Orang Menyebalkan di Dunia Blog? Banyak! Blokir saja!

Pernah kawan memblokir blogger lain untuk berkomentar di blog Kawan MM? Belum? Mudah-mudahan tidak pernah terjadi yah.

Saya pernah.

Meskipun saya menganut paham “perbedaan pendapat” itu sebagai sesuatu yang wajar, gemar berdebat, gemar “berantem”, namun ada suatu waktu dimana saya mengambil langkah, memblokir seorang blogger dari berkomentar di semua blog yang saya miliki.

Benar-benar memblokir karena saya memasukkan nama orang tersebut, kemudian bahkan IP addressnya ke dalam daftar hitam di dashboard WordPress. Otomatis, semua blog saya akan menolak komentar apapun yang dimasukkannya dan apapun yang dituliskannya di kolom komentar tidak akan mencapai bagian moderasi.

Setidaknya saya menghemat waktu dan tidak perlu merasa terganggu.

Sebelum tindakan ini diambil, memang menghadirkan beberapa pertanyaan yang hadir.

  • Apakah berarti saya tiak adil dan tidak konsisten menerapkan prinsip kebebasan berpendapat?
  • Tidakkah tindakan pemblokiran tersebut melanggar asas yang saya yakini sebagai blogger bahwa setiap orang bisa berbeda pandang dengan saya? Pemblokiran adalah langkah menghalangi dan bisa dipandang membatasi hak orang lain berpendapat
  • Haruskah saya melanggar pernyataan dan idealisme sendiri bahwa setiap orang bebas berpendapat dan berkomentar di semua blog saya?

Setelah cukup lama mempertimbangkan, pada akhirnya saya memutuskan untuk mengatakan kepada blogger tersebut, “Hey, saya tidak mau lagi berinteraksi dengan kamu?”

Bukan tanpa usaha, berulangkali saya mencoba untuk berinteraksi selayaknya blogger. Hanya saja, rupanya tidak ada perbaikan.

Bahkan, setelah langkah menjauh saya lakukan (tidak lagi BW ke blognya), entah bagaimana dia datang kembali dan merecoki blog saya. Bahkan, sempat ia menuliskan komentar yang menjatuhkan di blog lain sekaligus menuduh saya menghapus komentarnya di blog MM. Hal yang tidak saya lakukan karena seberapapun buruk komentar blogger lain tentang saya dan blog ini, komentarnya masih utuh (tidak diedit) dan bisa dilihat.

Lucunya, ia sendiri sebenarnya pernah mengedit komentar saya yang mengoreksi berbagai kesalahan dalam penulisan bahasa Inggris di blognya. Isinya disesuaikan agar tidak memperlihatkan “kelemahannya” dalam memakai bahasa tersebut.

Branding rupanya lebih penting baginya daripada memperlihatkan yang sebenarnya. Ia tidak mau terlihat buruk dan ingin terlihat tetap keren dan sempurna di mata pembacanya.

Maklum, ia merasa dirinya internet marketer.

Mengapa keputusan pemblokiran ini saya ambil? Bukankah ada resikonya?

Yah, benar sekali. Ada resikonya. Saya bisa dicap hipokrit, tidak adil, tidak konsisten, dan masih banyak hal lainnya.

Tapi..

Tidak ada gunanya, baik bagi diri sendiri dan juga pembaca yang lain jika komentarnya yang kerap bernada menjatuhkan terus masuk. Malah bisa menjadi racun yang susah dihilangkan.

Bikin capek saya harus mengomentari pandangannya yang selalu merasa dirinya paling “benar”, “luar biasa”, dan hebat. Ia tidak pernah merasa salah dan melihat histori interaksi kami di dunia maya, ia akan terus berusaha menjatuhkan saya dengan cara apapun.

Tidak ada diskusi sehat. Tidak ada adu argumen berdasarkan logika dan data yang baik. Yang ada pada akhirnya hanya sekedar menghamburkan waktu dan tenaga untuk mendengarkan keinginannya untuk menjatuhkan.

Saya bisa menghapus komentarnya saat moderasi, tetapi pada akhirnya saya menyalahi prinsip lainnya, yaitu untuk meloloskan komentar apapun (selain spam).

Jadi, saya hanya mengambil tindakan yang saya lakukan menghadapi tetangga seperti itu di dunia nyata. Tidak mau berhubungan dengannya lagi. Kebetulan, di dunia nyata pun ada tetangga seperti itu, yang meski kalau bertemu dengannya saya masih menyapa, tetapi kalau ia mulai berbicara banyak (dengan gayanya), saya akan menyingkir. Menjauh.

Hanya, karena di dunia blog, saya tidak bisa menyingkir dan ia terus kembali, maka saya memutuskan “menutup pintu” baginya, sama seperti saya menutup “pintu rumah” dan menolaknya untuk datang.

Saya secara resmi mengatakan kepadanya, “Udah elu kagak gue terima di sini! Sayang waktu lu! Sono cari tempat yang mau denger ocehan lu” Setidaknya ia juga tidak menyia-nyiakan waktunya untuk berusaha berkomentar.

Merasa bersalah? Ternyata tidak juga.

Semua itu karena pada akhirnya saya sampai pada kesimpulan

  • I am the owner of this blog. Jadi, saya berhak memutuskan yang terbaik bagi blog ini (dan semua blog lainnya)
  • Tidak ada nilai tambah yang bisa ditarik oleh saya dan pembaca blog lain dari komentarnya, selain keinginan untuk menjatuhkan
  • Tidak ada usaha sehat untuk membangun interaksi yang baik dengan sesama blogger
  • Saya tidak bisa menyenangkan semua orang dan bukan tugas saya melakukan itu

Resiko? Yah, apa sih di dunia ini yang tanpa resiko dan konsekuensi. Namun, kalau dibandingkan antara resiko kerugian yang akan dihadirkannya dengan manfaat yang diberikan, maka kerusakan yang akan datang lebih besar lagi.

Saya lama kelamaan akan terpancing secara emosi dan konsentrasi akan justru teralihkan dari yang lebih penting. Waktu saya akan terbuang demi sesuatu yang sebenarnya tidak memberi manfaat.

I took the risk. Saya ambil resiko tadi.

Saya blokir blogger tersebut dan tidak memperbolehkannya ikut serta berpendapat di semua blog yang saya miliki.

Sisi menyenangkannya bertambah satu lagi kalau membayangkan kemungkinan ia masih akan datang beberapa kali, membaca pandangan saya yang sangat mungkin bertentangan dengan dirinya, dan ia tidak bisa melakukan apapun. Bonus banget.

Orang Menyebalkan banyak di dunia blog

Fakta.

Banyak mungkin yang berpandangan dunia blog dengan para bloggernya adalah dunia ideal. Dunia dimana semua orang berpendidikan, tahu etika, tahu cara berinteraksi, dan bisa saling mengerti.

Kenyataannya, itu adalah utopia. Sesuatu yang sebenarnya tidak ada.

Dunia blog adalah bagian dunia manusia dan tidak bisa terlepas dari kehadiran mereka-mereka yang “tidak bisa” atau “memiliki masalah” dalam berinteraksi dengan manusia lainnya.

Dunia blog adalah representasi dari dunia nyata, dunianya manusia. Apa yang terjadi di dunia nyata akan terjadi juga di dunia maya, meski kadang dalam bentuk yang berbeda.

Ketidakcocokan, konflik, perseteruan, kejulidan akan banyak terjadi di dalamnya. Banyak manusia akan pada akhirnya bertemu dengan “manusia menyebalkan” versinya. Manusia-manusia yang akan “mengganggu” dirinya.

Oleh karena itu, saya memegang prinsip yang sudah disebutkan tadi, terutama pada bagian

“Saya tidak bisa menyenangkan semua orang dan bukan tugas saya melakukan hal itu”

Tentu saja, saya ingin mendapatkan trafik pengunjung dan pembaca, tetapi tidak berarti hal itu dilakukan dengan berusaha membuat semua menjadi senang.

Tidak bedanya dengan berteman di dunia nyata, saya tetap berpegang pada prinsip lain, yaitu

“Inilah saya. Jika mau berteman dengan saya, maka bersiaplah dengan segala resikonya. Saya tidak akan merubah diri demi pertemanan dan saya berharap Anda juga begitu. Jadilah diri sendiri apa adanya dan bangunlah pertemanan yang sehat dan dewasa”.

Saya hanya akan menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan situasi yang ada berdasarkan tata cara, sopan santun, norma, atau etika yang berlaku dalam masyarakat. Saya paham sekali, meski tidak seketat di dunia nyata, dunia maya punya tatanan etika dan aturan yang tidak terlihat.

Jika ternyata ada hal-hal yang menurut saya “tidak lagi sesuai” dengan semua itu, maka tindakan terkeras yang akan dilakukan adalah pemblokiran.

Kata mutiara pertemanan “100 friends are not enough and one enemy is too much” (100 teman kurang, 1 musuh terlalu banyak) tidak bisa diterima dalam hal ini. Saya tidak mencari “musuh”, tetapi kalau ada “musuh”, ya kenapa harus mundur. Kalau satu orang terasa sudah mengganggu, dibandingkan harus mengorbankan diri sendiri dan kawan lainnya, saya tidak akan segan memutuskan akar penyebab masalah.

Hal ini perlu saya lakukan agar apa yang saya inginkan bisa tercapai. Egois memang, tetapi pada akhirnya sebagai manusia, saya punya tujuan dan terkadang harus melakukan sesuatu yang memang “perlu” dilakukan dengan resiko apapun untuk mencapainya.

Jadi, YA, saya pernah memblokir blogger lain untuk datang berkomentar. Sampai saat ini, pemblokiran tersebut masih berjalan. Tidak ada niat untuk dibuka kembali karena saya tidak yakin ia akan berubah. Saya tidak melihatnya akan memberi kebaikan apapun.

Itu adalah keputusan terkeras yang saya ambil selama jadi blogger dan dalam daftar, selama itu hanya 1 orang yang terkena. Bukan keputusan mudah, tetapi tetap saya harus ambil (selain kepada spammer)

Bagaimana kalau saya diblokir?

Pernah? Tidak tahu juga. Selama hampir delapan tahun menjadi blogger, kecuali kolom komentarnya memang ditutup, saya bisa berkomentar di semua blog yang saya kunjungi.

Namun, saya menyadari satu hal juga. Cara a la Ronin saya dalam berkomentar dan berinteraksi, sudah pasti akan “menyentil” dan “membuat tidak nyaman” banyak blogger lain. Tidak heran kalau ada yang kemudian menggolongkan saya masuk ke dalam “manusia menyebalkan”. Hal yang memang menjadi resiko dengan gaya yang diambil.

Hal itu sudah saya sadari sejak awal.

Oleh karena itu, saya akan menerima kalau ternyata suatu waktu ada blogger lain yang memblokir kedatangan saya. Marah? Kayaknya sih tidak. Saya hanya tidak akan kembali ke blog itu saja. Selesai. Tidak perlu misuh-misuh.

Itu hak blogger tersebut. Ia berhak memilih yang terbaik bagi blognya dan kehidupan bloggingnya. Jika ia tidak mau saya menjadi bagiannya, so be it. Saya harus menghormatinya.

Bahkan, kalau ada Kawan MM yang merasa terganggu dengan semua komentar saya, ada baiknya untuk melakukan tindakan pemblokiran. Serius loh. Tidak ada guna menyakiti diri sendiri dan terus berhadapan dengan sesuatu yang membuat hati tidak nyaman.

Tidak perlu menyenangkan orang lain kalau hal itu tidak menyenangkan hati Kawan MM.

Tidak perlu penjelasan panjang lebar. Pemblokiran adalah sebuah sinyal yang sangat jelas. You are not wanted here.

Dan, saya akan menangkap pesan itu dengan baik.

Silakan pertimbangkan yang terbaik bagi Kawan MM karena bagaimanapun keinginan kita berteman, sebagai manusia, tidak pernah salah kalau kita mengedepankan untuk mencari kenyamanan dan kebahagiaan diri sendiri.

Iya nggak?

(Bogor, 25 September 2021. Posting ke 999 di blog MM)

12 thoughts on “Orang Menyebalkan di Dunia Blog? Banyak! Blokir saja!”

  1. Kalau wordpress mungkin bisa block, ya 😅 Blogspot kayaknya enggak bisa deh mas. Naseb. Terpaksa moderasi manual. Eh bisa nggak ya? 🙄

    Untungnya jarang ada pengunjung yg rese.😅 Jika nemu, jadi tantangan juga untuk saya melatih emosi. Bisa nggak jadi kind to unkind person? Bagaimana mengarahkan percakapan yg nggak terarah menjadi lebih ada isinya…sehingga yg baca bisa belajar. 😅
    Kayak di forum. Tapi bedanya kalau blog apa yg di komentari sudah karya kita jadi kadang ego memang main banget. Jadi nggak gampang juga, ya. Kadang yg saya coba lakukan setelah nulis adalah “memisahkan diri” dari topik yg ditulis. Alias anggap saja moderator. Tulisan saya dianggap kurang memuaskan org bkn berarti sayanya jelek juga. 😅

    Belum pernah ngeblock komen juga kecuali spam dan scam yang suka bikin sebal. Heran kok selalu tembus pertahanan 🤣

    Yang saya perhatikan para komentator,model yg disebut mas Anton, umum sering muncul di tulisan blog opini, curhat provokatif, atau yang ada hubungan dengan lomba. Yang tema santuy hip hip hore jarang banget…Di medsos baru…. tempat semua model tulisan pasti ada komentar “belok”, apalagi kalau sdh beken.😅😂

    Reply
    • Menunya sih memang tidak ada, tetapi ada lumayan banyak kok penjelasan cara memblokir IP untuk blog berbasis Blogspot. Meski saya belum mencoba, rasanya bukan sesuatu yang tidak mungkin.

      Pada dasarnya kalau cuma dibilang tulisan jelek sih, sudah biasa… Hahaha acceptable. Juga, kalau sekali dua kali dan tidak ada history sebelumnya, saya juga tidak akan mengambil keputusan itu. Karena latar belakangnya lumayan panjang, saya pada akhirnya menyimpulkan bahwa tindakan itu memang perlu. Bukan semata karena ego yang tersungging.. hahahaha…

      Betul sekali bahwa ada banyak sikap yang bisa diambil untuk mengatasinya. Karena, kritik atau saran juga diperlukan untuk kehidupan sebuah blog dan langsung menutup justru merugikan. Hanya saja, pada akhirnya, keputusan harus diambil karena sudah berulangkali dan sudah cukup lama terjadi.

      Hahaha.. mungkin saya terlalu provokatif yah.. atau terlalu beken #hoekss.. hahahaha.. yup…memang betul Pheb bahwa komentator seperti itu banyak di blog bertema seperti itu. Bagaimanapun blog pada dasarnya adalah medsos juga.

      Reply
  2. Kalo lihat teh phebie dan pak Anton ‘ngobrol’ tuh enak, tulisannya berisi dan dewasa aja gitu, hahahaha…

    pokoknya, hidup pak Anton!

    Btw, enakan mana kalo bicara gratisan… wordpress atau blogspot? (hahaha,,,maaf out of topic)

    soalnya, ya karena baru-baru ini mau belajar mengenali pentingnya SEO lah, adsense itu apa, keyword dan lain-lainnya, kurasa blogspot lebih fleksibel daripada wordpress(.com)

    ya ga sih? ya kan?

    Reply
    • Bukankah kita sudah dewasa Ady.. hahahaha

      Tergantung tujuan. Blogspot atau WordPress keduanya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan. Walau kata orang WordPress lebih powerful kalau berkaitan dengan SEO, saya belajar bahwa posting di Blogspot pun bisa menang di mesin pencari.

      Keduanya hanya “platform” sedangkan SEO, sebenarnya sama dengan kamera, lebih berkaitan dengan siapa yang memakai. Skill dan kemampuan bloggernya dalam mengoptimasi tulisan lah yang menentukan. Dulu, beberapa blog saya masih berbasis Blogspot dan tetap bisa dengan baik nangkring di halaman SERP (Search Engine Result Page).

      Cuma kalau WordPress yang didukung plugin memang memiliki kelebihan tersendiri karena sang blogger memiliki alat bantu untuk mengoptimasi tulisannya dan kemudian menang di mesin pencari.

      Kalau boleh saran, tidak perlu fokus pada platform dalam SEO. Beri fokus lebih bagaimana menerapkan berbagai faktor dalam SEO ke dalam tulisan dan kemudian memadukannya dengan gaya menulis yang menarik. Pengetahuan tentang segmen pasar dan juga mencari kata kunci (keyword) merupakan bagian penting.

      Platform yang manapun akan bisa dipakai.

      Yang susah adalah wordpress(dot)com tidak bisa dipasangi Adsense kalau tidak berbayar, sedangkan blogspot bisa.

      Reply
  3. posting ke 999, wowww. tapi congratssss pak anton udah sebanyak ini postnya
    sejauh ini aku nggak pernah blokir seseorang di blog aku, mungkin belum nemuin sampe yang bikin sebel sebel gimana gitu
    kalau blokir orang di WA sering hahahaha

    Reply
    • Makasih Nun.. Bukan sebuah pencapaian, cuma sebagai patok saja sudah lumayan jauh juga ternyata perjalanan blog ini.

      Mudah-mudahan tidak perlu sampai blokir orang, tetapi kalau memang perlu, jangan ragu untuk lakukan. Hahahaha

      Reply
  4. Hmm, sepertinya sih saya belum pernah diblokir oleh atau memblokir blogger lain sepanjang saya ngeblog, Pak. Tapi semisal suatu saat yang pertama itu kejadian, ya sudah. Sama seperti Pak Anton, pesannya sangat jelas, so no hard feelings.

    Tapi karena saya termasuk orang yang “feeler”, paling selama beberapa hari bakal kepikiran sendiri kira-kira di mana letak kesalahan saya, setelah itu ya move on.

    Kurang berguna juga sih berlama-lama merenungkan penyebabnya apalagi kalau saya nggak dikasih tahu sama yang di sebelah sono. Menebak-nebak sendiri juga kayaknya sampai tujuh turunan pun enggak bakal ketemu jawabannya, hehe.

    Reply
    • Mudah-mudahan tidak pernah sampai harus melakukannya Eva. Karena sebenarnya tidak menyenangkan, tetapi karena “terpaksa”. Inginnya sih damai-damai saja, tetapi terkadang ada hal yang “perlu” dilakukan.

      Malas saya mah mikirin. Kalau sudah usaha, tetapi tetap tidak berhasil, yo wis. Jalan terus

      Reply
  5. Belum pernah memblokir orang di blog, karena enggak tahu caranya. Saya masih cupu yang begitu-begitu. Haha. Syukurnya saya jarang bertemu bloger yang rese atau cari masalah sama saya. Mungkin karena enggak banyak yang tau saya. Sekalinya tau, paling-paling juga malas duluan karena saya sendiri anaknya banyak bacot, terus siapa tau dia takut kalau saya kritik. Mungkin. :p

    Namun, sejauh ini ada yang paling membuat saya kesal. Salah seorang bloger perempuan yang komentar sampai 5 atau 6 kali, padahal komentarnya seragam. Sebelum saya jelaskan tentang orang itu, dalam 1-2 tahun terakhir saya jarang meninggalkan komentar, dan benar-benar berkomentar cuma kalau lagi pengin aja–khususnya topik tulisan yang memancing jari-jari saya buat mengetik dengan sendirinya. Seperti tulisan ini, misalnya.

    Nah, saya enggak paham bagaimana dia rutin berkunjung ke blog saya (dugaan saya, sih, dia mengikuti blog saya). Setiap kali berkomentar, dia kayaknya langsung komentar cukup dengan baca paragraf pembuka. Saya paham hal semacam itu suuzan atau asumsi semata, tapi ya kalau keseringan kurang nyambung dengan keseluruhan isi tulisan, saya jelas berpikir ke sana dong. Belum lagi dia menambahkan komentar dengan nama-nama perempuan lain (seperti yang saya maksud di awal), yang seakan-akan saya terlalu bego buat memahami kalau itu orangnya dia juga. Jadi, intinya mah dia pengin promosi blog-blog dia yang banyak itu, tapi dengan cara meninggalkan backlink di kolom komentar bloger lain. Kan itu nyampah, ya. Ada-ada aja, sumpah. XD

    Soalnya saya sendiri paling malas mengisi alamat blog, sekalipun di blog-blog tertentu mesti mengisi nama, surel, dan website. Toh, yang dibintangin cuma 2 itu, webnya enggak wajib.

    Baguslah sejak saya memutuskan berani menghapus komentar-komentar semacam itu, dia belakangan ini akhirnya cuma berani meninggalkan 1 akun cloning. Haha. Itu pun seringnya akan saya hapus lagi. Mending enggak ada yang komentar, sih, ketimbang dapat komentar macam begitu.

    Seandainya dia singgah kemari, semoga aja baca komentar saya dan tobat dari perbuatannya. Itu pun kalau dia mau baca, bukan langsung ujuk-ujuk komentar. Wahaha. Ups.

    Reply
    • Terkesima saya membaca pengalaman Mas Yoga. Rupanya ada yah yang sampai segitunya melakukan stalking. Tapi ga heran sih. Wajar kalau ke mas Yoga mah, sudah masih muda, ganteng, dan tulisannya bagus. Mungkin dia memang jatuh hati padamu.. #winks . Bisa jadi loh karena ia sebenarnya terkesima dengan gaya menulis mas yang memang enak untuk dibaca itu.

      Banyak bacot? Well, nggak tau juga sih karena belum pernah bertemu dengan mas. Tapi justru kalau memang diberi kesempatan, saya malah kepingin bertemu dengan mas… Hahah seriosa… Dari semua tulisan yang saya baca, saya pikir akan menyenangkan sekali bisa bertukar pandang dengan dikau. Maybe dengan bumbu debat dan saling bacot sedikit sedikit mah boleh dong.

      Hahaha.. ga tau tuh apa dia datang atau tidak.. Yah mudah mudahan dia datang dan membaca karena dengan begitu mungkin ia akan bisa lebih memahami bagaimana berinteraksi dengan mas.

      Reply
  6. Yang rese di blog saya? ada beberapa hahaha.
    Dan bisa dibilang sering sih, terutama di beberapa tulisan saya tentang marriage dan bisnis Oriflame.

    Biasanya, kalau energi dan waktu saya ada, ya saya ladeni sih ya, saling balas balasan, tapi kalau enggak, ya udah saya cuekin aja, nggak saya hapus juga, wakakakakka.

    Kalau blokir orang di blog, belum pernah, dan juga belom tahu caranya sih ya kalau di blog kek gimana blokirnya, palingan yang saya masukin spam aja ya yang suka ngiklan.

    Tapi memang sih Pak, meladeni orang resek itu butuh energi besar.
    Untung saya mungkin udah terlatih meladeni komentar orang di FB, jadi ya udah cuek aja, bahkan kalau dapat komentar nyebelin dan broken link, saya copas pake akun saya dong, jadi komennya tetap ada meski saya sendiri yang copas wakakakak.

    Sungguh mamak Rey ini aneh sih, tapi mungkin juga karena saya belom nemuin yang benar-benar resek kali ya Pak, dan juga saya selalu berpikir, kasian tuh orang yang komen resek, apalagi pakai anonim, mungkin dia butuh tempat curhat, jadinya curhat ngegas di kolom komentar orang lain wakakakakakakakak

    Reply
    • Iya Rey.. Kalau memang niatnya untuk berdiskusi, berdebat sekalipun, sebenarnya OK buat saya. Bukan masalah, tetapi kalau niatnya sudah terlihat jelas di luar itu semua, ngapain juga harus buang waktu dan energi. Mending buang sajah..

      Hahahaha.. bisa jadi dia sebenarnya tertekan yah dan tidak punya tempat penyaluran, jadi pilih ngerusuh di tempat orang lain.

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply