Page Loading 3-4 Detik : Mitos atau Fakta?

Secepat mungkin. Page loading sebuah blog atau website harus secepat kilat. Resikonya kalau gagal memenuhinya maka pengunjung akan kabur dan tidak akan mau berkunjung ke blog kita.

Itulah kata-kata sakti yang banyak dipergunakan oleh para blogger, terutama yang mengambil niche atau topik tentang blogging atau internet marketing.

Begitu pentingnya masalah page loading ini, hampir semua blogger memberikan pandangan bahwa kegagalan dalam membuat sebuah blog yang super kilat saat dibuka akan membuat pengunjung segera mengklik tombol back atau close.

Apa itu page loading?

Bagi Anda yang baru saja memasuki dunia blogging, mungkin ada baiknya mengerti apa itu page loading.

Page loading adalah waktu yang diperlukan oleh sebuah perangkat surfing atau browser, seperti Google Chrome, Firefox, Opera, untuk membuka sebuah laman atau halaman web.

Waktu itu sebenarnya adalah waktu yang diperlukan untuk perangkat tersebut untuk terhubung dengan server dimana web tersebut disimpan, mengunduhnya, dan kemudian menampilkan.

Ukurannya sama dengan cara mengukur kecepatan mobil, yaitu dengan detik.

Semakin cepat sebuah website terbuka di perangkat pengguna akan semakin baik. Semakin lama terbuka, maka semakin besar kemungkinan si pengguna menjadi kesal dan beralih pada website yang lain.

Itulah mengapa page loading menjadi salah satu topik yang tidak kunjung berhenti untuk dibahas. Bukan hanya kecepatannya, tetapi sampai berbagai tips dan trik menghasilkan sebuah website yang bisa tampil di layar pengguna bahkan sebelum mata si pengguna berkedip.

Yap. Ini adalah issue yang selalu hot di dunianya para webmaster atau pengelola blog.

Berapa lama waktu yang dianggap “wajar” untuk sebuah laman tampil di layar pengguna?

Pertanyaan kanjutannya adalah kapan sang pengguna merasa bosan dan kesal karena sebuah laman web tidak tampil di layar smartphone atau komputernya? Kapan mereka memutuskan untuk mencari yang lain?

Kebanyakan blogger Indonesia menyebutkan angka 3-4 detik sebagai angka keramat. Tidak jarang mereka menyebutkan bahwa kalau sebuah blog melebihi angka ini, sudah pasti blog tersebut tidak akan banyak dikunjungi orang.

Oleh karena itu banyak blogger berusaha dengan keras memastikan bahwa blog mereka bisa memenuhi kriteria page loading 3-4 detik. Tidak heran tetapi kebanyakan blogger senior mendukung teori ini.

Bongkar pasang website dan widget bukan lah hal yang aneh. Mengkompresi data HTML atau PHP pun dilakukan demi membuat web-nya bagaikan si Flash yang bisa berlari melebihi kecepatan suara yang 1,024 kilometer perjam itu.

Benarkah 3-4 detik adalah “waktu tunggu” yang bisa ditolerir?

Itu pertanyaannya. Apakah yang banyak diumbar oleh para blogger tentang angka keramat 3-4 detik itu benar? Apakah para pembaca kesabarannya hanya sebatas itu? Dasar apa yang dipakai sebagai patokannya?

Telisik punya telisik. Apa yang dikatakan banyak blogger tentang angka keramat page loading 3-4 detik itu BENAR. Tidak salah sama sekali.

Sebuah website yang bergerak di bidang statistik yang berkaitan dengan aktifitas di dunia maya, Kissmetrics, setelah melakukan survey, menemukan fakta bahwa 40% pengguna internet akan kabur dari sebuah blog yang memiliki page loading lebih dari 3 detik. Silakan lihat datanya di sini.

Persentase yang luar biasa besar.

Jadi, bukan mitos kalau banyak pengguna internet sangat tergantung pada page loading yang cepat atau lambat.

Tetapi….

Ada “tetapi”-nya juga.

Klaim para blogger Indonesia tentang angka keramat kecepatan loading  3-4 yang mereka katakan tidak benar, alias SALAH.

Bingung kan? Bagaimana bisa BENAR sekaligus SALAH pada saat bersaman.

Silakan lihat penjelasan di bawah ini.

Toleransi pengguna internet berbeda di setiap negara

Sebelum diuraikan lebih lanjut, tentunya saya juga harus fair dalam menilai dan memberikan bukti. Kalau saya hanya mengatakan salah tanpa argumen yang kuat dan tanpa bukti, namanya omong kosong. Bukan begitu kawan?

Oleh karena itu, saya coba ajak Anda melihat screenshot berisikan informasi tentang LOVELY BOGOR, blog tentang kota yang saya kelola. Pengukurannya pun menggunakan cara umum yang dipergunakan mayoritas blogger Indonesia, yaitu dengan PageSpeed Insight dari Google, GTMterix dan Google Analytics.

GTMetrix

Dari screenshot GTMetrix di atas bisa terlihat bahwa page loading Lovely Bogor adalah 6.1 detik. Dua kali lipat dari angka keramat.

Berdasarkan Yslow bahkan homepage Lovely Bogor sendiri mendapat nilai E alias buruk sekali. Mayoritas laman di blog tersebut berkisar antara 4-7 detik.

Pagespeed Insight

Smartphone / Seluler :

Kalau di layar smartphone, maka homepage web utama saya itu mendapat nilai MERAH, 62 saja. Menurut mereka web tersebut perlu diperbaiki di banyak sisi, terutama dalam penggunaan gambar atau foto.


Desktop :

Lebih lumayan sedikit karena mendapat nilai 80, tetapi tetap saja bukan warna impian setiap blogger, yaitu Hijau.

Angka ini akan diremehkan oleh banyak blogger.

Kesimpulannya, kalau memakai tolok ukur yang banyak digembar-gemborkan oleh para blogger senior nan terkenal Indonesia, seharusnya LOVELY BOGOR akan menjadi sebuah blog yang sepi bak kuburan. Pengguna internet jelas akan kabur karena tidak ada laman di blog itu yang mencapai angka keramat 3-4 detik tadi.

TETAPI BENARKAH DEMIKIAN?

Kenyataannya, silakan lihat hasil capture dari data statistik yang diseiakan oleh Google Analytics, peralatan standar blogger untuk mengamati perkembangan web.

Apakah pengunjung Lovely Bogor sedikit?

Silakan lihat sendiri.

Apakah Anda melihat sebuh blog yang bak kuburan? Itu adalah screenshot bulan berjalan dari Lovely Bogor. Bukan screenshot data selama blog berdiri, tetapi hanya dalam satu bulan saja.

Data yang terlihat

  • Jumlah pengunjung : 76.949
  • Jumlah sesi : 89.155
  • Jumlah laman yang dilihat : 113.066

Bagaimana menurut Anda?

Bisakah Anda mengambil kesimpulan terkait dengan pandangan bahwa page loading atau kecepatan loading sebuah blog dari data-data ini?

Pasti sudah ada gambaran tentang itu, tetapi saya sarankan jangan terburu-buru.

Masih ada beberapa hal yang mungkin akan membantu lebih jauh memahami mengapa mitos page loading “HARUS” 3-4 detik berkembang di dunia blogger Indonesia.

 

Kesalahan interpretasi dan kekurangpahaman tentang membaca data

O ya, memang kenyataannya sebuah mitos sering berkembang karena ketidaktahuan atau kekurangpahaman terhadap sesuatu. Sering sekali hoax juga beredar karena yang membaca tidak mengolah lagi informasi yang diterimanya.

Batasan keramat 3-4 detik untuk page loading sebuah laman, kalau menurut saya memang berasal dari hal itu. Kesalahan menginterpretasikan dan kekurangpahaman yang membaca terhadap informasi yang disajikan.

Ditambah pula dengan kebiasaan mengenerlisasi atau kalau bahasa “gebyah uyah” terhadap segala hal.

Coba kita perhatikan beberapa poin yang saya maksud di bawah ini.

1. 40% pengguna internet akan kabur kalau sebuah laman tidak terbuka dalam 3 detik

Silakan baca versi bahasa Inggrisnya dari pernyataan Kissmetric ini.

40%.

Kissmetric tidak menyebutkan 100% pengguna internet akan pergi dan meninggalkan. Hanya 40%. Lalu bagaimana dengan sisanya yang 60%.

Jawabnya, kemungkinan besar mereka akan tetap menunggu sampai sebuah laman web terbuka. Harap perhatikan sebuah fakta tak terbantah 60% jumlahnya lebih banyak dari 40%.

Mereka tetap menunggu dan membaca.

Tetapi, para blogger Indonesia sudah sangat excited atau terpacu dengan menemukan angka 40% hingga mengabaikan kenyataan bahwa ada jumlah yang lebih besar yang tetap meneruskan. Sampai kapannya tidak tertera dengan pasti, tetapi jelas lebih banyak daripada yang kabur.

Sayangnya kesimpulan sudah dibuat bahwa para pengguna internet akan segera pergi kalau sebuah laman tidak terbuka dalam 3-4 detik.

2. Siapa yang disurvey?

Anda sudah melihat versi aslinya? Dalam bahasa Inggris bukan?

Pernah kah terpikir siapa yang disurvey untuk mendapatkan data-data statistik dari artikel tersebut? Rasanya tidak. Karena yang namanya website bisa diakses oleh siapapun, generalisasi bahwa survey itu dilakukan pada pengguna internet di seluruh dunia dilakukan.

Padahal TIDAK!

Survey tersebut dilakukan pada pengguna internet “YANG BISA BERBAHASA INGGRIS”. Survey itu tidak dilakukan dengan mengambil sample orang-orang yang buta bahasa Inggris.

Karena blogger Indonesia kebanyakan tidak bisa berbahasa Inggris dan kalaupun bisa maka hanya sebagian kecil saja, terutama yang menulis tentang blogging yang ikut. Tidak seluruhnya.

Mengapa hal ini penting?

Sangat penting. Karena kebanyakan negara yang pengguna internetnya bisa berbahasa Inggris biasanya adalah negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, Australia. Kissmetric berlokasi di San Fransisco, Amerika Serikat, jadi cukup wajar kalau diasumsikan bahwa pengguna internet yang mereka survey kebanyakan akan berasal dari negeri Paman Sam tersebut.

Nah, bisa Anda bandingkan kecepatan internet di Amerika dengan di Indonesia? Walau bukan yang tercepat di dunia, kecepatan internet di negara tersebut merupakan yang tercepat di benua Amerika. Sedangkan, kecepatan internet Indonesia, bahkan untuk measuk 10 besar Asia saja tidak mampu (Fastmetric)

Tentu saja masyarakat pengguna internet disana terbiasa dengan kecepatan yang tinggi. Mereka tidak akan bisa menerima kalau kenyamanan mereka terganggu karena page loading yang lambat.

Sementara di Indonesia, para pengguna internet menyadari sekali bahwa apapun yang dikatakan oleh para internet provider, kecepatan internet Indonesia sangat lah lamban. Apalagi kalau bicara tentang mobile internet yang seringkali mendapatkan sinyal saja susah.

Hasilnya, masyarakat Indonesia tidak menuntut terlalu banyak seperti yang dilakukan pengguna internet di Amerika Serikat.

Standarnya tidak sama.

Yang disurvey orang Amerika langsung diterapkan di Indonesia, jelas saja seperti membandingkan apel dengan duren.

3. Budaya masyarakat Indonesia yang gemar mengikuti orang terkenal

Ini kebiasaan satu lagi yang membuat penyebaran mitos tersebut seperti wabah. Masyarakat Indonesia terbiasa memiliki panutan dan seringkali percaya begitu saja apa yang dikatakan oleh panutannya itu.

Hal itu berlaku pula dalam dunia blogger Indonesia. Seorang buzzer, yang biasanya blogger terkenal, mengatakan sesuatu, maka kebanyakan yang membacanya akan menelannya mentah-mentah. Kemudian mereka menjadi penyambung lidah dan ikut menularkan apa yang disampaikan tanpa melakukan cross check atau penelitian ulang.

Hasilnya, ya begitulah. Mitos 3-4 detik sebagai patokan yang wajib menjadi seperti sebuah kebenaran, meskipun sebenarnya tidak demikian.

Kalau begitu, harus kah mengabaikan page loading?

Saya tidak mengatakan demikian. Bahkan jauh dari itu.

Blogger atau webmaster harus tetap berusaha membuat web atau blog yang dikelolanya secepat mungkin harus hadir di layar monitor pengguna.

Hanya saja, hal tersebut tidak perlu dijadikan sebagai obsesi. Banyak blogger berusaha keras membuat blognya memenuhi kecepatan keramat tersebut dengan mengorbankan banyak hal lain, salah satunya tampilan dan desain.

Semuanya dibuang hanya untuk membuat warna di Pagespeed Insight menjadi hijau atau hasil GTMetrix menyebutkan angka 3 detik. Oleh karena itu terkadang terlihat banyak blog acak-acakan hanya demi kecepatan loading.

Bagi blogger tutorial, apalagi yang membahas tentang blogging, hal tersebut tidak akan berpengaruh banyak. Kebanyakan blog tutorial akan berisi text dengan tambahan sedikit gambar.

Tetapi, bagaimana dengan blogger travelling, blogger fotografi, blogger masakan, blogger fashion? Hampir bisa dipastikan bahwa loading blog mereka akan lebih lambat karena banyak menggunakan image. Belum lagi kalau kualitas image pun harus dijaga untuk menarik pembaca.

Bila semua gambar ini dikurangi hasilnya adalah mereka menjadi mirip blogger tutorial saja. Blog mereka akan menjadi sangat tidak menarik dan datar saja.

Selisih 3-4 detik saja sebenarnya berharga bagi mereka-mereka ini.

Mitos page loading harus 3-4 detik agar pengunjung tidak kabur, secara tidak langsung sangat mempengaruhi perkembangan para blogger terutama di bidang yang tidak berkaitan dengan blogging. Para blogger menjadi terkonsentrasi pada kecepatan saja dan membuang terlalu banyak waktu untuk itu.

Oleh karena itu, bagi para blogger yang tidak mengutamakan text dalam blognya, saran saya, abaikan saja kalau ada blogger tutorial blogging yang menakut-nakuti Anda kalau blog yang Anda kelola agak lamban. Wajar saja.

Buktinya?

Lovely Bogor sangat mengandalkan foto, kecepatan loadingnya dua kali lipat yang disarankan blogger tentang blogging, tetapi tetap saja pengunjungnya banyak.

Bagi para blogger tentang blogging, saya hanya bisa menyarankan agar berpikir lebih luas sebelum memberikan teori. Dunia blogger di Indonesia bukan hanya tentang blog dan ngeblog, masih banyak tema lain yang juga membaca teori yang Anda katakan. Lakukan penelaahan data dengan benar dan jangan hanya mengutip tanpa mengerti apa-apa.

Berapa kecepatan loading laman yang wajar di Indonesia?

Sulit sekali memastikan. Belum ada yang pernah melakukan survey untuk melakukan hal ini. Tetapi belajar dari Lovely Bogor, maka saya pikir angka 7-9 detik masih merupakan waktu yang wajar bagi pengguna internet Indonesia. Mereka masih akan tetap “menunggu” sebuah laman terbuka.

Meskipun demikian, kalau memang bisa 3 detik, mengapa tidak. Tetapi, kalau tidak bisa, cobalah perhatikan pergerakan pengunjung, sebatas mana mereka bisa menunggu.

Kesimpulan

– Yang pasti angka keramat 3-4 detik sebelum pengunjung kabur BUKAN mitos di Amerika Serikat, tetapi merupakan MITOS di Indonesia. Entah kalau 5-10 tahun lagi ketika kecepatan internet di Indonesia semakin cepat.

– Jangan korbankan tampilan blog hanya sekedar untuk melihat warna hijau di Pagespeed Insight atau menampilkan angka 3 detik di GTMetrix. Tidak ada gunanya kalau tampilan blog Anda kacau dan juga artikel menjadi tidak utuh dan buruk hanya karena kurang foto yang menunjang.

– Jangan membuat teori hanya dengan menelan apa yang dikatakan orang terkenal. Teliti dan pelajari lagi apakah hal itu masuk akal atau tidak. Walau bukan ilmuwan, seorang blogger harus berusaha untuk menyajikan sesuatu yang tidak akan membuat penggunanya salah arah.

Itu saja.

Mudah-mudahan bermanfaat.

Leave a Comment