Foto di bawah ini diambil dengan kamera smartphone OPPO A3S dalam perjalanan menuju kantor. Isinya sederhana saja dan mungkin sudah banyak orang yang pernah melihatnya, yaitu para pegawai Dinas Pertamanan DKI sedang menyiram tanaman di taman kecil sepanjang jalan Wahid Hasyim, Jakarta.
Itu saja.
Untuk apa ?
Ya, untuk bahan tulisan dong. Namanya juga blogger dan punya “kewajiban” untuk terus mengupdate blognya.
Jadi, tujuannya untuk dijadikan sebuah postingan di salah satu blog yang saya kelola.
Apanya yang menarik ?
Mungkin tidak ada. Hanya sebuah rutinitas dalam kehidupan sehari-hari saja. Tetapi, saya rasa, menarik atau tidak, seringkali tergantung bagaimana kita menyajikannya.
Sebagai seorang blogger dan seorang fotografer, saya belajar banyak bahwa kata menarik itu relatif dan kerap kali bukan tergantung pada obyeknya, melainkan pada sang penulis/fotografernya sendiri.
Jika ia mampu menyajikannya dengan cara yang tepat, hasilnya bisa menjadi tulisan yang menarik perhatian.
Adakah yang baca ?
Salah satu ketakutan dari kaum blogger adalah kalau tulisannya tidak ada yang baca. Sudah capek-capek menulis dan membuang waktu, ternyata tidak ada pengunjung yang baca.
Tidak perlu dibahas secara filosofis. Berdasarkan fakta saja.
Ketakutan itu tidak berdasar sebenarnya. Pengalaman mengelola beberapa blog dengan memanfaatkan momen sehari-hari seperti ini menunjukkan bahwa “selalu” ada yang baca. Bahkan, kalau saya hanya menyajikan sekedar foto aja, tetap ada yang baca.
Masalahnya mungkin, seberapa banyak ? Jawabannya, bisa satuan, bisa belasan, bisa puluhan, bisa ratusan, bisa ribuan, dan bisa puluhan ribu.
Saya tidak bisa memastikan.
Blog Umum Sekali dan Lovely Bogor memakai pola seperti ini dan tidak ada satupun tulisan yang pembacanya “nol” atau “0”. Kosong. Semua ada yang pernah membaca atau sekedar melihatnya. Padahal, saya tidak mempromosikan dan menyebarkan link lewat media sosial.
Tetapi, terkadang sebagai seorang blogger, kita terpengaruh oleh keinginan, seperti satu artikel dibaca ratusan ribu kali, seperti yang digadang-gadang para mastah blogger.
Dan, itulah yang kerap menghambat kita menuliskan sesuatu terkait hal-hal kecil seperti ini pada blog.
Siapa pembacanya ?
Mengapa kita harus peduli? Bagaimanapun hal itu sangat tidak mungkin dilakukan untuk mengetahui siapa yang membaca tulisan kita. Penulis buku saja tidak tahu siapa yang membaca bukunya. Bisa seorang gembel, seorang profesor, alias bisa siapa saja.
Akankah memberi manfaat ?
Blogger selalu dianjurkan untuk menuliskan sesuatu yang bermanfaat. Menolong orang lain. Tidak heran tulisan bersifat tutorial menjadi favorit.
Tidak salah juga.
Nah, hal itu akan selalu menimbulkan pertanyaan apakah tulisan berbasis hal rutin dan biasa seperti di atas akan memberikan manfaat?
Iya kan ?
Saya hanya bisa menjawab “Tidak tahu”. Urusan bermanfaat atau tidak akan tergantung kemampuan yang membacanya mengolah dan menjadikannya sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya. Bukan saya yang menentukan.
Sebagus apapun saya menulis, kalau orang yang membacanya bebal, ya tidak bermanfaat juga.
Cuma, kalau dari sudut pandang blogger yang kerap tergila-gila menyebut dirinya sudah menulis sesuatu yang bermanfaat, bagaimana kalau dibayangkan begini.
1) Seorang warga Jakarta, melihat kerja keras para petugas dalam merawat taman di kota mereka menyadari bahwa ia harus ikut menjaganya. Ia kemudian tidak lagi memetik daun-daun pohon secara serampangan dan kemudian mengajak orang lain untuk ikut menjaga
2) Seorang yang tinggal di Magelang dan tidak pernah datang ke Jakarta, melihat foto ini dan kemudian bisa mempunyai gambaran sedikit bahwa di Jakarta itu ada taman kecil di trotoar
Dan, seterusnya.
Manfaat itu berkaitan dengan ide dan kreativitas. Tidak ada standar pasti.
—–
Berdasar hal itulah, maka momen itu saya rekam dengan kamera seadanya. Saya sedang menjadi “wartawan” bagi blog saya sendiri. Dan, kemudian, saya akan ceritakan kepada orang lain dengan gaya bahasa yang saya bisa.
Judulnya belum tahu, topiknya sudah ada beberapa, dan tinggal mengolahnya kemudian. Satu dari ide itu sudah terwujud dalam bentuk tulisan ini. Bentuknya sebagai opini atau tulisan kolom.
Bermanfaat atau tidak, Andalah yang menentukan. Saya tidak ambil pusing tentang hal itu karena bukan hak saya menentukan atau bahkan mengklaim tulisan saya sebagai berkualitas atau bermanfaat.
Betul juga ya, menulis aja, bermanfaat atau gimana-gimananya, biarkan pembaca yang memutuskan, sukaaa silahkan dibaca, enggak suka ya skip aja 😀
Tapi beda juga dengan blogger yang zaman sekarang lebih mempelajari tentang marketing.
Kebanyakan mereka, memberikan apa yang diinginkan pembaca, bukan menyerahkan semua ke pembaca.
Kalau saya untungnya (entah untung atau buntung) belum setenar blogger lainnya yang dapat kerjasama mulu.
jadi saya bisa kerjakan fifty-fifty.
Kadang asal menulis saja.
Kadang juga fokus mengikuti kemauan pembaca jika menulis sponsored post atau semacamnya hehehe
Hemmm… saya seumur-umur belajar marketing, maklum memang kerjaan saya sejak pertama kali bekerja.
Tapi, justru saya menolak untuk menerapkan marketing seperti itu. Tugas saya sebagai blogger, bukan harus selalu berpikir tentang pembaca. Tugas saya adalah menulis apa yang saya tahu, apa yang juga membuat saya bersemangat menulis, apa yang menurut saya pantas dibagi.
Bukan untuk menyenangkan orang lain.
Kalau kebetulan mereka senang, syukur, kalau tidak ya tidak masalah.
Kalau saya harus selalu berpikir menyediakan sesuatu, maka saya adalah "pelayan" bagi pembaca, dan tujuan saya hanya untuk menyenangkan orang lain. Lalu, apa gunanya saya ngeblog?
Apa bedanya dengan pekerjaan saya sehari-hari?
Tapi, ternyata dengan berdiri bebas seperti itu, ternyata banyak tulisan saya yang justru menjadi bermanfaat bagi orang lain.