Manusia Berencana Covid Menentukan

logo maniak menulis

Tadinya, tulisan ini diniatka berjudul “I AM BACK”. Sejatinya karena memang saya seperti baru kembali dari hiatus yang lumayan panjang., lebih dari satu bulan. Tulisan terakhir yang diposting di sini dan bahkan di seluruh blog lainnya tertanggal 28 Juni 2021. Berarti sudah lebih dari satu bulan berlalu dan saya tidak menerbitkan tulisan apapun lagi.

Di Facebook sekalipun, dimana saya juga mulai ngeblog tentang fotografi, kegiatan itu terhenti sama sekali. Tidak ada update status tentang memotret lagi dalam kurun waktu yang lumayan lama.

Baru hari ini, saya memutuskan untuk mem-publish satu tulisan di sini.

Jadi, pada dasarnya memang saya “kembali” lagi.

Namun, saya teringat akan sebuah tulisan dari kawan, Yoga Akbar, dari blog Sublimasi Mediasi yang saklek sekali mengatakan kalau menulis, sebaiknya tidak perlu berbasa basi. Langsung to the point saja. Jadi, judul itu saya sesuaikan sedikit agar tidak terkesan berbunga-bunga dan juga mencerminkan kenyataan bahwa sebenarnya memang tidak ada yang peduli juga dengan apakah saya kembali atau tidak.

Juga, saya akan mengabaikan saran untuk langsung ke titik tujuan saja dalam menulis kali ini. Justru, rasanya, saya sedang ingin menulis bertele-tele dan berpanjang lebar tanpa tentu arah.

Penyebabnya? Menghilangkan tekanan yang selama ini masih menggantung setelah melewati masa satu bulan lebih tadi.

Tekanan tersebut hadir karena situasinya memang memaksa demikian. Situasi yang membuat semangat menulis seperti disedot oleh DEMENTOR, si makhluk penyedot jiwa dalam film Harry Potter.

Sikon ini hadir karena selama sebulan terakhir

  • dua adik ipar terpapar Covid-19
  • kakak tertua, sekeluarga (3 orang) positif Covid juga
  • 2 orang kolega di kantor masuk kategorei endorser Covid juga

Kakak dan keluarganya yang mengalami situasi paling parah. Mereka sempat terbaring sakit selama 2-3 minggu. Sementara adik ipar lebih beruntung karena sudah divaksin. Dua kawan pun begitu, situasinya tidak terlalu buruk.

Sebulan terakhir, perhatian dan semangat saya tercurah untuk memastikan keluarga kakak dan adik ipar tercukupi kebutuhannya. Memastikan bahwa mereka punya tenaga untuk melawan keganasan si Corona.

Tidak mudah sama sekali karena semua harus dilakukan tanpa bisa bertemu dan melakukannya sendiri. Saya hanya bisa membantu dari jauh dan berusaha menemukan jalan keluar tanpa harus membahayakan diri dan orang lain.

Situasi sempat memburuk karena kakak ipar yang kebetulan sudah lumayan berumur harus diangkut ke rumah sakit ketika kondisinya memburuk dan mengalami sesak napas serta halusinasi.

Bukan sebuah situasi yang kondusif untuk menulis.

Perhatian dan waktu saya harus dihabiskan untuk memastikan suplai makanan lancar, mencari oksigen kesana kemari, dan tetap berusaha menjaga semangat mereka yang terinfeksi. Tidak ada waktu yang tersisa, bahkan sekedar untuk memikirkan ide tulisan.

Tidak sanggup.

Reservoir cadangan tenaga pun harus dikeluarkan dan dihabiskan.

Padahal jadwal menulis menyebutkan kalau dalam sehari seharusnya saya setidaknya membuat 3 tulisan untuk semua blog. Bahkan, kalau bisa , jumlah itu lebih dan secara teori bisa dicapai karena saya masih WFH. Pengaturan waktu di rumah sangat memungkinkan produksi artikel lebih banyak lagi.

Sayangnya, saya berencana, cuma si Covid sedang berkuasa dan ia yang menentukan.

Jadwal tersebut berantakan karena selama sebulan, saya tidak punya waktu dan semangat tersisa.

Setelah masa berat itu lewat, ketika semua yang terkena kembali pulih, rasanya semua semangat itu belum bisa kembali utuh. Rasa kosong dan capek luar biasa masih meraja. Yang ada rasa lelah luar biasa mendampingi rasa lega yang ikut hadir.

Capek sekali.

Kayaknya si Dementor juga menyedot optimisme, selain semangat.

Keinginan saya hari ini sebenarnya hanya diam saja. Tentunya, sambil mengerjakan tugas kantor yang wajib dilakukan. Belum ada keinginan menulis di blog lagi. Masih ingin menetralkan diri.

Hanya saja, saya pikir hal itu bisa menggiring saya ke sebuah jebakan bernama “kemalasan” tak berujung. Jadi, saya putuskan untuk menulis, meski hanya sekadarnya saja. Tidak jelas dan jelas bertele-tele, di luar kebiasaan.

Tapi, saya pikir hal itu akan membantu saya mengembalikan diri ke dunia blog kembali.

Belum ada rencana dan jadwal yang dibuat. Yang terpenting bagi saya saat ini adalah meakukan adaptasi ulang dan mengembalikan “hati” dan otak ke posisinya lagi. Barulah saat itu saya akan kembali beraktivitas di dunia blog seperti semula.

Entah berapa lama waktu yang dibutuhkan karena rasa capek itu masih terasa sekali.

Semoga saja tidak ada gangguan si Covid lagi dalam “dunia saya” karena bukan hanya menyebabkan distraksi, tetapi saya tidak yakin dalam kondisi sekarang semangat dan daya yang tersedia cukup untuk mengatasinya.

Capek sekali.

So, see you guys.

12 thoughts on “Manusia Berencana Covid Menentukan”

    • Makasih Lia untuk doanya dan sambutannya. Seneng banget sebenarnya dapat email dari dunia peri dan membantu tetap waras.. hahaha

      Udah ga bisa istirahat Peri karena rupanya sudah tersedot kembali ke dunia blog… hahahaha

      Makasih Peri Kecil

      Reply
  1. Semoga semua keluarga dan rekannya pak Anton pulih dan sehat kembali seperti biasa, aamiin. Pantas selama seminggu atau lebih, hampir tiap hari kesini ngecek ada update atau gak, dan ternyata baru ada sekarang ini. Sama-sama tetap semangat di saat yang semakin tidak menentu seperti sekarang ini. Thank you and keep safe, wish all the best.

    Reply
    • Aaamiin.. semoba mbak juga selalu sehat ya Mbak..

      Wah makasih sudah dikunjungi, saya pikir blog ini sudah kayak rumah kosong tak ada yang datang. Mudah-mudahan saya bisa cepat aktif kembali..dan sedang diupayakan karena setelah menulis sekali ternyata membantu pemulihan

      Keep safe juga ya mbak

      Reply
  2. Muter-muter dulu di awal, itu mah tulisan gue banget dong #ehhh

    Selamat beradaptasi kembali Mas Anton. Jujur pas baca judulnya mikir, aduh apakah kemarin Mas Anton sakit? Karena udah lama nggak lihat tulisannya. Pas hiatus kemarin kan seperti biasa saya silent reader, he-he. Memilih ngga nulis juga karena satu dan lain hal.

    Rupanya keluarga yang sakit. Sama Mas Anton, kemarin juga saya terlibat nyari-nyari ruangan dan distribusi obat + makanan untuk keluarga yang covid. Rasanya nggak tenang, kalang kabut, padahal bukan keluarga inti saya yang kena.

    Yang bikin stres itu karena ada sense of hopelessness yah. Gak tau kapan pandemi ini selesai, nggak benar-benar tahu apakah semua sudah aman… macem macemlah.

    Maka wajar kalau supply tenaganya habis, dan mesinnya harus dipanaskan lagi kayak sekarang.

    Semoga Mas Anton, Mbak Yayang, dan Kribo sehat selalu!

    Reply
    • Boleh saya niru ya Mega.. saya pingin bisa menulis bertele-tele dan muter-muter di depan kayak gitu.. hahahaha serius.

      Bener banget Meg.. sense of hopeless itu terasa sekali selama mengurus mereka yang terkena. Nelpon sana-sini susah sekali. Puyeennnggg… Makanya bener bener kehabisan tenaga sayah…

      Maasih Meg dan doa yang sama untuk Mega sekeluarga

      Reply
  3. Pantas saja lama ngga update. Semoga keluarga Pak Anton segera sembuh. Semoga kita semua diberi kesehatan.
    Tetap semangat, Pak. Karena optimisme merupakan salah satu jalan kesembuhan untuk diri sendiri dan orang-orang di sekitar.

    Reply
    • Iya NIsa makasih banget. Memang betul berpikir optimis dan tetap semangat sangat membantu dalam situasi seperti kemarin. Meski, tetap saja sulit karena banyaknya tekanan.

      Makasih ya doanya Nisa.. stay safe juga ya

      Reply
  4. Aku beberapa kali balik ke blog ini, tapi memang ga nemuin tulisan mas Anton. Di FB juga jarang padahal biasanya sering :). Tapi syukurlah skr udh back to track lagi ya mas :).

    Semoga keluarga cepat pulih. Gitu juga semangat untuk nulis lagi πŸ˜€

    Reply

Leave a Reply to Phebie Cancel reply