(Bagian ke 3 dari seri Solusi Writer’s Block)
Tulisan yang pernah dibuat memang dibuat untuk dibaca. Sayangnya seringkali kita memisahkan dan menempatkan diri sebagai kalangan terpisah, pembaca. Padahal, penulis selalu berada di dua sisi, penulis dan pembaca. Tidak bisa dipisahkan.
Hambatan dalam menulis atau ngeblog yang dikenal dengan writer’s block acapkali terjadi karena kita kehilangan arah dan lupa tentang tujuan ngeblog yang dilakukan. Setelah sekian tahun berlalu, ide-ide awal yang dulu menjadi pendorong kita menggelutinya tertimbun dan terlupakan.
Untuk itulah, ada baiknya seorang blogger sesekali membuka halaman arsip blog miliknya sendiri.
Baca tulisan-tulisan lama yang pernah diterbitkan dari tulisan pertama dan terus sampai pada yang terbaru.
Biasanya hal itu setidaknya akan membantu memutar kembali ingatan ke masa di mana semangat ngeblog masih berapi-api. Ujung yang diharapkan juga berupa kembalinya setidaknya motivasi untuk menghilangkan hambatan yang ada.
Lagi pula, membaca tulisan-tulisan lama milik sendiri bisa memberikan masukan berupa
- kelemahan atau kekurangan dari tulisan-tulisan sebelumnya yang kemudian bisa diperbaiki dengan cara mengedit tulisan lama atau dengan mengeluarkan tulisan baru
- sudut pandang baru terhadap ide yang dulu pernah dibahas karena bagaimanapun, setiap hal bisa dibahas dari berbagai sudut
- gaya penulisan yang pastinya sudah tergeser karena banyakpengaruh dari luar, seperti, SEO atau karena mementingkan sponsor
Intinya, tulisan-tulisan lama itu tidak bedanya dengan tulisan orang lain yang bisa menjadi sumber ide dan inspirasi. Jangan lupakan, bahwa tulisan itu bisa menginspirasi manusia dan karena Anda manusia, sangat mungkin Anda akan terinspirasi, meski oleh tulisan tersendiri.
Saya sendiri rutin membuka halaman arsip blog milik sendiri. Tidak setiap hari, tetapi secara berkala, sebulan sekali, saya akan membaca ulang berbagai tulisan lama.
Tujuannya, selain mencoba mencari sudut-sudut pandang baru yang mungkin dibahas dari tulisan lama, untuk juga mengingatkan excitement, atau gairah ketika pertama menjadi blogger. Terkadang hal itu membuat saya merenung beberapa saat dan berpikir.
Dan, bukankah dengan berpikir Anda sudah memecah kebuntuan yang disebabkan oleh writer’s block?
Yang perlu dilakukan kemudian hanyalah mengambil buku notes atau komputer dan menulis secara bebas, seperti yang sudah dijelaskan di tulisan kedua “Menulis dengan bebas dan tanpa target”.
Pernahkah Anda membuka arsip blog sendiri dan membaca tulisan-tulisan lama?
(Untuk melihat semua posting dalam seri ini silakan klik Solusi Writer’s Block)