Berkawan Dengan Iklas, Bisnis Mungkin Menyusul Kemudian

Selamat Pagi Kawan MM!

Tahu manfaat “gorengan” dan kopi? Iyah, betul makanan yang suka dijual di abang-abang pinggir jalan berupa tahu, tempe, risoles goreng yang digoreng dalam minyak yang sebenarnya tidak akan lolos uji ke-higienisan. Tahu kah kegunaannya, selain tentunya kekurangannya?

Yah, kalau menurut saya, dan sudah terbukti, gorengan itu memberikan hasil berupa “kawan” atau “teman”.

Tidak percaya?

Dua tahun yang lalu, sebelum negara Covid-19 menyerang dan menjajah, tahun 2019, bukti manfaat gorengan itu hadir. Dalam sebuah ajang tahunan di Bogor, Cap Go Meh Bogor, atau yang dikenal CGM Bogor Street Festival, gorengan menunjukkan kemampuannya.

Saat sedang nongkrong sambil menenteng kamera dan menanti momen untuk jadi sasaran jepretan kamera, tiba-tiba sekelompok anak muda, juga membawa kamera, menawarkan gorengan dan kopi yang mereka beli. Saya tolak karena kebetulan masih kenyang, yang jelas bukan karena takut sama makanan tidak sehat itu.

Tapi, saat itu, gorengan lah yang membuka percakapan saya dengan sesama penggelut fotografi. Anak-anak muda (karena jelas lebih muda dari saya) itu sama seperti saya, pemburu momen alias fotografer.

Penampilannya jauh dari keren. Semua sama seperti saya berantakan dan seenak udelnya saja kalau berpakaian. Tapi, kalau orang yang tahu mereka itu sebenarnya orang “kaya” semua. Hal itu terlihat dari kamera dan lensa yang dipergunakan. Harga lensanya saja (satu buah) melebihi harga sebuah VESPA versi terbaru gres (dan rata-rata mereka membawa beberapa).

Mereka memang bukan sekedar fotografer amatir, tetapi memang pro dan hidup dari memotret. Cuma kadang, penampilan menipu karena tampilan yang diperlihatkan lebih mendekati anak jalanan dibandingkan seorang pro. Sebagian bukan sekedar hobbyist, tetapi memang hidup di dunia itu.

Obrolan yang dibuka hal kecil, merembet panjang dan kami bicara banyak hal. Baru terhenti ketika acara dimulai dan kami berpencar, berburu momen sesuai selera masing-masing.

Itu 2 tahun yang lalu.

Badet Zarhaeni, si kuli foto dari Depok, pendiri @putarlensa

Setahun kemudian, 2020, masih sebelum si Covid menjajah, kami berjanji bertemu di ajang yang sama. Kali ini saya membawa si Kribo dan kamera saya serahkan kepada dia. Kemudian, saya jalan-jalan sendiri meninggalkan putra semata wayang saya itu dengan kumpulan anak-anak “jalanan” berkamera.

Saya ingin mengenalkan kepada si Kribo dunia kaum fotografer, yang sudah profesional. Ia butuh itu karena cita-citanya ingin menjadi fotografer profesional.

Pulangnya, terlihat si Kribo bercucuran keringat dan kelelahan, karena rupanya dia digojlok oleh “kawan-kawan” hasil dari gorengan tadi. Dia mendapatkan banyak pelajaran teknis dalam hal fotografi, termasuk tes mental selama acara.

Kami terbahak-bahak menertawakan si Kribo yang cuma bisa nyengir karena dikerjai bapaknya dan teman-temannya. Tapi, saya senang, ia punya senior-senior baru yang bisa memberikan banyak pengetahuan kepadanya.

Apalagi, salah seorang di antaranya, adalah jebolan Kantor Berita Antara. Dia memilih menjadi fotografer lepas. Belakangan, saya tahu ia sudah “akrab” dengan beberapa artis (dan memotret mereka tentunya), yang tampangnya sering terlihat di layar kaca.

Saat itu, si Kribo bilang, ia mendapatkan sekali banyak pelajaran dalam hal fotografi selama digojlok di jalanan tadi.

Sesuatu yang memang saya harapkan.

Tahun ini, 2021, tidak ada Cap Go Meh Bogor. Ada sih, cuma diadakan secara virtual dan daring, sesuatu yang menyebalkan bagi saya dan banyak kawan.

Tetapi, tidak berarti saya tidak bertemu Kawan fotografer itu. Ia menelpon saya seminggu yang lalu mengajak nyetrit (turun ke jalan), yang tidak bisa saya penuhi. Namun, hari Minggu kemarin ia minta izin datang ke rumah. Mau ngobrol, katanya.

Sejak pukul 10 pagi, kami mengobrol ngalor ngidul, sampai kemudian ia menceritakan alasan kedatangannya. Ia memiliki sebuah ide untuk membuat tim untuk menawarkan jasa pembuatan video kepada klien.

Konsepnya tidak umum dan menyasar kalangan kelas atas (karena nilai jasanya yang mahal). Hanya dia mengalami kesulitan karena untuk pembuatan video, ia tidak memiliki orang yang bisa membuatkan narasi dan skenario.

Ia teringat kepada saya dan menanyakan apakah saya bersedia bergabung dalam tim untuk mengolah ide tersebut. Sesuatu yang saya sambut dengan senang hati. Sebuah tantangan baru akan selalu menyenangkan buat saya.

Lama membahas hal itu sampai waktu dimana saya harus bertemu klien, si pemesan Santiago Online tiba.

Apakah saya menyuruhnya pulang?

Tidak.

Saya justru mengajaknya ikut bertemu klien tersebut. Bersama dengan si Yayang, kami mendatangi rumah si klien.

Dalam pertemuan, saya jelaskan kepada si klien, bahwa kawan yang saya bawa adalah seorang fotografer pro. Ia saya minta menceritakan artis siapa saja yang pernah menjadi modelnya. Kebetulan salah satunya adalah Hanna Kirana, pemeran Indah dalam Mega Sinetron Suara Hati Istri yang lagi ngehits. (Lihat akun Badet Zarhaeni)

Tahu reaksi si klien saya? Ternyata ia juga tertarik dengan pengembangan ide di bidang pemasaran menggunakan model atau artis. Ia tertarik dengan cerita Eiger dalam memanfaatkan tokoh dalam promosi produk mereka (yang disampaikan kawan saya itu).

Obrolan panjang berkembang dan saya meyakinkan klien saya bahwa foto bukanlah sebuah masalah. Saya punya backup yang mumpuni seandainya si Kribo sudah harus masuk kuliah. Saya punya banyak kawan profesional di bidang itu.

Meskipun saya bisa memotret juga, tetapi waktu saya akan habis kalau harus juga terjun mengambil foto. Saya harus fokus pada urusan teknis dan pembuatan website bukan mengurus fotonya.

Semua senang hari itu. Si klien senang, selain melihat hasil jadinya, juga karena ia melihat berbagai peluang lain untuk membesarkan bisnisnya. Kawan saya senang, karena ia punya satu calon klien untuk jasa fotografinya. Saya senang karena websitenya selain memuaskan klien, juga karena saya melihat ada banyak hal lain yang bisa ditawarkan di masa depan.

Belum langsung terlihat hasilnya hari itu, tetapi kami semua melihat potensi bisnis yang bisa memberi keuntungan materi di masa depan bagi masing-masing pihak.

Juga, si Kawan tadi berniat mengajak kawan yang lain bertemu saya untuk membuat website fotografi dan berbagai hal lain terkait dunia potret memotret ini.

Dan, semua itu dimulai dari 2 tahun lalu, oleh gorengan yang saya tidak makan.

Tidak dimulai dari niatan serius. Hanya dimulai dari rasa kebersamaan, sebagai pemegang kamera, sebagai sesama pemburu momen jalanan, yang nyemilnya bukan di kafe, tetapi di atas aspal jalanan. Tidak pernah terpikirkan suatu waktu hasilnya akan seperti ini.

Itulah yang saya mau katakan kepada Kawan MM. Carilah kawan sebanyak mungkin. Jangan batasi diri hanya dengan yang satu niche saja. Cari sebanyak mungkin. Dan, lakukan dengan tulus dan iklas.

Tidak pernah ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa datang.

Iya nggak?

10 thoughts on “Berkawan Dengan Iklas, Bisnis Mungkin Menyusul Kemudian”

  1. Betul banget kong….😊😊👍

    Jadi kepingin jeprat-jepret gw kong…Cuma terkadang waktunya nggak memadai…😢😢

    Pernah sempat beberapa hari kong jeprat-jepret tetapi kata yang ahli harus terus belajar banyak..😁😁😁

    Intinya karena kawan kita bisa punya bisnis…Dan karena bisnis pula kita juga bisa punya banyak kawan serta wawasan yang berbeda-beda.😊😊

    Reply
  2. Menurutku selain gorengan, kopi juga bisa jadi sarana untuk bisnis. Biasanya orang pada ngopi-ngopi di warung sambil ngobrol dan juga makan gorengan sih.

    Biasanya jika ada yang butuh sesuatu, misalnya orang nyari dagangan atau barang maka akan ditunjukkan kemana nyari yang murah atau pas harganya, apalagi kalo yang punya barang lagi ikutan ngopi, bisa langsung nego.

    Reply
    • Yup.. kopi atau apapun sebenarnya bisa dijadikan penghubung antar manusia. Benda-benda itu hanya “pemicu” saja.

      Bentul sekali bahwa warung kopi juga bisa jadi sarana bisnis karena pembicaraan sering bermulai dari pertemuan saat minum kopi. Jodoh juga begitu.

      Reply
  3. Apa yamg dilihat mata memang indah. Dan orang yang bisa mengabadikannya dengan jepretan kamera adalah orang yang pandai menangkap keindahan.

    Kadang hasil jepretan kamera hp saya tidak persis seperti yang nampak oleh mata saya. Pengennya saya cukup mengejapkan mata dan semuanya bisa tertangkap seperti yang saya harapkan.

    Reply
    • Hahahaha…wow… kata-katanya bagus sekali Nisa.. Pada dasarnya, kalau melihat definisi fotografi sebagai melukis dengan cahaya, bisa dipandang seperti yang Nisa tulis. Fotografer dalam artian sempit bisa dikata merupakan seniman yang melukis menggunakan medium cahaya.

      Butuh latihan Nisa untuk sinkronisasi mata dengan setting di kamera… Kupikir setiap orang pada dasarnya bisa melakukan itu, cuma apakah mereka berlatih atau tidak, itu pertanyaannya.

      Reply
  4. Bapaaakkk, tengkiu atas tulisan hangat ini.
    Ada banyaaaakkk banget hal-hal mendalam maupun yang baru saya petik di sini.

    Pertama, jangan menutup diri, terbuka dan berbaur dengan siapa saja dengan ikhlas.

    Mungkin saja saat ini hanya sekadar say hy, tapi di keesokan harinya, minggu depan, bulan depan atau tahun depan, who knows kan ya?

    Kedua, another life a man.
    Jujur, sejak jadian ama si pacar 20an tahun lalu, kami itu selalu bersama, baik saya maupun dia, udah jarang punya waktu sama teman.

    Setelah menikah, barulah tersadar, kalau semua itu juga nggak baik.
    Masing-masing butuh ruang untuk berkumpul dengan orang-orang baru maupun lama.
    Sekadar memupuk silaturahmi, atau memperluas pertemanan.
    Asalkan ke arah yang positif 🙂

    Reply
    • Jangan Rey.. hahahaha.. jangan menutup diri. Saya biar dikata ga sering kelayapan, kalau sudah di jalan, pulang bisa bawa 1-2 temen baru mah. Entah itu tukang parkir, tukang becak, atau siapapun yang saya temui…

      Saya sendiri jarang loh kongkow sama kawan-kawan, sekali dua saja. Pas pandemi mah malah ga sama sekali. Cuma saya ga akan menyia-nyiakan kalau kesempatan itu ada. Hahahaha

      Hayoo perbanyak teman

      Reply

Leave a Comment