Foolproof : Anggap Semua Orang Bodoh Saat Menulis Artikel Tutorial

Orangtua dulu mengajarkan jangan memandang bodoh orang lain. Ungkapan ada “langit di atas langit” merupakan cerminan dari pandangan generasi tua sebelum saya dan masih dianut banyak orang di masa sekarang.

Saya juga termasuk penganut fanatik dari pandangan itu. Namun, fakta di depan mata sekarang, saya kerap mengabaikan pandangan itu, terutama saat menulis artikel bersifat tutorial. Pada saat seperti ini, saya justru harus “menganggap semua orang bodoh dan saya orang terpandai sendirian”.

Kenyataannya sebenarnya berkebalikan, saya tidak memandang terlalu tinggi diri sendiri. Tujuan dari mengambil sikap seperti ini adalah agar saya bisa mewujudkan prinsip foolproof dalam tulisan.

Apa itu foolproof (Anti Orang Bodoh)?

Terjemahan kata per kata dari istilah ini bisa diartikan sebagai “ANTI ORANG BODOH”, namun arti sebenarnya adalah sangat mudah.

Istilah ini pertama kali saya dengar saat bergabung dengan tim pembentuk prosedur ISO di perusahaan tempat bekerja. Saya diminta membuat prosedur standar bagi bagian marketing dan pengapalan.

Inti dasar dari pembuatan prosedur haruslah mudah dipahami oleh semua karyawan di bagian itu.

Prosedur harus dimengerti dan dijalankan oleh orang yang sudah lama bekerja, tetapi juga dituntut bisa dipahami dengan mudah oleh karyawan baru, mengingat keluar masuk karyawan di perusahaan sering terjadi.

Prosedur juga tidak bolah rancu karena merupakan patokan sistem kerja bagi setiap orang dalam sistem tersebut.

Masalah utamanya adalah latar belakang pendidikan karyawan di satu perusahaan tidak sama. Bervariasi. Juga, kemampuan menangkap penjelasan setiap orang pasti berbeda juga. Ada yang cepat, ada yang lamban.

Padahal, sebuah prosedur akan berlaku bagi semua orang. Tidak bisa kami menghadirkan prosedur yang berlaku bagi sebagian saja.

Oleh karena itu, tim pembuat harus berpikir agar prosedur yang dibuat mudah dibaca, mudah dipahami, mudah diingat, mudah dijalankan oleh semua pegawai. Tidak peduli dia lulusan SMA atau S1, prosedur harus bisa dipahami oleh semua.

Kalau prosedur dibuat dengan bahasa yang rumit, maka pegawai dengan pendidikan rendah atau kurang cepat daya tangkapnya akan mengalami kesulitan. Hasilnya adalah alur kerja yang tidak lancar dan tersendat. Kemungkinan kesalahan terjadi besar sekali. Perusahaan bisa rugi kalau ini terjadi.

Jadi, situasi yang ada pada akhirnya mendorong tim membuat prosedur yang bahkan pegawai terbodoh sekalipun akan bisa menyelesaikan tugas dengan baik dengan membaca prosedurnya.

Mau tidak mau, tim pembuat saat itu harus memegang prinsip foolproof dan menganggap semua rekan kerja sebagai orang bodoh.

Mengapa harus menganggap semua orang bodoh saat menulis artikel?

Tidak dinyana, belasan tahun kemudian, prinsip foolproof harus kembali dihadirkan. Kali ini, peran saya sebagai seorang blogger menuntut konsep itu kembali dihadirkan.

Suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, ada banyak saat dimana saya harus menanamkan pikiran semua pembaca adalah orang bodoh dan tidak mengerti apa-apa.

Saat itu adalah ketika saya berniat menulis artikel tutorial atau yang bersifat panduan.

Mengapa?

Artikel tutorial memiliki sifat mengajarkan sesuatu kepada pembacanya. Karakter tulisan jenis ini untuk mentransfer informasi atau pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu dari penulis kepada pembaca.

Polanya tidak beda dengan membuat prosedur dulu.

Masalah yang dihadapi pun sama, yaitu calon pembaca akan memiliki latar belakang pendidikan dan pengetahuan yang bahkan lebih beragam dibandingkan dalam sebuah perusahaan. Variasinya mencakup mulai dari yang tidak pernah lulus SD sampai penyandang gelar profesor.

Ketika saya menulis dengan berpikiran target pembaca adalah lulusan SMA saja, maka pemakaian diksi dan kompleksitas kalimat bisa menjadi penghambat lulusan SD untuk memahami. Mereka sangat mungkin mengalami kesulitan membaca dan memahaminya.

Sebagai hasilnya adalah banyak orang akan kecewa karena tidak mendapatkan informasi yang dikehendakinya.

Jadi, suka atau tidak suka, mau tidak mau, saya harus mengambil patokan terendah, yaitu orang terbodoh di bidang itu saat membuat tulisan jenis ini. Tujuannya agar siapapun, tidak peduli punya ijasah sekolah atau hanya akte kelahiran saja bisa memahami yang ada dalam tulisan dan kemudian menerapkannya.

Pola yang saya pakai untuk mewujudkan tulisan yang foolproof ini adalah

  • pemakaian diksi sederhana dan umum
  • kalimat sependek dan sejelas mungkin
  • tidak menggunakan bahasa asing, kalaupun dirasa perlu maka akan diusahakan ada terjemahan dan penjelasannya
  • runtut dan terstruktur agar alur kerja terlihat jelas
  • kalau memang dirasa perlu maka akan ditambahkan image untuk memberikan gambaran
  • pemakaian sub heading untuk memisahkan
  • pemakaian warna berbeda untuk memisahkan bagian per bagian

Pola kerja seperti inilah yang selalu saya pergunakan jika sedang niat menghadirkan tulisan bersifat tutorial di beberapa blog yang ada.

Sebagai perwujudan dari penerapan konsep ini terkadang membuat saya terkadang geli sendiri. Hal-hal sederhana bin remeh yang seharusnya tidak sulit pun masih dijelaskan agar benar-benar jelas.

Misalkan saja, pada beberapa contoh tulisan di bawah ini, Anda akan menemukan saya menjelaskan kapan harus belok ke kiri atau ke kanan, atau harus mendorong besi penghalang ke depan kalau mau masuk stasiun. Semua hal kecil pun coba dijelaskan agar mudah ditangkap maksudnya.

  1. Cara Menuju Kalideres Dari Bekasi Menggunakan Commuter Line (blog Umum Sekali)
  2. Menuju Kebun Raya Berjalan Kaki Dari Stasiun Bogor (Lovely Bogor)
  3. Cara Menghasilkan Uang Dari Blog : Nggak Bisa Cepet (BB Blog)

Berhasil? Yap, cara ini berhasil dengan baik. Jenis tulisan ini berhasil mengundang pembaca dalam jumlah bahkan ratusan ribu, seperti tulisan nomor 2 yang sudah dibaca (sampai saat ini mendekati 200 ribu kali).

Ukuran keberhasilan juga bisa dilihat dari lumayan banyak komentar yang berterimakasih karena sudah memiliki panduan. Ada juga bahkan yang mencetak tulisan-tulisan ini dan dijadikan patokan, seperti misalkan saat mau ke Kebun Raya Bogor.

Penerapan konsep “anti orang bodoh” ini setidaknya lumayan terbukti membuat “pintar orang lain”.

Bagi blognya sendiri menghasilkan lumayan banyak backlink.

Melihat hal ini, saya pada akhirnya menerapkan konsep yang sama pada semua artikel tutorial dan panduan.

Menyenangkan kah membuat artikel tutorial dengan menerapkan konsep foolproof?

Terlepas dari hasil trafik yang didatangkan artikel tutorial, maka saya akan menjawab, “Sumpah, nggak menyenangkan!! Membosankan!!”.

Serius, rasa malas bisa tiba-tiba saja menggunung di hati kalau melihat jadwal ngeblog dengan ide yang menjurus ke tutorial. Mata bisa tiba-tiba blur, otak bisa mendadak macet, dan jari seperti mengajak untuk melakukan blogwalking atau membaca-baca saja.

Buat saya pribadi, artikel tutorial itu tidak memberikan ruang untuk berekspresi, beropini, dan berkreasi. Yang ada adalah sekedar data yang mengekang. Seberapapun coba untuk dikreasikan, tetap saja terasa monoton.

Penerapan konsep foolproof sendiri menambah beban karena berarti saya harus teliti, bukan hanya dalam urusan data, tetapi juga alur tulisan. Padahal, saya paling lemah dalam hal yang satu ini.

Hasilnya, saya memilih untuk tidak terlalu sering membuat tulisan dengan karakter seperti ini.

Namun, saya akan tetap menelurkan artikel-artikel yang mengajarkan sesuatu di masa datang. Bukan karena saya senang menganggap orang lain bodoh, tetapi lebih karena tulisan tutorial itu menghasilkan trafik. Itu saja. Bukan kesenangan melainkan lebih ke pertimbangan bisnis.

Mau tidak mau, suka tidak suka. Saya harus berusaha mendatangkan trafik ke blog-blog yang saya kelola. Seberapapun menyebalkan, hal itu tetap harus saya lakukan.

Iya nggak?

Bagaimana dengan Kawan MM? Pernah membuat artikel tutorial? Apakah pernah menerapkan konsep foolproof saat membuatnya?

8 thoughts on “Foolproof : Anggap Semua Orang Bodoh Saat Menulis Artikel Tutorial”

  1. Bapaakkkk, setuju banget.
    Kalau saya menganggap semua orang cerdas, jadinya malas bikin tutorial hahaha.
    Atau bikin tutorial tapi umum aja, alhasil kadang orang nanya lagi ini itunya 😀
    Padahal ya bener banget, tutorial yang detail banget itu malah lebih bagus, dan bikin orang lebih betah bacanya, bahkan diulang-ulang bacanya.

    Kalau dipikir-pikir, kayaknya penyebab saya malas tulis tutorial detail, mungkin sedikit terpengaruh oleh komentar, di mana ketika saya udah nulis dengan lengkap, trus ada yang masih nanya lagi karena dia nggak baca, atau juga ada yang komen kalau tulisan tersebut mah receh sekaleeehhh hahahaha.

    Padahal ya cuek aja napa ya.
    Kalau ada yang menganggap itu receh, berarti memang tulisan itu bukan untuk dia 😀

    Reply
    • Cuek ajah lah Rey.. kalau untuk tutorial mah saya pikir itu yang terbaik.. hahaha orang lain bodoh, saya pinter sendiri.. wkwkwkwkw.. Tujuannya agar kita bisa menjabarkan penjelasan dengan baik, bukan untuk menghina. Sikap mental saja lah..

      EGP lah soal receh receh.. gue mah dah ga mau mikir beginian lagi.. suka suka gue dong.

      Reply
  2. aku belum pernah bikin artikel tutorial dan pas baca ini jadi mesem mesem sendiri, berarti aku nanti kalau mau bikin tutorial akan menganggap “semua orang bodoh” aja dulu,
    karena aku kalau bikin petunjuk singkat misalnya, kadang masih terselip pikiran “ahh gini aja masa orang nggak ngerti maksudnya”, ehh ternyata ada juga yang nggak ngerti.

    Reply
    • Hahahaha.. bikin atuh Nun… Anggap saja begitu Nun, dan untuk sementara saja jangan keterusan. Cuma saat nulis.

      Soale kan yang baca bervariasi banget, dari yang pinter banget, sampe yang males banget.. Jadi kudu diantisipasi

      Reply
  3. Dulu, Maringenet kebanyakan isinya tutorial, gambarnya hampir semua tangkapan layar. Bikin artikel seperti itu kdang memang membosankan. Kadang saya mikir, memang semua langkah mesti ada gambarnya ya.

    Akhir-akhir ini jarang bikin artikel tutorial, mungkin karena ngga ada ide, atau lebih kepada saya pikir sudah ada yang nulis tutorialnya, saya diam aja, wkwk.

    Sebagai bagian atau dari managerial, memang harus memberikan prosedur yang jelas ya. Di sekolah saya, sebelum ujian, pasti pimpinan selalu memberikan arahan terkait ujian kepada semua guru. Bagi saya yang sdh ngajar beberapa tahun, isinya hampir itu-itu juga. Tapi bagi pimpinan, hal tersebut penting. Bagi guru lama sebagai pengingat, bagi guru baru sebagai panduan.

    Reply
    • Iyah memang sanga membosankan Nisa, tetapi yang seperti ini dibutuhkan untuk transfer pengetahuan dan informasi. Jadi, mau tidak mau harus tetap dipakai.

      Memang yah ntu tadi muaaless bangets ebenernya, cuma butuh juga wat jaring trafik ke blog.. wwkwkwk

      Reply
  4. Aku pernah beberapa kali, nulisin cara menuju suatu tempat wisata di Jepang. Tapi jujur aku rasanya ga terlalu suka memang menulis tutorial mas. Pertama, aku sendiri tipe yg gampang disorientasi ttg arah, sering nyasar, ga kebayang kalo hrs bikin tutorial nemuin tempat :p. Laah aku aja nemuinya ngeraba2 hahahhaa.

    Kedua menulis ttg tutorial yg hrs gampang dipahami semua orang, bukan kerjaan mudah. Malah kurasa aku belum berhasil bikin tema ini, terbukti dr banyak juga yg masih nanya wkwkwkwkwk. Ntah mereka males baca, ATO mereka beneran ga ngerti

    Padahal Trakhir kali nulis tutorial, aku sampe pake foto. Supaya JD patokan orang nemuin arahnya. Memang LBH enak menulis tema lain daripada yg tutorial begini :D. Dulu aku belajar cara menulis tutorial menemukan arah tempat, dari blogger travel mba Vika, yg kalo nulis ttg ancer2 jalan, bisa detiiiiil. Salut sih. Sempet yaa motretin segala sudut, dan ancer2 utk kemudian ditulis lebih detil lagi di blognya.

    Reply
    • Saya juga ga suka Fan.. Cuma yang seperti ini bisa menarik trafik pengunjung karena banyak yang butuh. Dibandingkan cerita, informasi lebih banyak dicari. Jadi, biar tidak suka sekalipun, mau tidak mau saya harus tetap berusaha menuliskannya.

      Kalau soal masih banyak yang nanya, ya itu tadi. Masih banyak orang malas yang tidak mau membaca dan kadang bertanya walau sudah dituliskan. Jadi, lum tentu karena Fanny tidak bisa loh..

      Reply

Leave a Reply to Reyne Raea Cancel reply