[TEORI] Kenalan Yuk Sama Segitiga Exposure

Home Forums Ruang Motret [TEORI] Kenalan Yuk Sama Segitiga Exposure

Viewing 3 reply threads
  • Author
    Posts
    • #6920
      Anton Ardyanto
      Keymaster

      Teori yah.. teori, karena saat memotret biasanya sering teorinya lewat. Cuma, pengetahuan soal teori kalau dilatih bisa membantu mengembangkan skill.

      Apalagi salah satu defiisi fotografi kan “melukis dengan cahaya”, jadi membahas mengenai cara “mengendalikan cahaya” memegang peranan penting di bidang yang satu ini.

      Pernah dengar istilah SEGITIGA EXPOSURE?

      Istilah ini mengacu pada tiga hal, yaitu :

      • Aperture/diafragma/bukaan rana : lebar “celah” di penutup (shutter) sensor (dalam lensa). Semakin lebar semakin banyak cahaya yang masuk. Simbolnya di kamera dimulai dengan huruf “f“, seperti f4, f5.6 dan seterusnya. Semakin kecil angka, semakin lebar “celah” itu alias cahaya semakin banyak masuk dan mengenai sensor

       

      • shutter speed/kecepatan buka rana : seberapa cepat/lambat “penutup” sensor terbuka. Ukurannya ditandai dengan 1/4000, 1/2000 …. 1″, 2″ (detik) dan seterusnya. Semakin cepat terbuka, semakin sedikit, dan semakin lama terbuka, semakin banyak cahaya yang diterima sensor

       

      • ISO : sensitivitas sensor (tidak tepat seperti ini, tetapi paling mudah disampaikan dan dimengerti). Angkanya ditandai dengan ISO 100, 200, 400, 800, 1600..dan seterunya. Semakin tinggi angkanya, semakin “sensitif” sensor dalam menangkap cahaya

      Nah,Β  SEGITIGA EXPOSURE itu jadi seperti ini

      segitiga exposure

      Disebut ‘SEGITIGA” karena ketiganya saling berhubungan (secara teori). Salah satu bagian berubah, maka bagian yang lain harus berubah juga

      Untuk menggambarkannya, pakai analogi rumus matematika sederhana saja.

      • D = hasil foto yang diinginkan (ada di kepala pemotretnya)
      • A = Aperture/diafragma
      • B = Shutter speed/Bukaan rana
      • C = ISO

      Rumus sederhananya

      D = A + B + C

      Misalkan D = 15, maka berapa isi A, B, dan C? Rumusnya kira-kira

      15 = A+B+C

      Jaabannya bervariasi banyak sekali, bisa saja yang paling mudah teringat

      15 = 5 + 5 + 5

      Tapi bagaimana kalau salah satu faktor berubah, misalkan A berubah menjadi 7, bisakah yang lain, B dan C tetap sama? Jelas tidak karena jumlahnya berubah

      15 = 7 + B (?) + C (?) ==> 15= 7+5+5 (JELAS SALAH karena hasilnya 17).

      Variasinya bisa menjadi (sebagian diantaranya)

      15=7+6+3

      15=7+7+1

      15=7+8+0

      Begitu juga dalam SEGITIGA EXPOSURE, perubahan salah satu di antara Aperture, shutter speed, dan ISO akan berpengaruh terhadap variable lainnya.

      Itulah yang dimaksud dengan teori SEGITIGA EXPOSURE (secara sederhana saja)

      Biasanya ketiga fitur ini akan ada di kamera DSLR/Mirrorless/Prosumer (sebagian). Untuk kamera ponsel yang pasti ada adalah ISO (yang lain tergantung , tetapi biasanya diatur otomatis oleh perangkat dan dalam istilah yang berbeda beda)

       

       

       

    • #6962
      jezibelalfiya
      Participant

      Asli, aku baru tau ada perhitungannya! Mas Anton, makasih yaa sudah share ini, nanti akan kucoba πŸ™‚

      Tapi maksudnya dari D yang ada di kepala pemotretnya, itu bagaimana ya Mas? apakah maksudnya kita yang menentukan angkanya D itu mau berapa? Lalu, menentukannya itu berarti subjektivitas kita aja ya?

      Punten banyak nanyaa nihh karena struggleku selama ini ya di segitiga bermuda ini wkwkwk

      • #6965
        Anton Ardyanto
        Keymaster

        Bahasan ini sebenarnya teoretis sekali ya Fiya… Pada dasarnya berdasarkan pada teori bahwa fotografi dimulai dari “IDE” di kepala seorang pemotret. Ia sejak awal sudah tahu obyek di hadapannya mau “diapain” dan dijadikan foto seperti apa.

        Misalkan seorang fotografer hendak memotret “obyek”nya, nah sejak awal dia sudah tahu “apa yang diinginkannya”. Obyek itu mau dijadikan apa, itulah D.

        Contoh, Fiya ingin memotret perahu di pantai dan dalam bayangan di kepala Fiya ingin hasil fotonya seperti ini
        segitiga exposure

        Itulah “D”.

        Nah, kemudian untuk mendapatkan seperti itu, di kepala Fiya langsung bisa memprediksi, ISO, aperture, dan shutter speed yang dibutuhkan alias bisa mengkalkulasi besaran aperture/diafragma, shutter speed, dan ISO.

        D = diafragma/aperture + shutter speed + ISO

        Hasil foto di atas sendiri memakai data

        D = f/5.6 + 1/999 detik + ISO 100

        Bisakah dihasilkan jika ISO dinaikkan jadi ISO 200 tanpa mengubah hasilnya? TIDAK kalau pakai rumus

        D = f/5.6 + 1/999 detik + ISO 200

        Maka hasilnya akan terlalu terang. ISO 200 membuat sensor foto lebih sensitif dalam menerima cahaya. Artinya cahayanya akan lebih banyak terekam.

        Rumusnya harus diubah dengan merubah salah satu variabel lainnya, seperti shutter speed. diubah menjadi setengahnya

        D = f/5.6 + 1/500 detik + ISO 200

        Kurang lebih hasilnya akan sama.

        Kenapa saya tekankan teori karena saat memotret tentu kita tidak bisa berpikir terlalu lama dan berhitung memakai kalkulator dulu. Kebanyakan fotografer akan mendapatkannya dari pengalaman dimana mereka bisa memperhitungkan ketersediaan cahaya dan lain lain.

        Bahkan, banyak yang sudah berpengalaman dan ahli, bisa menilai lalu memberikan panduan ini pakai f segini, shutter speed sekian, dan ISO sekian. Kalaupun meleset, biasanya tidak akan jauh dan mudah dikoreksi.

        Gitu Fiya teorinya..

        • #7221
          jezibelalfiya
          Participant

          Waahh makasih banget mas Anton! Well notedπŸ‘ŒπŸ» nanti kalo aku udah megang DSLR lagi langsung aku cobaaa~

          Sekali lagi, aku bener-bener baru tau ternyata ada loh perhitungannya.. selama ini aku cuma pakai feeeling aja🀣

        • #7254
          Anton Ardyanto
          Keymaster

          Inget yah, jangan dianggap rumus pasti wkwkwkwk.. cuma menjelaskan relasi ketiga unsur itu saja..

    • #7062
      Bayu13K
      Participant

      Topik sebelah yg tentang horizon, bikin makin kepengen uprek lagi sama kamera dirumah yg udah tak anggurin dari acara family gathering terakhir tahun 2019.. hahah 🀣

      Terus browsing2 di internet, ehh ketemu tulisan ttg segitiga exposure dan baru nggeh soal ini.. soalnya selama ini kalau moto pke kamera itu full pke mode auto assist. Kalau pke mode M alias manual ribet n pusing karena gambar yg didapet jadi agak lebay entah itu kelebihan cahaya atau kegelapan.

      Ehh terus entah secara ajaib ternyata udh ada tulisan detail yg ngejelasin hubungan ketiganya.. haha. Makasih lohh pak anton. Hehe. πŸ˜…πŸ˜…
      Saya jadi mengerti yah walaupun masih sering kebalik ttg bukaan diafragma. Yg katanya semakin kecil angkanya bukaannya itu semakin besar.. hhmmm πŸ˜’πŸ€”

      • #7063
        Anton Ardyanto
        Keymaster

        Hahahahaha… hayooo keluarin kameranya Mas Bayu dan manfaatkan. Cuma kalau sudah hobi nanti saya ga bertanggungjawab loh..

        Pelan pelan mas.. nanti juga paham. Kalau ditelen semua sekaligus biasanya malah ga nyantol satupun

        Hayo mas.. kita ramaikan dunia fotografi

    • #7076
      hichaaquino
      Participant

      Pak Anton, kira-kira untuk masing-masing shutter speed, aperture, maupun ISO, kapan dia akan bernilai satu pada segitiga tersebut. Misalnya untuk ISO, saat bernilai 100 maka sama dengan 1, 200=2, dst (ini akan rumusnya jadi bermasalah saat menggunakan ISO > 1500). Untuk shutter speed dan aperturenya juga, penyamaan unitnya bagaimana, ya?

      • #7094
        Anton Ardyanto
        Keymaster

        Pada dasarnya yang di atas tidak bisa dijadikan rumus dan menghasilkan sebuah kepastian. Tidak bisa dihitung. Tidak ada konstansta karena sangat relatif sekali. Masing-masing fotografer akan punya “1” yang berbeda. Tidak bisa dipastikan.Β  Banyak faktor lain seperti selera, pencahayaan, teknik yang dipakai, dan seterusnya.

        Penjelasan di atas hanya untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang keterkaitan antara ketiga unsur segitiga exposure , bukan sebuah rumus.

        Semua itu karena hasil sebuah foto juga terkait salah satunya masalah selera. Misalkan saja, foto di atas bagi saya mungkin itu 1, tetapi bagi Eno yang suka dark tone, harganya mungkin 0,5. Belum lagi kalau cuaca di lokasi pemotretan gelap, rumus tadi akan berubah dan tidak terpakai

        Jadi, jangan dipandang sebagai sebuah rumus…Pada dasarnya tidak ada angka hasil akhir (D) karena hasil akhir yang dituju adanya cuma di kepala si pemotret, bukan konstanta.

        Cara terbaik untuk mengaplikasikan dan mencoba teori segitiga fotografi adalah teknik ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Misalkan, di atas saya sudah memberikan data 3 unsur tadi (1/999 detik, f5.6, ISO 100)

        Coba pakai setting itu pada sebuah obyek di rumah, apapun itu

        * set kamera pada data tersebut

        * potret sebuah obyek menggunakan setting tersebut

        * lihat hasilnya, apakah sudah sesuai dengan kemauan belum.

        Dari sana baru dilakukan koreksi dan penyesuaian agar hasil akhir bisa sesuai dengan kemauan kita.

        Itulah kenapa biasa seorang fotografer saat hendak memotret obyek di lokasi tertentu, dia akan membuang beberapa jepretan, tujuannya untuk membuat “standar” yang akan dipergunakan untuk pemotretan di lokasi tersebut, melihat karakter, efek cahaya dan beberapa hal lain.

        Kira-kira gitu Hicha

         

Viewing 3 reply threads
  • You must be logged in to reply to this topic.