Mengurangi Blogwalking Untuk Menjadi Blogwalker Yang Lebih Baik

Selamat Pagi Kawan MM!

Saya mau membuat pengakuan, secara resmi yah. Saya bukan seorang blogwalker (pejalan kaki antar blog) yang baik. Serius.

Meskipun banyak yang tidak menyadari karena komentar yang ditinggalkan masih bisa membuat rusuh secara “berkualitas” di banyak blog, tidak berarti saya membaca secara full tulisan tersebut. Saya sebenarnya sering melakukan scanning atau skimming saat membaca tulisan, yaitu teknik membaca “cepat” untuk menemukan inti-inti dari sebuah tulisan

Bisa disebut pola blogwalking (BW) selama ini 50:50, separuh dibaca secara keseluruhan, separuhnya lagi dibaca dengan memakai kedua teknik tersebut.

Namun, tahun ini saya ingin melakukan perbaikan diri sendiri untuk menjadi blogger yang lebih baik, dan salah satu di dalamnya tentunya adalah menjadi blogwalker yang lebih baik juga.

Bagaimanapun seorang blogger yang baik adalah ia yang juga bisa menjalin komunikasi yang baik dengan sesama blogger *menurut teori saya*.

Rencananya, yang sebenarnya sudah dilaksanakan sejak awal tahun ini, saya akan lebih berfokus pada perbaikan bersifat kualitatif (berkaitan dengan kualitas) dan bukan kuantitatif (berkaitan dengan jumlah)

Selama bertahun-tahun, fokus utama saya selalu jumlah, seperti jumlah produksi artikel perhari, jumlah produksi kata perhari, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan angka.

Hanya saja, pada akhir tahun lalu, dimana saya sempat cuti ngeblog, dan awal tahun 2021, saya banyak membaca tulisan-tulisan lama.

Selama itu, saya menemukan banyak sekali hal yang sebenarnya kurang berkenan bagi saya sendiri sebagai penulisnya. Pembaca mungkin tidak mempermasalahkan, tetapi hati saya bilang, “Seharusnya saya bisa lebih baik lagi!”

Contoh yang paling sederhana adalah kesalahan ketik yang banyak dibiarkan karena saya beranggapan hal itu tidak fatal, dan memang sebenarnya demikian lah adanya.

Begitu juga dalam hal BW dan berkomentar. Saya sempat beberapa kali (lebih dari 10 kali) membaca ulang “jejak” lama yang saya tinggalkan di beberapa blog kawan MM. Ternyata kesannya sama juga dengan berbagai tulisan lama, walau banyak yang merasa sudah “cukup” (menyebalkan, nyelekit, menampar), saya berpikir seharusnya saya bisa lebih baik lagi.

Setelah dipikir, masalahnya berasal dari kebiasaan scanning dan skimming tadi. Terkadang, saya hanya mengambil satu dua hal kecil saja dalam sebuah tulisan sebelum berkomentar (tidak semua yah), sering tidak membaca secara keseluruhan.

Keterbatasan waktu dan keserakahan untuk bisa mendapatkan terlalu banyak dalam waktu sesingkat-singkatnya adalah pangkal problem itu.

Hasilnya, ada lumayan banyak komentar yang terasa ngambang alias kurang greget (bagi saya yah, bagi orang lain mungkin sudah nyebelin banget).

Lagi-lagi, sebenarnya bukan masalah karena kalau diperhatikan, komentar saya masih terasa lebih “berisi” untuk dibaca dibandingkan banyak komentar blogger lain *sombongnya lagi kumat*.

Namun, rasanya kalau hal itu dilanjutkan, saya tidak akan maju-maju dan berkembang juga. Saya akan berkutat di situ situ terus dalam lingkaran yang sama.

Jadi, demi perbaikan itu, saya akan merubah sedikit cara saya berinteraksi dengan blogger lain lewat blog, alias merevisi cara blogwalking yang selama ini dilakukan.

Saya akan mengurangi jumlah blog yang ditargetkan untuk dikunjungi dalam sehari sampai 50%. Jumlahnya otomatis menyusut drastis dan tinggal separuh. Tetapi, dengan begitu saya akan punya waktu lebih banyak untuk membaca lebih lengkap sebuah tulisan dan saya bisa lebih mendapatkan gambaran utuh dari sebuah tulisan.

Harapannya, pada akhirnya, saya bisa berkomentar dengan lebih baik lagi.

Saya juga akan membypass, alias melewati blog yang tulisannya saya tidak mengerti. Jadi, kalau di laman beranda tulisannya sudah berisi tentang produk kosmetik, kemudian cara menyusui anak, secara otomatis saya akan membuka “tab” baru di browser.

Kemudian, saya akan membuka blog lain dan mencari yang “bisa” dibaca dan dikomentari. Tab tentang sesuatu yang saya tidak pahami tidak akan langsung ditutup karena saya tetap harus membantu rekan blogger itu. Setidaknya dengan tetap membuka tab tersebut dan mengklik beberapa laman, sang blogger akan tetap mendapat pageview dan tidak meninggikan bounce rate blognya.

Tapi, saya tidak akan membuang waktu untuk menjelajahi tulisan lama atau arsip untuk menemukan yang bisa dibaca. Tidak cocok, buka tab baru, cari yang lain.

Juga, saya sudah memiliki jadwal BW harian. Pada jadwal itu, target blog yang dikunjungi sudah ditentukan, tidak lagi serampangan dan melompat-lompat seperti kebiasaan sebelumnya. Dalam sehari ada waktu tertentu saya akan melakukan BW dan nama-nama blog mana saja yang akan saya datangi.

Dengan begitu, saya berharap waktu bisa dimanfaatkan secara efisien dan konsentrasi BW tidak ngelantur kesana kemari.

Konsekuensi dari semua ini jelas ada, salah satunya adalah saya tidak lagi bisa wara wiri dan sering berkomentar di blog-blog yang berada dalam circle (lingkaran) pertemanan saya. Frekuensi kunjungan akan berkurang, tetapi saya berharap pada akhirnya, komentar yang ditinggalkan bisa lebih baik lagi.

Berhasil kah sejauh ini? Masih belum, tetapi perkembangannya pasti sudah bisa dirasakan oleh banyak kawan, karena jumlah komentar saya memang berkurang di banyak blog. Saya masih berada dalam tahap adaptasi ke pola BW yang baru.

Semoga saja hal ini bisa mewujudkan keinginan saya untuk menjadi blogwalker yang lebih baik ke depannya.

Kalau tidak berhasil alias gagal ? Ya mikir lagi dong. Masa cuma diam saja melihat kegagalan. Cuma, mikirnya nanti saja kalau memang sudah terbukti gagal. Mikir sekarang namanya orang pesimis dan menurunkan semangat, iya nggak?

20 thoughts on “Mengurangi Blogwalking Untuk Menjadi Blogwalker Yang Lebih Baik”

  1. ah ga juga…

    biar kata komen bapak kadang terasa seperti ngomenin separuh atau sedikit hal dari suatu artikel, buatku pribadi ga ada masalah sih, hahahha

    panjang pendek komentar dari seorang Pak Anton itu bagaikan jackpot menurutku..:D

    tapi cincai ya pak ..cincai…santai..aku kalau komen di post bapak jangan dianggap beban dan berpikir bahwa aku minta dikunjungi balik ya…

    ga kok…

    biasa si Mbul mah orangnya emang suka absen ke MM pagi-pagi atau blog bapak lainnya..semata mata karena rutinitas harian yang menyenangkan tanpa keterpaksaan atau udang di balik bakwan…

    jadi macam anak sekolah yang absen ke kelas begicu…

    cuman ya kadang ninggalin jejak kadang ga…

    kalau pas ga ninggalin jejak biasanya kalau gurunya pas dalam keadaan galak #eh becanda…maksudnya pas materinya berat sehingga aku tak sanggup merangkai kata sebrilliant yang lain…takutnya malah wagu hahahhaha

    tapi keren juga si bapak, mawi menjelaskan segala dalam 1 postingan tersendiri di blog…keren…

    kalau aku mungkin ga sebaik bapak menjelaskan latar belakang ga berkunjung baliknya kenapa. Sebab perkara blogging ini maunya takbawa simple saja. Yang aku mau bewe ya aku bewe, yang ga ya ga. Sekiranya yang berkunjung ke blog aku pas aku intip materinya ternyata aku ga cun in…ya udah aku diem-diem bae ga pake penjelasan kenapa aku ga bewe balik dsb…Intinya blogwalking inginku adalah sesuatu hal yang menyenangkan.. bukan suatu hal yang penuh keterpaksaan, bukan seperti halnya kayak orang dikejar-kejar atau pun balas budi semata…..:D

    Reply
    • Memang mukaku kayak mesin jackpot yah.. waaahh enak men aku tinggal muter dikit nanti keluar duitnya wakakakakaka

      Kan sekalian bisa ngisi blog Mbul. Kalau disimpen ajah tidak tersampaikan dan malah ga berguna, kalau dituliskan, minimal blog MM keisi satu tulisan lagi.. terus siapa tahu ada yang bisa menggunakannya..

      Betul banget ituh.. tidak boleh ada unsur keterpaksaan karena malah menghilangkan unsur fun.

      Kayak aku seneng baca komentarmu kan karena kamu melakukannya dengan senang hati.. hahaha.. always nice to see you here Mbul…

      Reply
      • Kok yg ada di kepala aku pas baca postingan Pak Anton ini persis sama kaya Mba Nita yaa πŸ˜†πŸ˜ Lumayan jd ga perlu ketik panjang2 tinggal bilang setuju. Hahaha..
        Intinya buat aku, ingin blog walking itu selalu fun. Ada yg aku selalu komen bukan krn materinya, tp krna udah merasa cocok saling sapa dg empunya blog. Ada jg yg murni krna isi blognya yg aku suka. Jd walau dia ga bw balik pun aku sering mampir n komen krna suka bahasannya. Masalah kualitas komen, aku ga pernh memikirkan sedetail Pak Anton πŸ˜† hehehe.. Apalagi sampe ngenarget BW, baik dr jumlah maupun kualitas komen. Memang beda ya klo pemikiran blogger senior kaya Pak Anton gini πŸ˜†πŸ˜

      • Thessa, Iyah saya juga memang bertujuan membuat blogwalking yang “FUN”. Serius.

        Nah, itu bagian terakhir komentar sudah menjelaskannya. Cara “fun” nya berbeda sekali. Saya merasa “fun” kalau selalu ada tantangan di depan. Sejak dulu begitu. Belakangan malah kalau tidak ada yang seperti itu malah saya ngerasa males banget dan tidak bersemangat.

        Fun buat saya adalah kalau saya bisa menyelesaikan sebuah masalah yang terkadang saya buat sendiri. Makanya seperti dibuat ribet karena pada dasarnya saya sedang mencari “fun”.

        Kupikir di sana bedanya. Bagi Thessa dan Mbul mungkin fun adalah bisa berhahaha-hihihi, menikmati tulisan, dan kemudian berinteraksi. Nah, bagi saya, ditambah lagi, kalau blogwalkingnya bisa meningkatkan kualitas diri sendiri…

        Makanya kan tulisannya adalah tentang diri sendiri, tidak berlaku umum karena saya pikir blogwalking pun bisa diperbaiki dan tentunya diberikan tantangan, yang membuat saya merasa lebih bersemangat mengerjakannya.

        Bagi banyak orang mungkin mengada-ngada dan cari masalah, tetapi, saya menyukainya karena jadi lebih bersemangat. Tidak bedalah kalau kita melihat seorang pemanjat tebing.. wkwkwkw.. ngapain juga tebing-tebing itu dipanjatin dan di atas nda menemukan apa-apa, tetapi disana ada fun, tantangan, dan kegembiraan.

        Hahaha.. memang orang tua itu sering ribet Thessa, jadi mohon dimaklum.. wakakaka

    • Sama seperti kak Thessa, aku padamu kak Nita. Ha ha ha.

      Meski tidak bisa dibilang berbobot, saya tetap membatasi diri pada hal yang tidak menarik untuk saya respon. Apalagi kalo responnya bisa beratensi negatif. Bisa merugikan dua pihak.

      Sejauh ini, saya melakukan blogwalking dengan have fun. Saya dapat insight baru, saya juga bisa kasih perspektif lain

      Reply
      • Hahaha.. saya juga fun mas. Sumpeh. Mungkin cara bersenangnya saja yang berbeda.Semua tantangan dan kesulitan yang saya hadapi itu “fun” dan membuat bersemangat sekali. Justru sebaliknya, sekedar chit chat dan menyapa tidak jelas adem ayem, membuat saya melempem. Tidak merasa berbahagia.

        Rugi atau tidak? sesuatu yang juga relatif dan bisa dilihat dari berbagai perspektif. Bukan hanya satu saja

  2. Hahahha… saya nih suka skimming. trus komen. post.

    habis itu baca ulang postnya lebih teliti. lha kok ada materi yang ketinggalan nggak dikomen padahal tadi kebaca dan kepikiran. HAHAHAH….

    ngepost lagi, atau nunggu direply trus komen lanjutannya. kadang-kadang begitu.

    Sekarang BW nggak selalu tiap hari sih. sesuai keperluan aja. Dan tergantung ketertarikan saya juga terhadap artikel tersebut. Tidak memaksakan diri soalnya masih berusaha menambah kuantitas dan kualitas tulisan 😁

    Tapi tanpa sadar, dengan pikiran ini, saya malah blogwalking lebih banyak dari yang sebelum-sebelumnya. kenapa yahhh…

    Semoga rencana peningkatan kualitas blogwalkingnya sukses, mas Anton. Jangan lupa quarter review 🀣🀣

    Reply
    • Wkwkwkwkw.. sama banget dah… saya juga begitu dan belakangan saya pikir ga bagus banget sebenarnya.

      Saya sebenarnya juga lagi berusaha menyeimbangkan antara kuantitas dan kualitas. Mau menarik mundur dulu dan memperbaiki kualitas, sebelum kemudian ngebut lagi .. wakakakaka

      Aaamiin makasih doanya.. hihi kalau ingat dibuat reviewnya deh.. mayan jadi satu tulisan.. wkwkwkw.. tapi nggak janji πŸ˜›

      Reply
  3. Don’t worry, Kak Anton. Ku mengerti~ 😁
    Memang harus ada yang dikorbankan kalau sedang proses adaptasi begini kan wkwkwk, kan kita tak bisa menyenangkan hati semua orang *eaaak *hoekk *gaya beut

    Akupun belakangan ini mulai membatasi BW, dipecah-pecah jadi maksimal 5 blog per sesi agar lebih leluasa baca tulisannya (seperti cara Kak Fanny) nggak hanya skimming, lalu menerapkan juga open new tab dan nggak maksa ninggalin komentar kalau emang nggak relate sama tulisannya. Hasil belajar dari Pak Guru Anton nih beberapa ilmunya 🀭. Semangat beradaptasi dengan habit barunya, Kak! Hahaha

    Reply
    • Si Prikitiew nyekokin apa nih si Peri Kecil Badung bisa bijak kayak gini.. hahahahaha

      Iyah, kupikir caranya bakalan sama jadi ada schedule khusus dan ga serampangan.. haha.. si Ronin kayaknya sudah semakin civilized.. hahah belajar beradab…

      Aku bukan pak Guru, aku mbahmu.. πŸ˜›

      Reply
  4. Iyaaaa, betoool πŸ˜‚

    Coba dulu, kalau gagal, baru pikirkan cara baru dan coba lagi, begitu terus sampai berhasil. Bakal lebih seru kalau di-review sama mas Anton, cara yang ini berhasil, cara yang itu gagal, jadi saya as pembaca bisa ikutan belajar dari pengalaman mas huehehehehe πŸ™ˆ

    By the way, saya masih bingung caranya teknik skimming, mas. Berarti baca bawahnya doang, apa tengahnya doang? Itu bagaimana bisa tau topiknya? Hahahaha. Selama ini saya kalau baca dari awal sampai habis, tapi karena blog yang saya baca nggak banyak, jadi waktunya masih cukup meski sehari hanya blogwalk ke beberapa blog saja 😁

    Well, apapun cara yang mas lakukan, saya akan dukung yang penting mas bisa merasa puas dengan pilihan mas. Saya nggak masalah jika mas jarang berkunjung ke blog saya, toh kita bisa saling tukar sapa di kolom komentar MM dan saya tetap bisa cang cing cong di sini hahaha. So, semangat mas, semoga cara baru berjalan lancar πŸ₯³πŸŽ‰

    Reply
    • ahahaha.. ntar kalau sudah jalan saya coba buat perbandingan dan penilaian terhadap diri sendiri deh.. wakakaka.. mayan jadi satu tulisan..

      Kalau skimming sebenarnya tidak beda jauh dengan scanning, cuma kalau saya biasanya tidak semua kalimat saya baca. Misalkan paragraf ke 1, saya baca intinya, biasanya kalimat pertama, kemudian paragraf kedua begitu dan seterusnya. Jadi, seperti berselancar di permukaannya untuk mencari inti tulisan. Bayangin aja kalau melempar batu ke permukaan air dan batunya meloncat loncat di permukaan air… kira-kira begitulah skimming.

      Hahahaha.. berkurang ya, tetapi tetap ada blog-blog kawan yang rutin saya datangi dan baca.. daftarnya lumayan panjang juga ternyata.. wakakaka.. cuma berkomentarnya saja yang akan diperbaiki dan disesuaikan dengan waktu yang ada biar efisien.

      Hahahaha.. aamiin makasih ya Eno

      Reply
  5. Pertanyaan pertama yang ingin kuajukan adalah seperti apakah hal yang lebih baik daripada menyebalkan?
    kan tadi pak Anton bilang komen-komen pak Anton ke blog lain itu cukup (menyebalkan, nyelekit) tapi setelah itu, pak Anton bilang ingin lebih baik daripada itu..

    yang kutangkap adalah, pak Anton inginnya lebih nyelekit lagi kalo ngasih komen, hahahaha…

    tapi gpp deh, aku percaya kalo komen-komen pak Anton mah selalu ada isinya, selalu ada yang bisa diambil, yang penting, ga panas duluan, haaa…

    Kalo aku, list blogwalkingnya ga banyak juga, jadi masih bisa kubaca semua sampe tamat dan ninggalin komen yang yaaa… mayan nyambung lah ya, ga cuma ninggalin link blog sendiri doang, haha

    Tapi aku juga suka ada aja nge-skip tulisan orang kalo:
    1. dua paragraf pertamanya ga bikin aku pengen lanjut
    2. paragrafnya terlalu gemuk, padat, dan tebal secara huruf, biasanya suka nyerah duluan, cape duluan sebelum baca, haha.. maaf yaa buat yg suka nulis dgn paragraf yg gemuk πŸ˜€
    Aku lebih mudah baca tulisan yg kayak pak Anton atau phebie yg per paragrafnya dibuat pendek-pendek, tapi ga menutup kemungkinan tulisan yg paragraf tebel juga bisa tamat, kayak creameno atau Lia, kenapa ya?

    aduh maaf pak Anton aku komennya kebanyakan dan ngelantur ya?haha.. ini semua biar aku bisa jadi blogwalker yang lebih baik juga, karena kalo soal komen mah, aku rada jago, hahaha…

    Reply
    • Balik nanya ah.. hahahaha menurut Ady yang lebih baik dari menyebalkan apa? Saya akan menyesuaikan.. wakaka.. Kalau Ady bilang lebih baik itu berarti lebih menyebalkan, boleh juga tuh.. wakakakaka saya juga bisa kok..

      Yang pinter yang bacanya Dy, bisa mengambil sesuatu dari tulisan yang diberikan. Yang senang penulisnya karena dianya yang dipuji atas hasil kepandaian orang lain.. wakakakaka…

      Kok agak mirip sih, saya juga kadang menentukan terus baca seratus persen atau scanning dan skimming pada paragraf paragraf awal.. Kalau disitunya saja sudah tidak menarik, isinya sih biasanya juga begitu.

      Ada “ikatan batin” Dy makanya kamu nyaman.. wakakaka… maksudnya, mereka bikin kamu nyaman.. makanya biar paragraf tebel bin gemuk, ya tetap dibaca.

      Iyah, saya juga. Saya kadang puyeng baca yang gemuk-gemuk, makanya pas nulis, saya berusaha untuk menghindarkan yang seperti itu.

      Bebas Dy, mau komentar sepanjang apapun di sini mah silakan saja.. yang punya blog malah kesenengan kalau begitu.. πŸ˜›

      Reply
  6. Hah.. perdilemaan blog udah mirip kisah sinetronnya Primus ama Desy. Kenapa so ruwet?

    Nggak sih sebenernya nggak ruwet. Wong akhirnya Mas Anton mulai bergerak setelah menemukan solusinya.

    Aku yo ngono mas..
    Kalau dari keseluruhan cerita I dunno sih, faktor pas Mas Anton bilang lebih mikirin kuantitas. Apakah internal atau eksternal?
    Cuman kalau di aku jatohnya faktor eksternal. Ngeliat blogger lain yang bisa gitu komentarnya di mana-mana. Wadidaw!! Kok suakti men?
    Aku aja kalau di kantor lagi ada kerjaan seabrek, energiku udah abis buat jalan-jalan ke blog orang. Wong update blog dewe ae untung-untungan!

    Walaupun beberapa waktu lalu sempat sesumbar pingin kayak Mas Anton, memperbaiki blogwalking ku. Aku mundur dari perhelatan ini. Udah ah.. aku bakal main ke orang-orang yang tulisannya nyambung sama aku. Karena pas komen nggak bisa bohong mas, feel nya itu loh ngalir kalau kita juga tertarik sama tulisannya si empunya.

    Reply
    • Kenapa so ruwet? Yah karena dibuat menjadi ruwet dan dijadikan dilema.. Iya nggak? Masalah ini sebenarnya tidak ruwet, tetapi penulisnya saja yang mau sok pinter jadi dibikin ruwet.. wkwkwkwkwkw biar keliatan penting gitcchuuu

      Internal atau eksternal, saya nda mikirin eksternal karena sesuatu yang eksternal sulit sekali dikontrol Pit. Meski BW yang dilakukan berada di luar blog sendiri, perbaikannya dilakukan di sisi internal. Misalkan memperbaiki banyak typo atau kalimat nda nyambung saat berkomentar. Komentar tidak selaras dengan tulisan. Semua terkait masalah internal saya.

      Eksternal susah dikontrol kalau ga mau disebut berada di luar kontrol saya. Tujuannya, saya bisa menjadi lebih baik saat berinteraksi dengan kawan.

      Agak berbeda dengan sebelumnya dimana saya mementingkan jumlah blog yang saya datangi dan komentari (ada targetnya loh setiap hari). Jadi, kadang saya bisa komentar 20-30 kali dalam sehari di berbagai blog.

      Kalau saya pikir, jangan meniru Pit tanpa modifikasi. Kelihatannya enak, tetapi belum tentu cocok dengan Pipit. Saya sih tidak menyarankan cara saya ditiru, apalagi tanpa modifikasi karena saya sadar banget cara yang saya lakukan menyesuaikan dengan karakter diri sendiri, dan pastinya lum tentu cocok kalau dipakai orang.

      Kupikir kan juga tujuannya berbeda satu dengan yang lain. Tujuanmu dan tujuanku jelas beda dan kalau sistemku dipaksakan, hampir pasti nda akan sesuai.

      Emang bener sih feelnya akan ngalir kalau tertarik. Nda salah. Cuma, aku melihat sisi lain, bahwa ketertarikan itu bisa dikondisikan dan tidak sekedar menunggu “wangsit”. Bisa dibangun.. Hahaha Iya nggak sih

      Reply
  7. Scanning dan skimming itu biasanya aku lakuin kalo membaca tulisan sponsor yg buanyaaaak banget ditulis hahahahaha. Sampe hapal isinya. Kalo udah yg begitu, Yo wislaah, ga usah dibaca semua, Krn inti ceritanya sama :D. Sbnrnya malah enak, Krn aku menghemat waktu :). Tinggal bikin komen yg masih berkaitan Ama isinya aja.

    Tapi kalo blog yg organic, aku msh baca secara full, kecualiiii ga ngerti blaaas :D. Cuma aku belajar dr cara mas Anton, ga lgs tutup. Setidaknya buka dulu 2-3 tulisan, supaya nyumbangin pageview :D.

    Reply
    • Wahh.. Fanny masih baik, saya sih terus terang kalau yang artikel sponsor, males baca banget dah.. Hahahaha… biasanya saya lewat.

      Nah, biasanya kalau yang organik, kalau ga relate, saya pake scanning dan skimming. Jadi, paling ga ngerti dikit aja. Kalau menarik barulah saya baca full..

      Reply
  8. Keren Pak, ada waktu khusus untuk BW. Saya selama ini BW kalau ada artikel yg membuat saya tertarik saja, itupun biasanya saya melihat promosi artikel tsb di sosial media yg punya blog. Jadi kalau kebetulan saya buka sosmed, dan artikelnya kebetulan juga lewat di beranda saya. Ckckck. Sepertinya harus meluangkan waktu khusus juga seperti Pak Anton 😁

    Reply
    • Bukan keren.. memang kudu diadain sih kalau nggak saya nggak disiplin. Bisa seharian maen dan kelayapan di dunia blog hahaha dan mengabaikan yang lain. Makanya kalau ada waktu khusus kan ada jadwal tetap, kapan harus BW kapan harus nulis dan seterusnya..

      Menurut saya sih bermanfaat buat menjadi disiplin juga wkwkwkw

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply