Buku (cetak). Dulu saya pernah teramat sangat (menunjukkan kadar) kepada benda yang satu ini. Tidak segan sebagian uang jajan sampai uang gaji dikeluarkan untuk membelinya. Bahkan, sempat membuat calon kumendan rumah tangga, si Yayang, saat pacaran khawatir kalau saya akan menghabiskan lebih banyak uang untuk membelinya.

Sekarang berbeda. Saya tidak lagi merasakan perlunya benda ini hadir dalam kehidupan saya. Ada banyak alasan buku cetak tidak lagi menjadi bagian penting dari kehidupan saya.

Namun, bukan berarti saya membencinya. Saya tahu betapa excitednya tenggelam dalam sebuah “dunia” atau pemikiran atau khayalan orang lain.

Oleh karena itu, ada rasa penasaran juga untuk mengetahui sedikit tentang pemikiran dari mereka mereka yang menjadi penulis buku. Apa sih yang mendorong mereka menulis? Apakah mereka merasa lebih “hebat” dan “tinggi” karena merasa sudah menerbitkan buku?

Kebetulan saja, blog MM dikaruniai banyak teman, yang ternyata di dalamnya ada seorang penulis buku “beneran” alias dicetak dan diterbitkan oleh penerbit “beneran” juga.

Thessalivia Reza, penulis buku NIKAH MUDA dan SEMANGAT, TANTE SASA. Kebetulan juga ia seorang blogger yang mengelola blog MY WONDERFUL BOOK LIFE.

Jadi, blog MM berkesempatan sedikit mengulik beberapa hal yang membuat penasaran.

Silakan ikuti saja hasil wawancara via email di bawah ini.


Blog MM : Thess, Apa tujuan kamu ngeblog pada awalnya? Lalu, setelah menjadi penulis buku yang tentunya lebih bergengsi, kok kamu masih ngeblog juga? Apakah tujuan awal masih sama dengan sekarang?

Bisa bantu ceritakan sedikit?

THESSALIVIA:

Waktu kuliah, sekitar tahun 2009, seorang temen ngajak saya untuk bikin blog. Karena saya tidak berencana untuk banyak menceritakan tentang keseharian saya di blog, saya pun menulis tentang kesan atas buku yang baru saja saya baca waktu itu. Dari dulu saya memang sudah suka membaca, dan senang sekali saat menemukan media (blog) untuk bisa berbagi tentang kesan buku yang saya baca 😍.  Selang bertahun-tahun kemudian, saya baru tahu ternyata ada yang namanya komunitas blogger buku. Senang sekali ternyata saat tahu ada orang lain yang memiliki hobi yang sama, membaca dan menuliskan tentang buku yang dibaca. Dari situ saya juga baru tahu ternyata ada yang namanya niche blog, dan tanpa sadar saya udah membangun niche blog saya sendiri. Hehehhe.. 😁

Temen yang ngajak saya ngeblog juga udah ga aktif, komunitas blogger pun timbul tenggelam, tapi kecintaan saya kepada buku dan menulis akan tetap ada. Jadi walaupun blogger angin2an, saya tetap akan mempertahankan blog dengan tulisan-tulisannya 💖.

Blog MM : Maaf nih, karena saya sudah lama tidak membaca buku cetak, jadi sangat kudet dengan yang namanya buku. Nah, selain buku “Nikah Muda”, bisakah beritahukan judul buku yang sudah Thessa terbitkan secara solo atau berbentuk antologi?

THESSALIVIA :

Nikah Muda adalah novel perdana saya dan terbit tahun 2018. Pada tahun 2019, saya sempat ikut proyek menulis cerpen antologi bersama beberapa penulis lain dengan judul buku The Moon on the Darkness Night. Jujur saja, antologi ini bukan karya yang dapat saya banggakan, karena ini adalah momen saya banyak belajar tentang kepenulisan. Jadi buat yang kepo, ga usah baca juga gpp cerpen saya di buku ini. Hehehhe… 😆

Antalogi kedua saya adalah Jejak Kenangan, terbit tahun 2020. Ini adalah tulisan-tulisan alumni ITB dalam rangka 100 tahun ITB. Buat yang pengen tahu pengalaman di ITB, boleh banget baca buku ini.

Tiga buku yang saya sebutkan di atas diterbitkan oleh penerbit indie. Pada tahun 2021, akhirnya buku mayor saya pertama kali terbit. Judulnya Semangat, Tante Sasa! yang diterbitkan oleh penerbit impian saya dari dulu, Gramedia Pustaka Utama

Selain buku-buku saya yang sudah terbit, temen-temen juga bisa baca karya saya di plafrom Gramedia Writing Project, silahkan dibaca dulu mumpung gratis. hehehe.. 😁 Soalnya semua naskah saya di GWP sekarang udah di meja editor dan doakan tahun depan bisa terbit buku baru, yaa..

Profile Saya (gwp.id)

Blog MM : Thessa menikah umur berapa? Kepo. Namun sebenarnya tertarik dengan judul buku “Nikah Muda”, tetapi malas membaca. Apakah buku tersebut dibuat berdasarkan pengalaman pribadi Thessa menikah di usia muda? Ataukah sekedar fiksi saja?

THESSALIVIA :

Hahahah.. Pertanyaan ini termasuk yang paling banyak ditanyakan saat saya menerbitkan buku Nikah Muda. Buku ini murni fiksi kok, Mas Anton 🤣.

Blog MM : Karena dikau hidup di dua “alam”, meski sama-sama tetap menulis, blogging dan penulis buku, perbedaan apa yang paling Thessa rasakan dari keduanya?

Bisa bantu jelaskan agak terperinci?

THESSALIVIA :

Perbedaan utama antara blogging dan menulis buku menurut saya itu perbedaan porsi peran orang lain (editor, tim pemasar, dll). Kita bisa bebas menulis apapun pada blog, tanpa campur tangan siapa pun. Kalau menulis buku, apalagi kalau ingin buku kita diterima oleh masyarakat luas, paling tidak kita mengandalkan editor, apakah mereka bersedia menerima tulisan kita atau tidak. Belum lagi editing di sana sini oleh tim editor dan proofread. Ibaratnya nih, jadi penulis buku tidak bisa sesuka hati sendiri. 

Blog MM : Pramoedya Ananta Toer pernah berkata yang intinya, “Menulis adalah kerja untuk keabadian”, ingat kan? Saya sih tidak setuju karena kodrat dunia tidak ada yang abadi.

Boleh tahu pandangan Thessa dalam hal ini, apakah Thessa sudah merasa menuju ke “keabadian” seperti yang disebutkan si Pramoedya?

THESSALIVIA:

Wah, bisa kebetulan ya, karena saya beberapa kali sempat menyebutkan hal ini di blog. Hehehhe.. 😆 Mas Anton bisa klik link ini  kalau berniat mampir dan membaca.

http://thessaliviareza.blogspot.com/2021/04/helo-april.html

Salah satu yang memotivasi saya untuk menulis adalah bisa menjadi ‘abadi’. Suatu saat ketika saya tidak ada lagi di dunia ini, karya-karya saya mungkin masih bisa dibaca. Baik buku-buku yang saya tulis, maupun sekedar sharing terkait buku dan dunia tulis-menulis di blog. Menyambung juga sebenarnya dengan pertanyaan Mas Anton di bawah tentang domain blog.

Banyak juga yang nanya kepada saya, apakah tidak berniat untuk membeli domain? Dengan alamat blog yang .com, tanpa embel-embel blogspot.com. Jawabannya untuk sekarang adalah, belum…

Sejak awal menulis blog, saya tidak pernah berniat memonetisasi blog (kalau banyak kiriman buku dari penulis atau penerbit untuk direview, itu saya anggap bonus). Blog saya jadikan tempat berbagi cerita melalui buku-buku yang saya baca. Dan saya tidak mau suatu saat, saat saya tidak (ada lagi untuk) memperpanjang domain, tulisan saya di blog jadi tidak bisa dibaca lagi 🥺.

Blog MM: Banyak blogger yang mengidam-idamkan untuk suatu waktu menjadi penulis buku. Bahkan, ada beberapa yang mengatakan bahwa blogger yang tidak menulis buku itu bukan blogger, alias bodoh.

Kalau dari sini ada pandangan bahwa seorang penulis buku (cetak) dipandang sesuatu yang lebih “tinggi” kastanya daripada blogger.

Menurut Thessa bagaimana? Sebagai penulis buku, apakah Thessa merasakan hal seperti itu?

THESSALIVIA:

Wuaaa, saya kira orang yang menganggap bodoh orang lain itu lah yang berpikiran sempit. Hehehe.. 😆 Kadang orang merasa lebih hebat, karena ia tidak tahu begitu luasnya dunia lain. Ibarat katak dalam tempurung mungkin ya.. Jadi merasa paling hebat sendiri. Termasuk penulis yang menganggap blogger punya kasta lebih rendah, menurut saya mungkin yang ngomong itu kurang wawasan betapa luasnya dunia blogging. Itu lah pentingnya kita selalu menambah wawasan dan pengetahuan..

Saya rasa wajar setiap orang punya mimpi tertentu, termasuk mengidamkan bisa menjadi penulis buku. Tapi itu bukan alasan untuk bisa menganggap rendah orang lain loh… 😊

Blog MM : Ini sebenarnya agak mengherankan juga. Kenapa blog My Wonderful Book Life masih memakai Blogger atau Blogspot sih? Bukannya harga sewa domain murah sekali dan pasti terjangkau oleh penulis seperti Thessa?

Kenapa tidak dijadikan saja Thessalivia.com gitu, kan kalau menurut para pakar, TLD atau Top Level Domain itu lebih bagus untuk branding dibandingkan subdomain Blogspot?

THESSALIVIA:

(refer to no 5)

Blog MM : Sekarang, Kembali ke blog, bagian ulasan atau review buku. Saya terus terang belum membaca semua, dan baru sekitar 15-an ulasan buku (random).

Yang saya mau tanyakan, saya belum menemukan ada review yang memberi rating 1 atau 2.Rata-rata ratingnya ada di kisaran 3-5 paling rendah. Apakah memang tidak ada buku (cetak) yang tidak bagus isinya? Kenapa rata-rata di atas tiga ratingnya?

THESSALIVIA:

Saya ga akan ngasi rating 1 untuk sebuah buku, setidaknya untuk menghargai penulisnya 😊. Rating 2 itu untuk buku yang saya kategorikan DNF (did not finish), artinya udah berusaha keras tapi ga sanggup baca sampai tamat. Nah, baca sampai tamat aja saya nyerah, apalagi bikin reviewnya. Hehehe.. 🤣 Makanya di blog rata2 memang yang saya tulis itu yang bintang 3 ke atas.

Blog MM : Di salah satu ulasan tentang Heartbreak Motel, Thessa pernah mengatakan “This book is not that fantastic”, tetapi Thessa tetap menyarankan pembaca ulasan untuk membaca buku ini.

Bukankah agak paradoks dalam hal ini, bagi Thessa sendiri buku ini sebenarnya (asumsi saya), masuk kategori, “Yah begitulah”. Bisa tahu alasannya?

THESSALIVIA :

Saya percaya setiap buku punya pembacanya masing-masing 😊. Buku yang bagus menurut saya, belum tentu menurut orang lain seperti itu. Begitu juga sebaliknya. Itulah makanya saat merekomendasikan buku, saya biasanya menambahkan catatan. Misalnya di Heartbreak Motel buat saya memang ke se-fantastic buku Ika Natassa lain yang pernah saya baca, tapi saya rekomendasikan buat yang suka sama latar dunia film.  Terlepas itu dikategorikan paradoks atau bukan, tapi tidak ada salahnya kan merekomendasikan bacaan 😊

Blog MM : Review yang buruk biasanya akan membaca dampak kurang bagus. Bagi sebuah buku, ulasan jelek sangat mungkin membuat orang tidak mau membelinya.

Nah, pernahkah Thessa menemukan kasus karena ulasan kurang bagus di blog, ada pembaca yang akhirnya memutuskan tidak jadi membeli dan membacanya?

Kalau hal ini terjadi, bukankah ulasan Thessa menjadi penyebab kegagalan orang lain.

Bisa tahu pandangan Thessa dalam hal seperti ini?

THESSALIVIA :

Dalam menulis review, saya selalu berusaha sejujur mungkin. Dan dalam setiap buku, selalu ada hal menarik tapi juga lengkap dengan kekurangannya. Saya tidak tahu pasti apakah ada orang yang sampai memutuskan tidak jadi membaca buku karena review saya. Tapi, kalau ternyata kekurangan itu membuat orang menjadi ragu atau bahkan tidak jadi membeli bukunya, menurut saya itu hal yang wajar. Karena itu lah fungsi review. Sama halnya dengan review2 produk lain yang bertebaran di internet atau situs review seperti goodreads (buku), IMDB (film), female daily (make up), dll.

Blog MM : Thessa kan sekarang ada di dua alam. Nah, kita coba berandai-andai sedikit.

Kalau Thessa disuruh memilih salah satu, antara menjadi blogger dan penulis buku, mana yang akan Thessa pilih? Bisa jelaskan juga alasannya?

THESSALIVIA:

Saya rasa itu tetap dalam satu alam yang sama ya, alam penulis. Hahahaha 🤣

Blog MM : Sebagai blogger, apa rencana untuk blog My Wonderful Book Life di masa datang? Apakah sudah ada rencana untuk pengembangannya? Mungkin, sudah ada rencana untuk memonetisasinya?

THESSALIVIA:

Saya ga tau memonetasi yang dimaksud Mas Anton seperti apa. Tapi saya udah nerima job review buku dari penulis, penerbit atau editor itu sejak tahun 2014. Setiap tahun saya bisa dapat belasan bahkan sampai puluhan buku gratis untuk direview. Adsense pun udah mulai jalan sejak bertahun-tahun lalu. Tapi itu semua saya anggap sebagai bonus, karena dari awal blog ini ada memang untuk berbagi tentang buku dan dunia kepenulisan (bukan untuk memperoleh penghasilan tambahan) , dan kedepannya pun akan tetap seperti itu 😊.

Blog MM : Thessa punya blog berapa? Bisa sebutkan juga nama-nama blognya supaya bisa dikunjungi oleh saya dan rekan-rekan pembaca lainnya?

THESSALIVIA : cuma satu ini aja, Mas Anton 🤣. Ini aja udah struggle banget untuk mengisi postingannya. Apalagi dengan kesibukan belakangan ini. hehehe..

Blog MM : Dalam kehidupan Thessa di dua alam, blogging dan penulis buku, pencapaian apa yang menurut Thessa paling luar biasa di antara yang lain? Boleh tentang blogging, boleh tentang menulis buku.

THESSALIVIA :

Buat saya, Semangat, Tante Sasa! adalah mimpi yang menjadi nyata😍. Dari kecil saya selalu mendambakan punya karya yang dipajang seluruh toko buku di Indonesia, dan GPU selalu jadi penerbit impian saya. Alhamdulillah mimpi itu tercapai tahun lalu, dan doakan tahun-tahun berikutnya akan ada buku-buku saya yang lain yang akan terbit.

Blog MM : Menurut pandangan Thessa, masa depan buku cetak akan seperti apa nih? Masih kah jenis bacaan ini bertahan di masa depan karena kehadiran banyak buku digital atau media lainnya sudah banyak sekali?

Akankah buku cetak tetap bertahan?

THESSALIVIA :

Buku cetak itu akan selalu punya pasarnya sendiri. Para penimbun buku yang senang melihat rak-rak penuh sesak dengan buku sampai ke langit-langit, orang yang senang mencium bau buku cetak saat baru dibuka plastik, dan pencinta buku cetak lainnya. Tapi, perkembangan teknologi memang memudahkan orang untuk membaca ebook melalui gadget, belum lagi platform membaca seperti epustaka yang bertebaran gratis dan legal. Jadi mungkin secara perlahan buku cetak akan tergeser, tapi menurut saya itu masih jangka panjang. Ga akan dalam waktu dekat.

Blog MM:  Kalau dalam blogging sendiri, menurut Thessa, apakah blogging juga masih akan tetap bertahan? Banyak blogger yang mengeluhkan bahwa pembaca blog menurun dan bahkan dunia blog sepertinya sedang suram karena dipandang tidak lagi “menguntungkan”

THESSALIVIA:

Walaupun udah lama ngeblog, dari dulu saya sebenarnya tidak pernah benar-benar memperhatikan bagaimana perkembangan dunia blogging. Hehehe.. 😅 Jadi saya juga tidak update dengan naik turunnya. Tapi, selama orang-orang masih mencari segala sesuatu melalui mesin pencari seperti google, menurut saya blog akan tetap hidup.

Blog MM : Pengalaman Thessa di dunia tulis menulis pasti sudah banyak dong. Nah, di antara itu momen apa yang paling berkesan dan momen apa yang paling menyebalkan bagi Thessa?

THESSALIVIA:

Banyak momen berkesan sebenarnya. Hehehe.. Tapi ada satu momen kecil yang berkesan yang kalau diingat itu bikin senyum-senyum sendiri. Sekitar lima tahun lalu, waktu itu saya sedang meeting di kantor dengan divisi lain. Waktu kenalan dengan salah satu peserta meeting, dia tiba-tiba kaget dan komen, “Mba Thessa yang blogger buku itu bukan, ya?” 

Waktu itu saya juga ga terlalu aktif juga ngeblog, tulisan pun sebulan sekali juga belum tentu. So, kan saya berasa artis jadinya pas diinget gitu. Hahaha.. 🤣 Jadi saya agak kaget juga ternyata blog yang (saya kira) sangat berdebu itu ternyata ada juga yang membaca, diingat penulisnya, dan kita juga mengobrolkan salah satu tulisan saya di blog yang bikin dia penasaran. What I wanna say is, jangan pernah ragu untuk menulis, kita ga pernah tau di sebelah ujung dunia mana orang ternyata membaca tulisan kita, terhibur atau mungkin malah terinspirasi dari tulisan kita 😊.

Momen menyebalkan? Pastilah saat tulisan kita dibajak secara ilegal. Buku pertama saya Nikah Muda, banyak banget sekarang situs-situs yang nyebarin pdf gratisannya 🥲. Sekalian saya mau sampaikan di sini buat seluruh pembaca Maniak Menulis, tetap dukung stop book piracy! Banyak usaha dan rejeki orang yang terlibat di industri buku. Dan jangan jadi pencuri rejeki mereka dengan menyebarkan pdf atau buku bajakan, yaa!

Blog MM :  Ngaku, saya termasuk orang yang sekarang malaassss sekali membaca buku. Saya termasuk yang salah satu bukti bahwa minat baca buku masyarakat Indonesia rendah.

Nah, menurut Thessa sebagai penulis buku, apa yang harus dilakukan agar masyarakat tersebut, termasuk saya, menjadi tertarik untuk membaca buku Kembali?

THESSALIVIA :

Menurut saya, membaca sama aja kayak hobi lain. Ada yang suka sepedaan, mungkin ga punya passion di fotografi. Atau ada yang suka olah raga, belum tentu seneng diajak nyanyi. Begitu juga membaca, tertarik atau tidak itu tidak bisa dipaksakan.

Jadi, saya tidak punya saran bagus juga buat Mas Anton 😆😆. Tapi nih, kita bisa banget mulai membiasakan anak-anak akrab dengan buku dari kecil loh. Misal dengan rajin membacakan cerita, mengajak ke perpustakaan atau menyediakan buku-buku menarik sesuai usianya. 

Blog MM :  Kepo, pakai banget. Dari sebuah buku, seperti “Nikah Muda” dan “Semangat, Tante Sasa!”, berapa sih pendapatan Thessa? Siapa tahu saja ada pembaca blog MM yang terinspirasi (dan uang salah satu inspirator terbaik) untuk menjadi penulis buku?

THESSALIVIA :

Sebagai gambaran, buku Nikah Muda itu saya terbitkan secara indie, sedangkan Semangat, Tante Sasa! diterbitkan oleh penerbit mayor. Royalti yang didapatkan penulis yang bukunya terbit mayor itu biasanya hanya 5-10% dari harga buku. Sedangkan untuk buku yang terbit secara indie, itu bisa sampai 30% atau bahkan 50%. Bedanya, penjualan buku indie itu biasanya terbatas kalau di Indonesia. Bisa laku sampai ratusan saja udah sangat lumayan. Beda dengan yang dimodalin penerbit mayor, yang sekali cetak bisa sampai ribuan eksemplar.

Total pendapatannya bisa dihitung2 sendiri lah yaa. Hehehe… 😆 Gimana, udah bisa dapet gambaran kira-kira pendapatan penulis itu berapa kan?

Blog MM : Terakhir, apa saran Thessa untuk blogger pemula dan penulis pemula, apa yang harus mereka lakukan agar bisa seperti Thessa?

THESSALIVIA :

Duh, mungkin bukan saran agar bisa jadi seperti saya, ya. Mending agar bisa jadi penulis atau public figure yang lebih keren dari saya aja. hehehe.. Pesan saya cuma, apapun yang kalian lakukan, entah itu blogger, penulis, atau yang lainnya, lakukan lah dengan sepenuh hati. Sepenuh hati artinya, jangan jadikan itu sebagai beban, bawa perasaan di setiap tulisan kalian, jangan pernah ragu untuk terus belajar menjadi lebih baik, dan percayalah hal yang kita mulai dengan niat baik suatu saat juga akan menuai kebaikan…  

Mimpi. Kalau ditekuni berubah menjadi cita-cita. Kalau cita-cita dikejar dan terus diupayakan, maka pada saatnya menjadi kenyataan.

Menarik melihat generasi muda (saya sudah tua) masih ada yang bercita-cita menjadi penulis buku mengingat profesi yang dulunya keren ini, sekarang kalah jauh pamornya dari Youtuber atau Instagramer.

Mungkin, itu juga salah satu alasan, mengapa nama Thessalivia muncul di kepala saya. Secara tidak sadar, meski sudah tidak lagi menjadi kutu buku, rasa sayang dan cinta terhadap buku itu tidak bisa hilang seluruhnya, dan ada harapan bahwa akan semakin banyak rekan blogger atau bukan yang terjun ke dunia penulisan buku.

Bagi yang ingin merasakan masuk ke dunia para kutu buku, silakan saja datangi langsung blog My Wonderfful Book Life dari Thessalivia.

6 thoughts on “Wawancara Blogger #004 : THESSALIVIA REZA (My Wonderful Book Life)”

  1. Ya ampyuuunnn, liat senyumnya tante Sasa eh salah 😀

    si cantik Thessa ini memang paling berhasil brandingnya di saya adalah senyumnya yang khas, dan itu nurun banget ke anak-anaknya, semua punya senyum lebar khas mamanya 😀

    Dan kedua, tentunya penulis buku, so proud bisa mengenal penulis buku langsung sih (ngaku-ngaku kenal langsung wakakakaka)

    Btw lageee, baca tulisan ini, semacam saya diingatkan lagi untuk mengeluarkan impian masa kecil.
    Yupppp, saya juga dulu pernah bermimpi bisa menerbitkan sebuah novel karangan sendiri, dn dipajang di toko buku dong.

    Tapi emang mamak rey belum seteguh Thessa sih, belom mau maksain diri nulis novel, eh atau lebi tepatnya mamak rey masih dirantai ama tagihan-tagihan hidup yang mengharuskan mengerjakan sesuatu yang harus segera ada duitnya biar kata seiprit-iprit 😀

    Tapi beneran, saya dulu juga kayak Thessa. pengen punya novel karangan sendiri.
    Dan oh ya, saya suka banget tulisan semangat Tante Sasa itu 😀

    Reply
    • Salfok sama senyumnya ya.. pantes kok kalau salfok.

      Impiannya kok nggak direalisasikan Rey.. padahal bagus banget kalau dikau bisa. Meski saya sudah nggak cintrong sama buku, tetapi saya tetap mengagumi mereka yang bergelut di bidang itu, baik sebagai pembaca atau penulis

      Reply
  2. Saya tertarik mengomentari sistem peratingan yang minimal 3 itu. Saya sepakat. Saya juga memberlakukan hal yang sama buat blog saya, hanya saja tak pakai rating, melainkan semua yang saya review pastilah kualitasnya 3 ke atas di dalam benak saya. Saya tak akan memuat yang rating 2 ke bawah, jadi saya terhindar dari menulis hal buruk tentang mereka yang bisa berakibat: (1) menyakiti orang yang terlibat dalam produk itu (2) tuntutan hukum (3) orang yang mungkin ternyata cocok dengan produk itu jadi ragu menggunakannya. Sebagai contoh saat menulis komentar ini saya baru menulis review web hosting IDCloudHost dan Jetorbit, padahal saya pernah menggunakan belasan layanan web hosting lainnya, karena belum sempat dan karena tak semua dari web hosting itu memuaskan.

    Dan.. dari jawaban mb Thessaliva tentang domain TLD, dapat menjawab penasaran saya kenapa ada blog yang tampak lengkap, komplet, rutin diupdate, isinya original, dan terlihat jelas penulisnya serius mengisi blognya, tapi penulisnya tidak menggunakan domain TLD.

    Btw, saya menikmati membaca wawancara di blog mas Anton ini yang sudah masuk episode keempat ini. Semoga terus berlanjut

    Reply
    • Insya Allah terus berlanjut mas.. saya memang akan terus menggalakkan kebiasaan untuk saling mengenal antar blogger.

      Kalau soal review.. kalau memang tidak bagus, daripada memberi bintang satu atau dua, saya pilih tidak menuliskannya.. lebih baik, menurut saya mah

      Reply
  3. aku sendiri nggak nyangka bisa kenal via online lewat blog dengan mba thessa. Dan kebanggaan juga buat aku, kalau ke Gramedia dan nemuin buku mbak thessa “haii aku kenal sama penulisnya” hahaha
    tiap berkunjung ke blog mb thessa pasti banyak rekom buku baru buat aku, yang entah kapan dibelinya, kadang dibeli tapi malah belum sempet kebaca.
    Duluuuu aku maniak beli buku fisik dari zaman SD, lahh kok pas udah gede terutama pas masuk dunia kerja, baca buku rasanya kok ga kelar-kelar alias lama buat namatin wkwkwk
    impian aku sama kayak mba rey, nerbitin buku solo dengan nama sendiri, alhamdulilah meskipun beberapa buku antologi udah punya, itu juga sebuah “prestasi” buat aku. Apalagi sampe menang lomba menulis dan dibukukan antologi, saingannya se Indonesia dan effortnya lumayan banget karena nulis sampe subuh buat ngejar deadline penerbit wkwkwk

    Reply
    • Wowww… jangan pandang rendah buku antologi. Buku adalah buku dan untuk menghasilkan karya seperti itu saja bukanlah hal yang mudah Nun.

      Tetaplah bermimpi dan jangan berhenti mengejar impianmu Nun.. Tetap semangat dan pada akhirnya, nanti akan ada hasilnya.

      Iya nggak sih

      Reply

Leave a Comment