Sehari hanya 24 jam. Sayangnya hal itu sudah ditetapkan dan sulit diubah. Padahal, kalau saja sehari bisa menjadi 36 jam, mungkin banyak blogger par time, seperti saya, akan bersorak kegirangan. Apalagi kalau jam kerja di kantor masih 8 jam perhari seperti sekarang. Masih akan ada banyak waktu sisa, dan rasanya tidak akan begitu sulit membagi waktu agar semua keinginan terpenuhi.
Inginnya sih begitu. Namanya juga manusia yang selalu tidak pernah puas dengan apa yang dimilikinya, begitupun saya. Maklum, saya masih manusia juga.
Salah satu alasan yang melahirkan “khayalan” (karena jelas tidak mungkin tercapai) seperti adalah sejak terjun ke dunia blogging.
Sebelum menjadi blogger, biasanya hal yang rutin dilakukan adalah kerja di kantor sejak pagi hingga sore dan kemudian di malam hari beristirahat sambil bercengkerama dengan keluarga. Bersantai menonton TV sambil bergosip ria dengan sang mantan pacar. Dua puluh empat jam sehari rasanya cukup.
Tetapi, setelah menjadi blogger, karena waktu perhari tidak bisa ditambah, mau tidak mau harus ada yang dikorbankan agar kegiatan ngeblog bisa berjalan konsisten.
Padahal, sebenarnya inginnya tidak demikian.
Inginnya sih tetap ada waktu luang yang lebih banyak untuk bersantai bersama si mantan pacar dan anaknya (yang juga anak saya). Tetapi, pemikiran dan keinginan suatu waktu ngeblog bisa menjadi ladang untuk mencari nafkah di kala pensiun selalu menyeruak dan tidak jarang mendominasi.
Pemikiran inilah yang kemudian mendorong untuk menerima bahwa “pengorbanan” harus dilakukan saat ini demi masa depan.
Sayangnya, karena waktu kerja di kantor berada di luar kontrol, sisanya adalah hanya waktu luang bersama keluarga dan waktu istirahat yang bisa dipotong untuk menjamin kekonsistenan penerbitan artikel di berbagai blog.
Sesuatu yang sebenarnya tidak diinginkan sama sekali.
Cuma, apa daya. Pilihan terbatas.
Sesuatu yang berharga harus dikorbankan demi usaha mendapatkan “sesuatu” di masa depan.
Itulah mengapa, saya berpandangan bahwa bagi seorang blogger part time seperti saya adalah tentang bagaimana membagi waktu antara kehidupan nyata dan di dunia maya. Ada hal berharga yang harus dikorbankan.
Jika, kita sebagai blogger tidak pandai-pandai mengatur pembagian waktu dalam sehari, akan ada dampak bagi kehidupan kita sendiri.
Contohnya, kalau ajakan untuk pergi ke pernikahan saudara istri atau suami ditolak karena sedang mood menulis, apa jadinya dunia. Bisa-bisa pasangan kita akan manyun selama 1 bulan dan dalam kasus saya, bisa tidak dimasakin selama sebulan, yang hasilnya berantakan lah semuanya.
Keseimbangan antara kehidupan nyata dan maya menjadi tidak seimbang. Sesuatu yang pada akhirnya akan mengganggu dan bisa menimbulkan masalah lebih besar dibandingkan sekedar tidak update selama 1 tahun.
Sesuatu yang harus diusahakan tidak terjadi.
Berbeda sekali dengan menjadi blogger full time. Ia akan memiliki 100% (atau setidaknya 70%) wewenang atas waktu yang tersedia baginya. Ia bebas mengatur bagaimana waktu itu digunakan. Cadangan menit-nya bertambah lumayan banyak karena tidak harus pergi ke kantor dan mencari nafkah.
Bukan berarti iri, karena full time blogger memiliki tantangan lainnya juga dan bisa dipandang lebih berat. Tetapi, kalau hitung-hitungan waktu, maka blogger part time hanya memiliki waktu jauh lebih sedikit untuk digunakan untuk ngeblog.
Salah dalam membagi waktu sedikit saja, hasilnya akan ada masalah, walau kecil dalam kehidupan.
Bukan sekali dua , sang mantan pacar cemberut karena katanya waktu saya lebih banyak dihabiskan di depan laptop dibandingkan dengannya. Tidak bisa membantah karena terkadang untuk mengejar “target” demi mencapai tujuan, jatah waktunya terkadang dipangkas. Untungnya, setidaknya sudah ada hasil yang bisa dinikmati, dan membantu untuk mengurangi cemberut di wajahnya, yaitu ketika ada Western Union yang dikirim.
Setidaknya, sudah ada hasil yang bisa diperlihatkan dan menunjukkan bahwa penggunaan waktu dan pengorbanannya bukanlah untuk sesuatu yang sia-sia. Disana ada “asa” yang diletakkan untuk masa depan.
Untung.
Coba kalau tidak. Berabe!
Itulah tantangan yang ternyata sangat berat dalam menjalani kehidupan sebagai blogger part time. Orang boleh bilang yang paling berat itu adalah mencari ide, tetapi bagi saya yang waktunya benar-benar terbatas, maka yang paling susah dipecahkan adalah soal waktu.
Yang bisa dilakukan hanyalah dengan mencoba menjadi “fleksibel” dalam menggunakan waktu.
Banyak blogger yang menyarankan untuk membuat jadwal penerbitan agar bisa konsisten dalam mengupdate blog. Saran yang bagus. Konsistensi memang harus dibangun secara kontinyu.
Tetapi, hal itu tidak seharusnya diterapkan secara kaku.
Coba saja bayangkan kalau sang kumendan di rumah sedang ingin makan bakso dengan suaminya, padahal sedang hot-hot-nya menulis. Apa yang terjadi kalau ajakan itu ditolak? Wisss.. bisa-bisa baju tidak dicuci selama seminggu.
Fleksibel, itu kata kuncinya.
Di saat kepentingan keluarga datang, biasanya saya akan meletakkan laptop dan kemudian mengambil kunci motor atau mobil …dan.. berangkat. Biar draft masih seperempat dan besar kemungkinan mood agak hilang sekembalinya, bukanlah masalah.
Tetapi, di saat senggang, seperti saat di perjalanan pulang dan pergi ke kantor, atau setelah makan siang, atau ketika yayang sedang tidur dan tidak memerlukan jasa saya, barulah laptop kembali ke pangkuan. Jari pun kemudian mulai menari kembali.
Seperti saat ini, ketika sang mantan pacar sudah berada di peraduan, dan chatting dengan adik-adiknya, maka jadilah artikel ini. TV pun tidak bisa menarik minat dan perhatian kalau sudah begini.
Apakah cara seperti ini bisa diterapkan juga oleh Anda? Entahlah. Saya tidak tahu. Saya bukan guru, yang bisa mengajarkan sesuatu, dan bukan dukun juga, yang bisa meramal apa yang ada di kepala. orang lain. Lagi pula saya adalah seseorang yang berpikiran bahwa manusia itu berbeda satu dengan yang lain. Tidak bisa disamakan.
Cara ini mungkin bisa membantu saya dalam membagi waktu dan menjadi blogger yang lumayan konsisten, tetapi belum tentu hal itu akan berjalan baik kalau ditiru. Bisa jadi malah tidak berjalan dengan baik.
Jadi, sebaiknya, kalau Anda blogger part time, seperti saya, yang rasanya juga akan menghadapi tantangan yang sama, ada baiknya berhenti membaca berbagai artikel tentang “cara membagi waktu yang baik dan benar” dengan berbagai variasinya. Hentikan saja. Itu namanya membuang waktu saja, dan Anda tidak memiliki banyak.
Pelajari saja pola kehidupan Anda, baik di dunia nyata dan di dunia blog. Temukan mana slot waktu untuk sesuatu yang tidak begitu “penting” bagi kehidupan dan korbankan, salah satunya ya membaca artikel-artikel tentang itu tadi. Jangan korbankan waktu untuk keluarga. Kalaupun memang harus dan tidak punya jalan lain, pastikan pengorbanan itu tidak sia-sia dan ada hasilnya.
ketika lagi lancar posting kadang saya merasa enteng jadi blogger walau waktu terbatas, tapi hidup memang tidak boleh disombongi, ketika lagi mampet ide rasanya waw waw
Yah karena kita kan tetap manusia mas..
Saya mengelolah 1 blog saja sudah keteteran Pak, apalagi harus mengelolah sekian banyak blog, seperti yang pak Anton lakukan.
Saya salut dah dengan Pak Anton.
Ternyata motivasi Pak Anton memang patut ditiru, ngeblog untuk mempersiapkan masa depan.
Tapi saya belum dapat bocoran tentang bagaimana hasilnya dari sekian banyak blog yg pak Anton kelolah.
Hasilnya..yah lumayan bisa membuat sang mantan pacar tersenyum dan mendorong saya untuk terus berkarya.
Senyumnya itu yang kemudian menjadi motivasi saya untuk terus dan terus bertahan dan berjuang
Betul banget, Pak. Seperti saya yang saat ini belum bisa meluangkan waktu untuk menulis. Untuk sementara, blog istirahat dulu, he.
Sangat bisa dimengerti Nisa.. maklum lah kita kan blogger part time
Pak minta saran dong bagaimana membuat artikel bahasa inggris yg menarik? Apakah tinggal ditranslet melalui google translet saja.?
Rafi, kalau saya membuat artikel bahasa Inggris, ya bukan dengan menggunakan Google Translate karena hasil terjemahan tool itu sangat jauh dari harapan. Saya menulis langsung dalam bahasa Inggris ..
Jadi, kalau tanya saya bagaimana cara membuat artikel bahasa Inggris, yang pertama harus dilakukan adalah menguasai bahasa Inggris itu sendiri.
Baru setelah itu membuat artikel.
oh siap. terima kasih atas tanggapannya. tulisan bapak senang sy baca-baca. 🙂
Selamat berjuang menulis artikel bahasa Inggris yah.. dan semoga ada tulisan saya yang bermanfaat
Saya justru Ngiri, sama karyawan seperti Mas Anton ini tapi konsisten Ngeblog bahkan blognya lebih dari satu tapi bisa maju, Sedang saya yang banyak waktu untuk ngeblog meski belum full time karena usaha offline juga tapi belum maju dalam mengelola blognya.
Tapi saya tetap bersyukur, saya masih bisa berkumpul dengan anak, mengantar/ jemput sekolah, mengantar mantan pacar belanja sayur kepasar tapi tetap bisa ngeblog. Itu yang membuat saya beryukur bisa ngeblog. Maaf mas Anton pakai nama profil URL sekalian promo
Kalau ngiri, kalahkan.. hahahaha.. itu prinsip saya. Jangan cuma ngiri, tetapi harus diteruskan dengan langkah menjadikannya pemacu supaya kita bisa lebih baik.. wkwkwkwkw… walau saya nggak ngerti kenapa mas Dwisu harus ngiri…
Bersyukur saja mas.. nikmati dan jalani apa yang ada di hadapan kita.
Soal nama URL, silakan saja mas.. kan fasilitasnya disediakan. Kalau nggak boleh, kan tidak akan saya sediakan.. hahahahaha