Home › Forums › Ruang Motret › [TEORI] Kenalan Yuk Sama Segitiga Exposure
Tagged: aperture, bukaan rana, exposure, iso, segitiga
- This topic has 8 replies, 4 voices, and was last updated 2 years, 7 months ago by
Anton Ardyanto.
-
AuthorPosts
-
-
February 20, 2021 at 8:41 am #6920
Anton Ardyanto
KeymasterTeori yah.. teori, karena saat memotret biasanya sering teorinya lewat. Cuma, pengetahuan soal teori kalau dilatih bisa membantu mengembangkan skill.
Apalagi salah satu defiisi fotografi kan “melukis dengan cahaya”, jadi membahas mengenai cara “mengendalikan cahaya” memegang peranan penting di bidang yang satu ini.
Pernah dengar istilah SEGITIGA EXPOSURE?
Istilah ini mengacu pada tiga hal, yaitu :
- Aperture/diafragma/bukaan rana : lebar “celah” di penutup (shutter) sensor (dalam lensa). Semakin lebar semakin banyak cahaya yang masuk. Simbolnya di kamera dimulai dengan huruf “f“, seperti f4, f5.6 dan seterusnya. Semakin kecil angka, semakin lebar “celah” itu alias cahaya semakin banyak masuk dan mengenai sensor
- shutter speed/kecepatan buka rana : seberapa cepat/lambat “penutup” sensor terbuka. Ukurannya ditandai dengan 1/4000, 1/2000 …. 1″, 2″ (detik) dan seterusnya. Semakin cepat terbuka, semakin sedikit, dan semakin lama terbuka, semakin banyak cahaya yang diterima sensor
- ISO : sensitivitas sensor (tidak tepat seperti ini, tetapi paling mudah disampaikan dan dimengerti). Angkanya ditandai dengan ISO 100, 200, 400, 800, 1600..dan seterunya. Semakin tinggi angkanya, semakin “sensitif” sensor dalam menangkap cahaya
Nah,Β SEGITIGA EXPOSURE itu jadi seperti ini
Disebut ‘SEGITIGA” karena ketiganya saling berhubungan (secara teori). Salah satu bagian berubah, maka bagian yang lain harus berubah juga
Untuk menggambarkannya, pakai analogi rumus matematika sederhana saja.
- D = hasil foto yang diinginkan (ada di kepala pemotretnya)
- A = Aperture/diafragma
- B = Shutter speed/Bukaan rana
- C = ISO
Rumus sederhananya
D = A + B + C
Misalkan D = 15, maka berapa isi A, B, dan C? Rumusnya kira-kira
15 = A+B+C
Jaabannya bervariasi banyak sekali, bisa saja yang paling mudah teringat
15 = 5 + 5 + 5
Tapi bagaimana kalau salah satu faktor berubah, misalkan A berubah menjadi 7, bisakah yang lain, B dan C tetap sama? Jelas tidak karena jumlahnya berubah
15 = 7 + B (?) + C (?) ==> 15= 7+5+5 (JELAS SALAH karena hasilnya 17).
Variasinya bisa menjadi (sebagian diantaranya)
15=7+6+3
15=7+7+1
15=7+8+0
Begitu juga dalam SEGITIGA EXPOSURE, perubahan salah satu di antara Aperture, shutter speed, dan ISO akan berpengaruh terhadap variable lainnya.
Itulah yang dimaksud dengan teori SEGITIGA EXPOSURE (secara sederhana saja)
Biasanya ketiga fitur ini akan ada di kamera DSLR/Mirrorless/Prosumer (sebagian). Untuk kamera ponsel yang pasti ada adalah ISO (yang lain tergantung , tetapi biasanya diatur otomatis oleh perangkat dan dalam istilah yang berbeda beda)
-
February 20, 2021 at 4:17 pm #6962
jezibelalfiya
ParticipantAsli, aku baru tau ada perhitungannya! Mas Anton, makasih yaa sudah share ini, nanti akan kucoba π
Tapi maksudnya dari D yang ada di kepala pemotretnya, itu bagaimana ya Mas? apakah maksudnya kita yang menentukan angkanya D itu mau berapa? Lalu, menentukannya itu berarti subjektivitas kita aja ya?
Punten banyak nanyaa nihh karena struggleku selama ini ya di segitiga bermuda ini wkwkwk
-
February 20, 2021 at 5:38 pm #6965
Anton Ardyanto
KeymasterBahasan ini sebenarnya teoretis sekali ya Fiya… Pada dasarnya berdasarkan pada teori bahwa fotografi dimulai dari “IDE” di kepala seorang pemotret. Ia sejak awal sudah tahu obyek di hadapannya mau “diapain” dan dijadikan foto seperti apa.
Misalkan seorang fotografer hendak memotret “obyek”nya, nah sejak awal dia sudah tahu “apa yang diinginkannya”. Obyek itu mau dijadikan apa, itulah D.
Contoh, Fiya ingin memotret perahu di pantai dan dalam bayangan di kepala Fiya ingin hasil fotonya seperti ini
Itulah “D”.
Nah, kemudian untuk mendapatkan seperti itu, di kepala Fiya langsung bisa memprediksi, ISO, aperture, dan shutter speed yang dibutuhkan alias bisa mengkalkulasi besaran aperture/diafragma, shutter speed, dan ISO.
D = diafragma/aperture + shutter speed + ISO
Hasil foto di atas sendiri memakai data
D = f/5.6 + 1/999 detik + ISO 100Bisakah dihasilkan jika ISO dinaikkan jadi ISO 200 tanpa mengubah hasilnya? TIDAK kalau pakai rumus
D = f/5.6 + 1/999 detik + ISO 200
Maka hasilnya akan terlalu terang. ISO 200 membuat sensor foto lebih sensitif dalam menerima cahaya. Artinya cahayanya akan lebih banyak terekam.
Rumusnya harus diubah dengan merubah salah satu variabel lainnya, seperti shutter speed. diubah menjadi setengahnya
D = f/5.6 + 1/500 detik + ISO 200
Kurang lebih hasilnya akan sama.
Kenapa saya tekankan teori karena saat memotret tentu kita tidak bisa berpikir terlalu lama dan berhitung memakai kalkulator dulu. Kebanyakan fotografer akan mendapatkannya dari pengalaman dimana mereka bisa memperhitungkan ketersediaan cahaya dan lain lain.
Bahkan, banyak yang sudah berpengalaman dan ahli, bisa menilai lalu memberikan panduan ini pakai f segini, shutter speed sekian, dan ISO sekian. Kalaupun meleset, biasanya tidak akan jauh dan mudah dikoreksi.
Gitu Fiya teorinya..
-
February 22, 2021 at 9:54 pm #7221
jezibelalfiya
ParticipantWaahh makasih banget mas Anton! Well notedππ» nanti kalo aku udah megang DSLR lagi langsung aku cobaaa~
Sekali lagi, aku bener-bener baru tau ternyata ada loh perhitungannya.. selama ini aku cuma pakai feeeling ajaπ€£
-
February 23, 2021 at 8:36 am #7254
Anton Ardyanto
KeymasterInget yah, jangan dianggap rumus pasti wkwkwkwk.. cuma menjelaskan relasi ketiga unsur itu saja..
-
-
-
February 21, 2021 at 6:59 am #7062
Bayu13K
ParticipantTopik sebelah yg tentang horizon, bikin makin kepengen uprek lagi sama kamera dirumah yg udah tak anggurin dari acara family gathering terakhir tahun 2019.. hahah π€£
Terus browsing2 di internet, ehh ketemu tulisan ttg segitiga exposure dan baru nggeh soal ini.. soalnya selama ini kalau moto pke kamera itu full pke mode auto assist. Kalau pke mode M alias manual ribet n pusing karena gambar yg didapet jadi agak lebay entah itu kelebihan cahaya atau kegelapan.
Ehh terus entah secara ajaib ternyata udh ada tulisan detail yg ngejelasin hubungan ketiganya.. haha. Makasih lohh pak anton. Hehe. π π
Saya jadi mengerti yah walaupun masih sering kebalik ttg bukaan diafragma. Yg katanya semakin kecil angkanya bukaannya itu semakin besar.. hhmmm ππ€-
February 21, 2021 at 7:37 am #7063
Anton Ardyanto
KeymasterHahahahaha… hayooo keluarin kameranya Mas Bayu dan manfaatkan. Cuma kalau sudah hobi nanti saya ga bertanggungjawab loh..
Pelan pelan mas.. nanti juga paham. Kalau ditelen semua sekaligus biasanya malah ga nyantol satupun
Hayo mas.. kita ramaikan dunia fotografi
-
-
February 21, 2021 at 8:57 am #7076
hichaaquino
ParticipantPak Anton, kira-kira untuk masing-masing shutter speed, aperture, maupun ISO, kapan dia akan bernilai satu pada segitiga tersebut. Misalnya untuk ISO, saat bernilai 100 maka sama dengan 1, 200=2, dst (ini akan rumusnya jadi bermasalah saat menggunakan ISO > 1500). Untuk shutter speed dan aperturenya juga, penyamaan unitnya bagaimana, ya?
-
February 21, 2021 at 3:34 pm #7094
Anton Ardyanto
KeymasterPada dasarnya yang di atas tidak bisa dijadikan rumus dan menghasilkan sebuah kepastian. Tidak bisa dihitung. Tidak ada konstansta karena sangat relatif sekali. Masing-masing fotografer akan punya “1” yang berbeda. Tidak bisa dipastikan.Β Banyak faktor lain seperti selera, pencahayaan, teknik yang dipakai, dan seterusnya.
Penjelasan di atas hanya untuk menggambarkan dan menjelaskan tentang keterkaitan antara ketiga unsur segitiga exposure , bukan sebuah rumus.
Semua itu karena hasil sebuah foto juga terkait salah satunya masalah selera. Misalkan saja, foto di atas bagi saya mungkin itu 1, tetapi bagi Eno yang suka dark tone, harganya mungkin 0,5. Belum lagi kalau cuaca di lokasi pemotretan gelap, rumus tadi akan berubah dan tidak terpakai
Jadi, jangan dipandang sebagai sebuah rumus…Pada dasarnya tidak ada angka hasil akhir (D) karena hasil akhir yang dituju adanya cuma di kepala si pemotret, bukan konstanta.
Cara terbaik untuk mengaplikasikan dan mencoba teori segitiga fotografi adalah teknik ATM (Amati, Tiru, Modifikasi). Misalkan, di atas saya sudah memberikan data 3 unsur tadi (1/999 detik, f5.6, ISO 100)
Coba pakai setting itu pada sebuah obyek di rumah, apapun itu
* set kamera pada data tersebut
* potret sebuah obyek menggunakan setting tersebut
* lihat hasilnya, apakah sudah sesuai dengan kemauan belum.
Dari sana baru dilakukan koreksi dan penyesuaian agar hasil akhir bisa sesuai dengan kemauan kita.
Itulah kenapa biasa seorang fotografer saat hendak memotret obyek di lokasi tertentu, dia akan membuang beberapa jepretan, tujuannya untuk membuat “standar” yang akan dipergunakan untuk pemotretan di lokasi tersebut, melihat karakter, efek cahaya dan beberapa hal lain.
Kira-kira gitu Hicha
-
-
-
AuthorPosts
- You must be logged in to reply to this topic.