sang blogger yang sedang berwisata di sebuah tempat dengan pemandangan yang indah.
Tetapi, percayalah foto ini adalah hasil dari tangan seorang fotografer handal.
Perhatikan beberapa hal di bawah ini :
- Andra terlihat cantik kan ? Bagian paling tajam dari foto ini ada di wajah sang beauty blogger. Selain karena kulit wajahnya yang bernuansa muda berbanding “gelap” pada background dan elemen dalam foto menyebabkan perhatian langsung fokus pada wajahnya. Bagian yang berkaitan erat dengan kata “beauty”, cantik.
- Kalau caption pada foto dihapus, bisakah Anda tahu dimana foto itu diambil? Saya bisa. Petunjuk itu ada di buku yang dipegangnya. Coba lihat kata paling besar disana apa. Sebuah trik tersendiri dalam fotografi untuk memberitahukan dimana pengambilan foto dilakukan tanpa harus menaruhnya ke dalam caption foto
- Lihat latar belakang blur yang dikenal dengan bokeh terlihat halus dan lembut. Bukan hanya pertanda skill sang fotografer, tetapi juga kamera dan lensanya. Tidak mudah menghasilkan sesuatu yang seperti itu
- Selfie? Jelas bukan. Meski, saya tahu bahwa Andra Alodita adalah seorang fotografer wanita yang punya nama di blantika fotografi Indonesia, jelas foto ini bukan sebuah swafoto. Tahu kan kenapa saya yakin tentang hal ini ?
- Gayanya natural dan tidak dibuat-buat memberi kesan bahwa sang beauty blogger sedang bersenang-senang selama disana, sesuai dengan judul artikelnya yang berisi kisah traveling
Ada seseorang, yang jelas tahu bagaimana cara membuat foto yang bagus dan sesuai tema.Seseorang yang membantu sang blogger memperlihatkan sisi “cantik”nya sebagai wanita.
Masih tidak percaya bahwa ada fotografer handal di belakang blog Andra Alodita? Coba saja klik link yang ada pada caption foto. Pada satu artikel saja ada banyak foto lain yang akan membenarkan hal itu.
Foto-foto keren seperti ini juga ditemukan dari blog-blog blogger kecantikan yang punya nama, seperti Stella Lee dan yang lain. Bagus-bagus dan menonjol sekali.
Bahkan, blogger lama seperti Diana Rikasari bisa menonjol pun salah satunya adalah berkat tangan mumpuni dari fotografernya. Coba saja cek sendiri di blognya yang masih berbasis blogspot.
Meski blognya gratisan, tetapi hasil fotonya tidak murahan. Keren, meski gayanya berbeda dengan gaya Andra.
Hal yang berbeda sekali dengan beberapa beauty blogger wannabe (orang yang ingin (berlagak) menjadi beauty blogger). Berbeda sekali. Foto-fotonya kerap biasa saja dan tidak bisa menampilkan kecantikan darisang blogger.
Nanggung istilahnya.
Sesuatu yang disayangkan karena pada genre blogging yang satu ini, image memainkan peran yang bisa lebih penting daripada teksnya. Tidak berbeda dengan travel blogger dimana kerap fotonya yang berbicara dahulu sebelum teksnya.
Itulah mengapa, saran saya kalau memang mau menjadi beauty blogger seperti Andra, ada hal penting yang perlu diberi penekanan. Namanya foto atau image.
Jangan setengah-setengah dalam menghasilkannya.
Kalau memang mampu, sewa tenaga profesional untuk dapat foto sekelas itu. Hal itu lebih baik daripada elemen utamanya tidak terpenuhi. Sebanyak apapun teks yang ditulis, kecantikan adalah masalah “visual”. Orang pertama kali menilai cantik atau tidak dari sisi lahiriah, dan hal itu tidak bisa dipenuhi oleh ribuan kata, tetapi bisa dilakukan dengan 1 buah foto.
Lalu, kalau sudah sewa jasa fotografer apakah berarti bisa langsung ngetop? Ya tidak begitu juga. Foto bagi genre beauty blogger bisa dikata mengcover 50%, sisa yang 50% lagi berarti harus juga dipenuhi, dengan cara :
1. Memiliki gaya menulis yang memikat (santai, tidak menggurui, tetapi mampu memikat pembaca)
2. Memiliki kemampuan berkomunikasi untuk melakukan negosiasi dan bekerjasama dengan anggota tim yang lain
3. Memiliki jaringan/network yang luas
Dan, masih banyak hal lain yang harus dimiliki oleh seorang beauty blogger kalau mau sukses di bidangnya.
Sama seperti bisnis apapun, tidak ada elemen tunggal yang bisa berdiri sendiri dan harus ditopang dengan banyak elemen lainnya.
Tetapi, dalam hal ini, fotografi memegang peranan teramat penting dan tidak boleh diharuskan.
Jadi, saran saya kalau mau menjadi blogger kecantikan seperti ini, yang pertama harus dilakukan adalah berhenti membaca tulisan blogger tutorial tentang blogging atau internet marketer. Mereka kerap tidak mengerti peranan dari sebuah foto pada artikel. Bagi mereka, foto atau image hanya pemanis saja.
Jangan sampai pikiran teracuni pemikiran tersebut karena bisa membuat artikel kehilangan 50% jiwanya akibat foto yang biasa-biasa saja.
Saya kok jadi jatuh cinta ama artikel-artikel di sini ya, hehehe.
Setuju pakai banget!
Jangankan beauty blogger yang emang salah satu modal utamanya adalah foto yang mumpuni, saya aja sering ngereview produk beauty di blog amat sangat kerepotan dengan masalah foto.
Dan bukan hanya beauty blogger sih, lifestyle dan parenting blogger atau semua blogger sebenarnya wajib menyajikan foto yang lebih bagus.
Saya sering sedikit depresi kalau ada sponsored post yang endorse produk, terlebih produk bayi.
Ampuuunnn sulitnya ambil gambar yang lumayan (yang lumayan aja sulit loh wkwkwkw)
Bahkan kapan hari saya ikut event, ada bintang tamu seorang influencer atau selebgram, pesertanya blogger dan juga influencer, yang datang banyak dong, ternyata usut punya usut ada beberapa yang bawa fotografer pribadi. uwowwwww hahahaha
@Reyne .. Nah kan ada kaum "beauty", wanita maksudnya yang membenarkan pandangan ini. Jadi, rasanya ga salah banget deh..
Tidak heran Rey.. pengamatan saya juga begitu, rasanya mereka bekerja sebagai sebuah tim. Tidak sendiri. Jadi, pantas saja kalau kualitas foto dan tulisan mereka sangat baik. Ngena banget.
Tapi, kalau baca tulisannya Rey sih, bisa berkembang ke arah sana..Exsplosif banget, sampai saya bingung kok termasuk introvert.
Wakakakakak..
Seperti baca roman atau cerpen, tapi seru…
kalau saya buat blog beti ' apa Pak Anton bisa disewa ?:) ( jng ngeres yach 🙂 )
Melihat ide artikel artikel yang ada maniak menulis semuanya diluar kebiasaan blogger sok mastah diluar sana…mesk meskipun isinya penting tapi jarang atau malahan tidak akan dikupas di blog lain. Makanya saya ketagihan nongkrong disini
Setuju, ini menjadi tantangan terbesar bagi kebanyakan narablog, yaitu masalah fotografi. Bila saya ditanya sebagai seorang narablog, pasti akan mempertimbangkan hal-hal yang telah diulas dalam artikel ini juga; walau mungkin budget-nya belum mumpuni, hehe.
Namun bila saya ditanya sebagai seorang pembaca yang sedang mencari review yang jujur mengenai suatu produk kecantikan, justru saya lebih tertarik dengan foto yang diambil secara natural alias 'biasa saja'. Alasannya:
1. Saya bisa mengira-ngira bagaimana produk tersebut dapat bekerja atau terlihat di kulit saya secara real dan tidak dipengaruhi dengan teknik pengambilan gambar secara profesional.
2. Karena kebanyakan 'beauty blogger wannabe' itu terlihat 'biasa saja', orang yang merasa dirinya 'biasa saja' dapat relate (contohnya, saya sendiri hehe); atau merasa senasib sepenanggungan.
3. Biasanya ulasan yang ditulis bersifat jujur, walau ada beberapa yang mungkin disponsori.
Jadi, menurut saya beauty blogger wannabe juga punya peranan yang cukup besar dalam dunia beauty blogger ini. Jalan menuju beauty blogger profesional memang tidak mudah, tapi semua orang punya kesempatan yang sama untuk berbagi di bidang yang dicintainya; dengan cara dan ciri khas mereka masing-masing.
PS: Saya bukan beauty blogger, hanya narablog biasa.
@Kang Nata .. maaf, saya tidak sanggup. Mau dibuat seperti apapun, Kang nata tidak akan bisa menjadi cantik
@Teguh … hahahahahaha.. selamat datang di dunia blogger tukang ngeyel om
@Dik Mur .. dipanggil demikian karena kalau mengunjungi blognya, jelas masih sangat muda
1. Teknik fotografi tidak memanipulasi hasil dik. Teknik pengambilan foto bukan merubah foto. Tetapi, seorang fotografer yang handal bisa menekankan sisi "kuat" dari seseorang dan menampilkannya dalam foto. Jadi, sebenarnya tidak ada kaitan sama sekali antara "asli" dan "editan". Bahkan, sebenarnya efek, saya rasa dalam hal ini kosmetik bisa terlihat lebih baik.
Jadi, jangan dipandang bahwa fotografer pro itu mengedit foto. Pengambilan sudut pandang, latar belakang, penekanan tema, agar "kecantikan" sang blogger menonjol, itulah yang dimaksud
2. Mungkin mereka menjadi biasa karena kurang bisa menekankan kelebihan mereka. Foto-foto yang dipakai menjadi tidak "memukau" karena dipandang sebagai sesuatu yang remeh
Beberapa beauty blogger disebut cantik-cantik banget juga tidak, tetapi dengan penggunaan foto yang bagus, mereka bisa menonjol di mata orang lain.
3. Yang wannabee juga belum tentu tidak melakukan editing pada fotonya. Belum tentu mereka 100% polos. Dengan software dan aplikasi sekarang mudah sekali untuk merubah penampilan seseorang. Bahkan di tangan orang biasa sekalipun.
Justru, biasanya fotografer handal, tahu dan jarang menggunakan software aplikasi photo editing seperti ini. Biasanya mereka bekerja sama untuk memberi saran dalam hal gaya, penampilan, dan selebihnya mereka yang mencari sudut pemotratan yang baik.
Btw, beauty blogger juga bukan cuma sekedar pemakaian kosmetik. Cenderung juga harus bisa menampilkan personality dari sang blogger. Personal branding sangat diperlukan.
Kalau memang mau diseriusi.
Fotografi bukanlah sesuatu hal yang rumit karena saya juga menekuninya. Banyak orang sudah bisa melakukannya dan bila memang berniat kuat untuk menjadi beauty blogger, banyak jalan kok untuk bisa menghasilkan foto yang bagus dan enak dilihat.
Bagaimanapun, beauty blogger adalah tentang kecantikan. Mau tidak mau kepercayaan orang akan tumbuh kalau sang bloggernya sudah terlihat cantik dan menarik. Kalau hanya biasa saja, tidak akan mengundang orang untuk membaca dan mengikuti blognya.
Kata beauty-nya itu loh.
Jadi, Dik Mur, foto itu penting bagi beauty blogger. Kayaknya, kalau tanpa ini, siapapun akan terus menjadi beauty blogger wannabe.. tidak akan beranjak dari sana.
Setuju kang. Semua poin yang telah disampaikan sepemahaman dengan saya, dan saya tidak bilang kalau foto itu tidak penting.
Sebenarnya yang ingin saya tekankan adalah sebutan 'beauty blogger wannabe'. Kata 'wannabe'-nya. Mungkin tidak saya point out secara langsung karena ini kan perspektif penulis, jadi ini hak penulis pula untuk menyebut mereka seperti apa.
Kalau boleh berpendapat, predikat 'wannabe' sedikit harsh bagi saya. Mungkin kata 'pemula' atau 'beauty blogger biasa' boleh jadi alternatif, supaya lebih memotivasi gitu Kang. Saya cuma khawatir orang yang ingin serius di bidang ini, namun belum memiliki budget mumpuni (padahal mungkin saja punya potensi yang baik kalau konsisten dan mau terus belajar, terutama dalam hal fotografi tapi cuma punya modal hp, tampang, personality dan semangat) bisa terhambat atau down karena merasa dirinya hanyalah 'berlagak' karena dipandang 'tidak serius' terutama dalam hal fotografi. Seolah-olah semua solusinya hanya melalui jasa profesional, walaupun sebenarnya teknik-teknik fotografi bisa dipelajari sendiri seiring waktu dan banyak jalan untuk menghasilkan kualitas foto yang baik seperti yang telah Kang Anton sampaikan. Walau hasilnya terlihat 'biasa saja', tetapi itu tetap dapat menjadi awalan yang baik daripada tidak memulai sama sekali.
Atau menurut Kang Anton, lebih baik tidak usah mulai kalau belum benar-benar siap?
Beda perspektif, beda pula sarannya.
Tulisan yang menarik dan memotivasi saya untuk menjadi lebih baik, terutama dalam mengoptimalisasikan fotografi. Terima kasih 🙂
@Mur…. memang sengaja dipake sebuah kata yang harsh, karena saya tidak pernah tahu secara persis apakah sebuah beauty blog dikelola pemula atau bukan. Jadi, harus diabaikan pemisahan kata pemula atau tidak karena juga dasarnya subyektif. Siapa yang bisa menyebut orang lain sebagai pemula atau bukan, saya sendiri memandang diri saya sebagai pemula. Boleh kan?
Kata wannabee kenyataannya juga karena pada dasarnya banyak beauty blogger kelihatannya tidak dibangun berdasarkan passion terhadap itu dan kesannya asal-asalan. Bukan hanya dari foto tetapi juga dari tulisan. Banyak yang hanya mengikuti trend saja.
Mereka bukan pemula karena dalam beberapa blog tulisannya sudah banyak sekali dan dari arsipnya juga sudah lama, tetapi, mereka seperti hanya berusaha mencoba meniru orang lain untuk menjadi beauty blogger.
Banyak yang seperti itu di internet. Dari 30-an yang saya baca belakangan saja, hanya 3-4 saja yang benar-benar berhasil, menurut saya, menjabarkan dan menampilkan dirinya sebagai seorang beauty blogger (tidak termasuk yang sudah ngetop).
Hal itu mungkin disebabkan karena mereka banyak mengabaikan hal yang esensial dari beauty blogger sendiri.
SALAH BESAR. Tidak terpikirkan bahwa seorang pemula tidak boleh memulai kalau belum siap. Saya memandang blogging adalah tentang perjalanan panjang dan bukan seketika. Akan penuh dengan lika liku dan jatuh bangun. Cuma setelah lebih dari 4 tahun ngeblog, saya bisa menilai sedikit bahwa banyak beauty blogger yang pada akhirnya bantat (tidak berkembang).
Itu pandangan saya.
Mereka tidak bisa menampilkan citra diri mereka dalam blognya, dan banyak karena memandang remeh masalah foto ini. "Kecantikan" mereka tidak keluar di blognya, dan blognya menjadi tidak berbeda dengan banyak blog gado-gado lain.
Istilah wannabe memang keras dan menyakitkan. Tetapi, saya tidak terbiasa membungkus kata-kata dengan halus hanya sekedar untuk membuat hati orang nyaman. Resikonya, saya besar kemungkinan tidak akan disukai oleh banyak orang yang membaca, terutama karena orang Indonesia tidak terbiasa menerima kata-kaya "keras" dan lebih suka dialusi.
Tetapi, kalau dengan kata-kata menyebalkan itu ada satu dua orang "tergerak" dan berusaha ke depannya menjadi lebih baik, saya ambil resiko itu. Tidak masalah banyak orang tidak suka.
Soal budget sendiri seharusnya bukan sebuah masalah. Di atas secara nyeleneh sudah disampaikan beberapa opsi yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah foto yang "biasa" saja. Masih banyak cara lain.
Seorang blogger, dan bukan hanya beauty blogger, harus bisa memecahkan masalah tersebut. Dengan cara apapun, bukan cuma dengan cara yang saya sebut. Jiwa blognya tergantung pada foto itu, menurut saya.
Blogger harus kreatif. Dan jangan berlindung di balik kata "pemula" sehingga harus dimaklumi. Pembaca tidak peduli apakah dia pemula atau bukan. Yang penting dia ingin melihat apa yang ingin dilihatnya.
Bukan cuma ingin memaklumi saja.
Ada banyak cara.. temukan salah satunya. Yang penting foto-fotonya menjadi bagus dan bisa menonjolkan kecantikan sang bloggernya. Itu intinya. Mau ke dukun sekalipun, ya terserah, yang penting itu foto nangkring disana.
Gitu loh.
Toh kamera bagus juga tidak mahal dan fotografi itu tidak terlalu sulit kalau mau belajar.
Jadi, buat saya sendiri sih sebenarnya tidak ada alasan untuk pemakluman. Setiap orang harus berjuang dengan cara dan jalannya sendiri. Tidak akan maju kalau mau dimaklum terus..
wakakakakak.. jadi panjang..
Btw Mur… nice to meet you dan senang membaca pemikiranmu. Yang kayak begini ini menyenangkan.. hahahahah
Nah, sekarang saya jadi paham makna dibalik kata 'wannabe'. Tidak mengindikasikan suatu hal yang negatif, tapi bertujuan untuk membangun motivasi para blogger biasa yang ingin mengtransformasikan dirinya menjadi lebih berkembang ke arah profesional.
Nice to meet you juga Kang Anton, senang bisa berbagi perspektif yang sebenarnya maksudnya sama, namun cara pandangnya saja yang berbeda, hehe
@Mur.. berbeda itu anugrah..