Berusaha Menjadi Berbeda di Blogosfer : Blogger Perlu Itu

Sebuah komentar dari seorang kawan lama, Kang Nata atau yang dikenal juga dengan Bakwan Jagung membuat saya tersenyum. Ia “menyenggol” sedikit tentang adanya rubrik wawancara yang mungkin dipandangnya sebagai usaha saya merambah dunia wartawan.

Begini komentarnya di Facebook, pada posting tentang Wawancara Blogger #1 : Fanny Fristhika Nilla (D’Cat Queen.

Benarkah dugaannya? Tidak salah, meski tidak seratus persen benar. Pada dasarnya, wawancara seperti itu memang biasa dilakukan kaum jurnalis. Jadi, memang tidak salah jika diinterpretasikan demikian.

Namun, sebenarnya, tujuan akhirnya bukan itu. Saya hanya berusaha menjadi berbeda, tepatnya membuat blog MM tidak sama dengan blog yang membahas tentang blogging lainnya.

Dasar pemikirannya adalah

1/ kalau saya mengubah blog MM menjadi sekedar berisi konten-konten tutorial tentang blogging, maka blog ini akan menjadi sama dengan puluhan ribu blog lain.

Bahkan blog emak-emak sekalipun seringkali memberikan tutorial ngeblog di sela-sela kategori lainnya.

Lalu, pertanyaannya, alasan apa pembaca mau datang ke sini kalau ada ribuan blog lain yang sama?

2/ blog MM punya saudara, yaitu Bogor Belajar blog. Temanya tentang blog, blogger, dan blogging juga. Entah alasan apa saya membuat dua blog yang temanya sama seperti itu, tetapi saya memiliki masalah besar.

Jika keduanya memiliki isi yang sama, lalu berarti saya harus menyebar waktu dan enerji untuk sesuatu yang tidak perlu. Lebih mudah menggabungkannya saja ke dalam blog MM yang sudah lebih tua.

Jadi, saat mengubah konsep blog MM, saya harus memastikan bahwa keduanya berbeda, meski di dunia yang sama.

Untuk itulah saya mengarahkan konsep yang baru bukan pada pembahasan teknis. Bagian yang satu itu akan dihandle oleh Bogor Belajar Blog. Untuk blog MM akan diarahkan menjadi “media” atau “majalah” terkait dunia blog.

Meskipun tetap ada unsur tutorial, terutama tentang WordPress Self Hosted, hal itu tidak akan membuat blog MM sama persis dengan yang lain. Mayoritas blogger Indonesia lebih suka membuat blog berbasis Blogger/Blogspot dan dengan menghadirkan menu WordPress, setidaknya hal itu membuat blog ini menjadi “agak berbeda”.

3/ Blog MM dulu “berbeda” karena gemar menentang dan mengutak atik pemikiran-pemikiran yang dianggap biasa di kalangan blogger Indonesia.

Kalau saya mengubahnya menjadi sekedar pembahasan tutorial ngeblog, tips dan trik saja, eman-eman (sayang sekali).

Oleh karena itulah saya harus mengarahkan agar perbedaan itu tetap ada dan terasa.

Intinya pada akhirnya saya hanya berusaha menjadi berbeda dari keumuman. Coba lihat saja

  • ketika banyak blogger dan internet marketer berusaha mengajari orang sebanyak mungkin dengan artikel tutorial, saya berusaha sesedikit mungkin membuat tulisan seperti itu.
  • ketika banyak tulisan tentang blog, blogger, dan blogging berusaha membranding diri sang blogger sebagai orang paling hebat di blogosfer, saya justru menyajikan kategori wawasan yang hanya menyampaikan pandangan blogger lain
  • ketika mayoritas blogger berusaha mempromosikan diri dan blognya sendiri, saya justru memberikan promosi berupa hadirnya kategori blogosfer, yang memberi informasi tentang blog lain
  • ketika banyak blogger semakin memperpanjang tulisannya, saya berusaha memperpendeknya sesingkat mungkin
  • ketika seringnya berkunjung ke blog lain adalah untuk mencari ide, saya berusaha menyediakan ide untuk dipakai siapa saja (di kategori IDE)

Salah satu dari usaha menjadi berbeda itu adalah menghadirkan kategori wawancara. itu merupakan hasil pengamatan terhadap dunia blog Indonesia yang sejauh ini masih sedikit sekali yang melakukannya.

Padahal, dalam teori blogging yang banyak tersebar di dunia maya, wawancara adalah satu cara yang bagus untuk menjadi berbeda. Masalahnya ada pada kenyataan cara ini artinya Anda tidak boleh berpikir tentang diri sendiri, Anda akan dipaksa berpikir untuk orang lain.

Dan, saya tidak punya keraguan untuk melakukan itu karena interpretasi saya sebagai blogger adalah berusaha bermanfaat bagi orang lain. Meski tidak besar, manfaat itu harus terasa.

Dengan hadirnya rubrik wawancara, setidaknya saya “merasa” bermanfaat bisa membantu blogger lain menjadi lebih dikenal orang lain. Saya sendiri akan mendapatkan imbas positifnya karena kalau jalan ini berhasil, blog MM akan menjadi tempat orang mencari wawancara di dunia blog.


Kira-kira, itulah dasar pemikiran saya mengadakan rubrik wawancara dan bersikap seperti seorang wartawan.

Mau tidak mau kalau mau melakukan wawancara, maka saya harus bertindak “meniru” para jurnalis. Hal itulah yang terlihat oleh sobat saya Kang Nata, yang saya tahu cermat dalam mengamati.

Tidak salah sama sekali, tetapi tidak mencakup keseluruhan.

Semua ini hanyalah sekedar menjadi berbeda, meski hanya sedikit dari yang lain.

Mengapa ingin menjadi berbeda? Membuat perbedaan itu bukankah selalu diajarkan oleh para senior, pakar atau yang mengaku pakar, kepada blogger yunior? Menjadi berbeda itu membuat seseorang mendapat perhatian lebih dibandingkan yang biasa dan umum.

Saya mengamini pandangan ini karena sebagai seorang marketing di dunia nyata, menjadi berbeda. Banyak perusahaan membayar mahal untuk terlihat berbeda di dunianya.

Dan, karena itulah saya berusaha menjadi berbeda. Mungkin, kalau blog MM menjadi sedikit berbeda, ia bisa bertahan di dunia blog Indonesia yang semakin keras dan ketat ini.

Bagaimana dengan Anda? Sudahkah berusaha membuat blog Anda berbeda?

Leave a Comment