3 Cara Membuat Biaya Ngeblog Terasa Murah

Selamat Siang Kawan MM!

Kata “Murah” merupakan kata yang paling dicari orang kalau berniat membeli sesuatu. Kata-kata lain yang mencerminkan “murah”, seperti “diskon”, “sale”, “gratis” atau “promo” merupakan pemicu paling efektif untuk menarik orang berbelanja.

Kata ini sendiri bisa dikata merupakan representasi dari prinsip ekonomi, “dengan pengorbanan sekecil mungkin, mendapatkan hasil semaksimal mungkin”, terutama pada sisi “pengorbanan”.

Semakin kecil angkanya, semakin bagus. Nilai ideal dari “murah” itu sendiri ada pada angka “0”, alias tidak ada pengeluaran sama sekali.

Dalam semua sisi kehidupan prinsip ini berlaku, termasuk dalam dunia blogging, seperti biaya ngeblog.

Mayoritas blogger akan berusaha sekuat tenaga supaya biaya yang mereka keluarkan untuk aktifitas ini mendekati titik 0. Kalau bisa bahkan benar-benar 0.

Itulah mengapa platform blog tak berbayar, seperti Blogspot atau WordPress.com merupakan yang paling banyak dipakai dibandingkan yang berbayar, seperti WordPress Self Hosted.

Karena, tidak ada uang yang “keluar dari dompet” atau “sangat sedikit yang dibelanjakannya” untuk mengelolanya.

Tetapi, sebenarnya, kalau ditelaah lebih dalam lagi, untuk membuat ongkos ngeblog murah, atau setidaknya terasa murah, ada beberapa cara, yaitu

A) Lakukan sebagai hobi/mencari kesenangan

Bagi kalangan seperti ini, angka selain nol tidak ada. Mau gratisan atau berbayar 1 juta perbulan pun menjadi bukan sebuah masalah karena target utamanya adalah meraih kesenangan.

Kalangan ini seperti hidup di dunia tanpa angka. Kegembiraan yang didapat membuat ongkos apapun terlihat seperti “0”.

B) Mengatur arus keluar masuk uang

Angka nol dipandang sebagai bagian dari perhitungan dan tidak berdiri sendiri. Kenyataannya dalam matematika memang begitu, seperti 1-1 = 0, 1 juta – 1 juta = 0.

Cara ini mengatur dan menghitung biaya blog sebagai bagian dari sebuah perhitungan tentang arus uang yang masuk dan keluar. Selama arus keluar sama dengan arus masuk, maka hasilnya akan tetap 0, alias murah.

Apalagi kalau arus uang masuk lebih besar dari arus keluar.

C) Mencari fasilitas berbiaya 0

Banyaknya penyedia fasilitas blogging tidak berbayar (berbiaya 0) menyediakan dasar yang kuat untuk menekan biaya ngeblog. Ongkos yang harus dikeluarkan sejak awal sudah murah sekali, yaitu 0.

Posisinya sangat bagus dan tinggal mencari “hasil maksimal yang diinginkan”

*****

Mana yang terbaik di antara ketiga opsi itu?

Tidka bisa dipastikan. Kata “murah” sendiri bermakna “tidak tentu” dan tidak bisa berdiri sendiri tanpa adanya perbandingan. Sifatnya subyektif.

Biaya hosting sebesar 15 ribu perbulan bisa terasa mahal bagi seorang buruh yang bergaji setara UMR, tetapi “murah” bagi seorang bergaji 15 juta perbulan.

Ukuran murah pun akan tergantung beberapa faktor lain, seperti “keinginan/ekspektasi”, “target”, dan “selera”.

Si A yang berniat mengembangkan blognya menjadi lebih dari sekedar tempat curhat akan merasa Blogspot yang berbiaya 0 penuh keterbatasan. Pengembangan yang diinginkannya akan terhambat. Ekpektasinya dan targetnya tidak akan terpenuhi dengan cara itu.

Si A akan merasa Blogspot itu “mahal” karena keinginan dan niatnya tidak akan berjalan.

Sebaliknya, si B yang berniat hanya menulis curhatan atau mencatat pengalaman sehari-hari di dunia maya, atau sekedar bercerita, akan merasa WordPress Self Hosted mahal. Tujuannya sudah bisa tercukupi dengan memakai Blogspot.

Tidak ada kepastian karena memang, murah dan mahal itu baru bisa ditentukan kalau faktor lainnya sudah diketahui.

Tapi, saya tahu, karena pernah mengalami ketiganya adalah yang A. Ketika ngeblog sebagai hobi, rasanya bebas dari semua keruwetan soal biaya ngeblog. Jangankan berpikir uang yang dikeluarkan, yang ada hanyalah kegembiraan dan kebahagiaan menuangkan pikiran ke dalam tulisan.

Tidak ada beban.

(Tulisan yang dibuat sambil menanti makan siang traktiran teman yang belum datang dan perut yang semakin keras menyanyikan lagu keroncong)