Membuat Tulisan Review Tentang Tempat Kuliner Atau Wisata, Jangan Lupa Kirim Link Ke Obyeknya

Sebuah kesalahan. Meski tetap saya memiliki alasan pembenaran melakukannya, tetapi tetap saja jauh di dalam hati, ada pengakuan bahwa saya memang sudah melakukan kesalahan.

Delapan tahun mengelola blog bernama Lovely Bogor yang banyak membuat tulisan review (ulasan) tempat kuliner atau wisata di Kota Hujan, saya jarang melakukan yang namanya mengirimkan atau menyebar link.

Semua hal itu, selain karena malas, tetapi juga karena saya pikir TIDAK PERLU. Toh saya menulis lebih banyak untuk diri sendiri dan bukan merupakan kewajiban karena bukan endorsement berbayar. Saya tidak merasa perlu untuk memberitahukan kepada mereka.

Jangankan menebar tautan untuk promosi, mengirimkan link ke “obyek” tulisannya, seperti restoran atau kafe yang menjadi bahan tulisan, saya tidak melakukannya.

Namun, setelah mulai aktif kembali berkeliling kota sendiri, mencari cerita, dan kemudian menulis lagi, saya menyadari bahwa apa yang sudah dilakukan selama ini adalah sebuah kesalahan.

Lumayan besar malah.

Mengapa sebuah kesalahan?

Pengalaman yang terjadi sejak kembali ngeblog 1-2 bulan terakhir memang menunjukkan TIDAK mengirim link ke obyek tulisan memang sebuah KESALAHAN dari sudut marketing.

Alasannya ada beberapa, yaitu

  • saya tidak bisa mendapatkan feedback dari yang obyeknya langsung, padahal mereka yang paling berhak diberikan kesempatan memberikan masukan, saran, kritikan, atau bahkan pujian
  • saya tidak memperluas jaringan, padahal obyek yang puas dan senang karena mendapatkan ulasan bagus akan menambah luas network yang sudah ada
  • kehilangan kesempatan dipromosikan oleh obyek tulisan yang senang dan puas terhadap review yang kita buat
  • saya kehilangan potensi untuk berkolaborasi di masa datang dengan si obyek

Intinya, ketika saya tidak melakukan hal ini, saya kehilangan kesempatan untuk membuat nama blog tersebut menjadi besar. Padahal, kesempatan itu hadir karena mayoritas mereka yang di-review merasa senang karena sudah bantu dipromosikan.

Saya melewatkan semua hal itu.

Dari sisi pandang seorang pemasar, dan saya termasuk salah seorang diantaranya, yang seperti ini jelas sebuah kesalahan mendasar sekali. Tidak seharusnya seorang pemasar melewatkan kesempatan untuk menjadi besar dan terkenal.

Kecewa/Kesal?

Tidak sih. Kenyataannya saya melihat ini sebagai sesuatu hal yang wajar. Tidak ada kesal atau kecewa, meski di dalam hati tetap harus diakui saya merasa ada sebuah kesempatan yang lewat begitu saja.

Namun, karena sudut pandang saya sebelum ini adalah berusaha mencoba menjadi blogger yang benar-benar blogger dan memilih mengabaikan penggunaan pengetahuan di bidang marketing.

Bisa dikata, saya memang tidak mau memasukkan unsur bisnis saat ngeblog.

Namun, karena belakangan ini saya fokus pada sisi bisnis di dunia fotografi, saya agak bergeser dari kuadran blogger ke kuadran lain, yang berbau bisnis. Saya tidak 100% blogger lagi karena sudah merambah sisi komersialnya.

Mau tidak mau, cara pandang saya pun mengalami perubahan. Saya merasakan kembalinya sisi seorang pemasar dalam rencana ke depan terkait semua blog yang ada di jaringan Lovely Bogor.

Hal-hal yang sebelumnya dianggap tidak perlu dilakukan, sekarang malah justru menjadi sebuah kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan.

Termasuk diantaranya, sebuah kebiasaan “baru” hadir yaitu mengirimkan tautan tulisan kepada obyeknya. Contohnya, jika saya membuat tulisan review tentang sebuah kafe, maka saya akan berusaha mencari cara agar bisa men-DM pengelola kafe tersebut bahwa ada tulisan terbit di blog saya.

Hasilnya, seperti sudah diprediksi mendapatkan respon yang baik dan bahkan membuka kesempatan terhadap hal lain. Contohnya, ketika saya membuatkan tulisan ulasan terhadap satu kafe yang sering saya datangi saat memotret, saya mengirimkan hasilnya kepada si pengelola.

Ternyata, saya mendapatkan respon yang bagus sekali dan bahkan terselip sedikit ajakan untuk berkolaborasi mengadakan pameran foto.

Respon dari FANATICOFFE terhadap tulisan saya di Lovely Bogor

Sesuatu yang tentunya merupakan potensi untuk terus mengembangkan branding di masa datang.

Belum lagi, saya juga mendapatkan banyak respon dari beberapa model dadakan yang menjadi sasaran kamera saya dan tim. Mereka antusias sekali dan tidak jarang menanyakan kapan ada lagi pemotretan.

Kesempatan semakin terbuka untuk pengembangan.

Sesuatu yang dengan sengaja tidak dilakukan, demi dalih idealisme seorang blogger.

——

Tidak ada kesal, kecewa, atau marah. Tidak juga merasa tolol bin bodoh. Toh semua itu merupakan jalan yang dipilih selama ini. Jadi, tidak sepantasnya saya merutuki diri sendiri karena hasilnya bukanlah kerusakan, hanya kehilangan kesempatan saja.

Namun, untuk ke depannya, di beberapa blog, yang kontennya akan banyak berisi tulisan ulasan, tentang tempat, orang, atau kegiatan, saya akan merubah cara.

Saya akan berusaha agar si bahan tulisan bisa membaca ulasan yang dibuat dan membuka kesempatan baginya untuk terlibat.

Dengan begitu saya berharap pada akhirnya ada penambahan jaringan untuk membantu perkembangan blog.

Selain itu tentunya, siapa tahu saja mereka karena senangnya dengan sukarela akan mengirimkan tautan tulisan tersebut ke pacar, istri, saudara, kawan atau selingkuhannya.

Dengan begitu, blog saya akan mendapatkan promosi gratis.

Oleh karena itu juga, saya, kalau boleh, ingin menyarankan kepada sesama blogger yang banyak menuliskan tulisan ulasan/review (bukan berbayar) untuk jangan lupa memastikan si bahan tulisan mendapatkan link ke tulisan tersebut.

Kecuali, kalau tujuan akhir kehidupan blogging hanya untuk journaling, diary, atau senang-senang saja. Persis seperti saya dulu.

2 thoughts on “Membuat Tulisan Review Tentang Tempat Kuliner Atau Wisata, Jangan Lupa Kirim Link Ke Obyeknya”

  1. Kalau saya colek obyeknya di medsos Pak, ada yang tanggapin, ucapin terima kasih, ada yang posting ulang di medsosnya, ada juga yang cuek, wwkkwkwkwwk

    Tapi saya memang cuman iseng sih biar ada tulisan di blog saya, makanya kadang saya dapat undangan review sebuah tempat, kagak dibayarpun saya mau 😀
    Dibayar makanan aja pun nggak masalah 😀

    Reply
    • Ya kalau di medsos bukan nyolek lagi saya mah.. gampar sekalian… hahahaha… Ga peduli juga apa yang dicolek bilang terima kasih atau tidak. Itu urusan mereka.

      Saya malah lebih suka sebenarnya membuat tulisan review itu tidak dibayar. Cuma dari sisi bisnis, sebenarnya kita harus mencoba memanfaatkan kesempatan menjalin hubungan dengan si narasumber dan membuat mereka merasa dihargai.

      Kalau dari sisi blogger sih, saya pilih bebas sebebas bebasnya.. hahahaha

      Reply

Leave a Comment