Punya Akun Media Sosial, Tetapi Saya Bukan Instagrammer, Facebooker, atau Tiktoker – Saya Blogger

Ilustrasi akun media sosial - Tidak berarti berubah haluan, saya tetap blogger

Punya akun media sosial? Pasti punya dong! Saya yakin kawan-kawan MM juga punya kan? Saya punya akun di Instagram, Facebook, Tiktok,, X, dan Threads. Banyak yah.

Belakangan, terutama sejak beberapa bulan terakhir, saya bahkan cukup sering memposting sesuatu di salah satu akun medsos tersebut. Lebih sering daripada menelurkan tulisan atau posting baru yang saya miliki.

Coba saja cari akun Lovely Bogor di platform medsos-medsos tersebut. Bisa juga cari akun bernama saya di sana. Setidaknya, Anda, Kawan MM akan menemukan posting yang diterbitkan antara tahun 2023 awal sampai sekarang, rentang waktu dimana saya hiatus dari kegiatan menulis.

Salah satu posting di Tiktok bahkan ada yang mendapatkan views di atas 120.000. Pencapaian yang jelas sangat lumayan.

Mungkin, kalau melihat hal yang seperti ini, pasti akan terlintas pikiran bahwa saya sudah berubah haluan dan memilih menjadi Instagrammer, Facebooker, atau Tiktoker.

Tidak salah kalau ada yang berpandangan seperti itu, meskipun kenyataannya tidak begitu. Saya tetap SEORANG BLOGGER.

Sampai saat ini, setelah 2 tahun hiatus pun, tidak sedikit pun terpikir untuk beralih ke dunia visual. Keputusan saya “untuk tetap bertahan di dunia mengurus dan mengelola blog” masih sama. Tidak ada perubahan sedikitpun.

“Aktifnya” saya di media sosial bukanlah pertanda saya akan mengikuti banyak kawan blogger terjun ke dunia lain.

Semua itu lebih terjadi karena, terkadang, saya punya waktu saat di jalan atau sedang bersama si Yayang. Biasanya pada saat itu, sisi kreatif saya seperti mengusik untuk melahirkan sesuatu ketika melihat hal-hal menarik di jalan.

Saat itu terjadi, dulu, biasanya saya akan mencatat ide yang muncul dan kemudian mengambil foto untuk kemudian dikerjakan menjadi tulisan sesampainya di rumah.

Sayangnya, sekarang tidak begitu lagi. Sekarang ada banyak pekerjaan lain yang sudah menanti sekembalinya ke rumah, seperti berdiskusi dengan anggota tim LB Digital (sisi bisnis Lovely Bogor dan Maniak Menulis) atau memeriksa laporan keuangan, atau membenahi rumah, dan sebagainya.

Waktu hampir dikata tidak tersedia untuk menuliskannya menjadi sebuah tulisan.

Saya belum sempat mengatur ulang pemakaian waktu dan ritme kehidupan lagi untuk kegiatan blogging.

Nah, daripada ide itu terbuang percuma atau lewat begitu saja di depan mata, saya memanfaatkan fitur video yang ada saja di HP Samsung 23 FE di tangan untuk merekam momen tersebut.

Hanya saja, daripada sekedar tersimpan, saya langsung mengeditnya menggunakan Capcut atau fitur di medsos untuk membuat video singkat saja. Dan, kemudian langsung diposting di entah Tiktok (yang sekarang banyak saya gunakan) atau Instagram.

Selesai.

Setelah itu, ya sudah karena saya tidak merasa perlu memperhatikan hasil dari postingan tersebut. Mau banyak yang lihat syukur, mau tidak ya tidak masalah juga.

Karena yang terpenting dari tindakan tersebut bukanlah viewer, engagement, atau follower. Yang terpenting adalah untuk meredakan rasa “gatal” yang ditimbulkan oleh sisi kreatif dalam diri saya yang terus mendesak saja.

Bertahun-tahun menjadi blogger rupanya melahirkan kebiasaan dimana keinginan untuk terus berkarya timbul ketika melihat “sesuatu” yang menurut saya menarik. Perasaan tidak enak akan timbul ketika hal itu tidak dilakukan.

Jadilah saya memproduksi video-video seadanya untuk diposting ke media sosial. Meskipun terlihat berbeda dengan blogging, pada dasarnya tindakan ini memiliki dasar yang sama, yaitu memanfaatkan sisi kreatif manusia.

Bedanya, saya bisa melakukannya dengan ponsel dan bisa dilakukan bahkan dalam mobil atau sambil jalan, sesuatu yang tidak bisa dipergunakan pada kegiatan membuat artikel. Saya butuh komputer dan meja kerja, serta waktu yang lebih lama untuk melakukannya.

Jadi, meskipun saya “aktif” di media sosial, tidak berarti saya akan menjadi Tiktoker atau Instagrammer. Saya masih tetap seorang blogger, yang menelurkan tulisan atau posting di blog, meskipun untuk sementara masih hiatus.

Media sosial hanyalah keisengan seorang blogger yang sudah gatal untuk kembali beraktivitas sebagai blogger saja.

Itu saja.

4 thoughts on “Punya Akun Media Sosial, Tetapi Saya Bukan Instagrammer, Facebooker, atau Tiktoker – Saya Blogger”

  1. saya kemarin sempet mikir. “temen-temen yang blogging udah semakin dikit, termasuk saya juga makin jarang post. apa saya pindah ke medsos aja? ngeblog di medsos?”

    jawaban pikiran itu tetap sama. saya masih pengen ngeblog, nulis blog adalah “identitas” hobi utama. jadilah saya sama spt pak anton, punya medsos karena memang sesekali muncul keinginan kreatif di bidang visual/video, seperti tiktok dan instagram hehehe.

    Reply
    • Nah kan.. pada dasarnya, memang kalau yang passion di dalam dirinya adalah blogging, ya akan tetap berjalan di sana. Tidak akan pindah meskipun terkadang iseng untuk menyalurkan energi kreatifnya di bidang lain

      Reply
  2. Kita agak samaan nih mas. Aku pun pasti punyalah media sosial, walaaaau yg aku aktif cuma di IG, mirroring ke FB. Kenapa, Krn cuma IG dan FB yg enak buat simpan foto dan utk menulis walau short story. Ga bisa sepanjang di blog.

    Menulis di blog aku cuma bisa seminggu sekali. 1 hari posting, 6 hari utk interaksi (BW, balas komen). Jadi kebayang aja foto ribuan dari hasil traveling ga bisa cepet habisnya di publish. Ga heran travelingnya kapaaan, postingny kapan 🤣.

    Makanya aku pikir, utk cerita2 yg memang ga butuh banyak caption aku tulis ajalah di IG. So foto2 lama bisa cepet aku hapus 😄. Ga beratin hp.

    JD medsos ini utk mempercepat tulisan perjalananku selesai diposting. 🤭. Tetep blog yg paling utama ❤️

    Reply
    • Hahahaha… Emang mirip yah. Aku juga suka lihat lihat Insta kamu.. fotonya soalnya bagus bagus dan aku jadi bisa tahu banyak dari situ. Cuma jarang komentar saja.. 😂 kayak biasa.. stalking

      Reply

Leave a Comment