Jurnalisme warga atau Citizen Journalism, apakah itu? Kalau menurut beberapa sumber istilah ini mengacu pada :
“Kegiatan jurnalistik yang dilakukan oleh warga biasa (bukan jurnalis pro atau wartawan)”
Hal-hal dimasukkan dalam kategori sebagai kegiatan jurnalistik adalah mencakup proses pengumpulan , pelaporan, analisis dan penyebaran berita atau informasi.
Media yang dipergunakan dalam jurnalisme warga beragam, tergantung dari minat masing-masing individu. Ada yang memakai tulisan seperti para blogger dengan bloggernya, youtuber dan vlogger dengan videonya. Bahkan informasi atau berita yang disampaikan melalui media sosial dan perangkat chatting seperti Whatsapp atau BBM pun termasuk dalam kategori citizen journalism.
Jurnalisme Warga melepas kungkungan media tradisional
Sebelum tahun 2000-an, sumber informasi yang didapatkan oleh masyarakat biasanya berasal dari berbagai media yang dikelola secera profesional, seperti suratkabar, majalah, radio atau televisi.
Setelah blog dan media sosial berkembang dengan pesat, posisi media tradisional seperti itu mulai disaingi oleh orang-orang yang biasa yang tidak memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar jurnalistik. Pada awalnya, jurnalisme warga masih belum terlalu dipandang oleh masyarakat umum karena gaya penulisannya yang cenderung snagat subyektif dan terkesan casual.
Meskipun demikian, secara perlahan tetapi pasti, masyarakat menjadi terbiasa menerima berbagai informasi yang tidak berasal dari sumber-sumber tradisional. Apalagi kemudian para warga yang bergerak dalam bidang ini meningkatkan kemampuan mereka dalam menyajikan berbagai informasi.
Hasilnya, kungkungan informasi oleh media tradisional pun seperti mulai terusik.
Jurnalisme Warga di masa depan
Prediksi beberapa pengamat menyebutkan bahwa di masa depan, peran warga biasa dalam menyebarkan informasi dan berita akan semakin tinggi. Tidak sedikit yang memprediksi suatu waktu jurnalisme warga akan menggeser peran dari media tradisional sebagai penyedia informasi bagi masyarakat.
Suatu waktu di masa depan, kemungkinan untuk membaca koran, majalah atausiaran TV yang tidak dihasilkan dari kantor atau studio akan semakin besar. Hal ini sangat mungkin terjadi mengingat sudah banyak sekali warga independen, dengan memakai blog atau website personalnya bak sebuah media profesional. Gaya penulisan dan tampilannya hampir tidak berbeda dengan website media yang dikelola jurnalis pro.
Pergeseran minat ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya media tradisional yang mengembangkan versi online mereka untuk tetap bisa bersaing dengan para blogger. Bukan hanya tampilannya saja tetapi gaya penulisannya pun dibuat berbeda dari gaya formal yang biasa dipakai di edisi cetak.
Bahkan, salah satu koran terkenal di Inggris, the Independent, memutuskan untuk tidak lagi menerbitkan edisi cetaknya. Koran ini sudah seratus persen bergantung pada edisi online mereka.
Blogger harus meningkatkan kemampuan jurnalistiknya
Meskipun demikian, kemungkinan tersebut baru akan bisa terwujud kalau para blogger bisa meyakinkan masyarakat tentang validitas informasi yang mereka sediakan. Kalangan blogger harus banyak belajar tentang dasar-dasar jurnalistik untuk meningkatkan nilai dari informasi yang disampaikannya.
Sejauh ini hambatan di bidang ini masih menyulitkan karena kebanyakan blogger tidak dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang itu. Hal ini bisa dimaklum karena mayoritas blogger adalah warga biasa yang tidak pernah mendapatkan pendidikan di bidang kejurnalistikan.
Meskipun demikian, melihat pada perkembangan sejauh ini, kemampuan itu sudah terus meningkat dan akan terus meningkat.Sudah banyak blog yang hanya dikelola satu atau beberapa orang blogger bisa menyajikan berita atau informasi yang sangat layak, seperti Maxmanroe.com.
Jadi, sepertinya tinggal tunggu waktu hingga suatu saat masyarakat bisa membaca berita yang ditulis sambil ngopi dan ngobrol dengan anak istri, atau nonton acara yang dibuat sambil memasak, atau melihat film yang dibuat hanya memakai kamera biasa saja.