Seberapa Kutu Buku Saya? Jenis Buku Yang Pernah Saya Baca

Selamat Malam Kawan MM!

Terus terang saya sedang merasa senang sekali sore ini. Artikel berjudul “Belajar Mencintai Buku Lagi, Bisakah Cinta Itu Kembali?” Ternyata lumayan memberikan banyak respon menarik dari kawan-kawan.

Salah satunya dari Mbak Thessalivia, empunya My Wonderful Book Live dan pengarang buku Nikah Muda, yang mengatakan sebuah kemungkinan, bahwa saya belum “menemukan buku yang tepat”. Ia mengutip dari Jk Rowling, pengarang Harry Potter yang mengatakan

If you don’t like to read, you haven’t found the right book

Perkataannya membuat saya berpikir, selain beberapa komentar lain. Benarkah? Secara teori, saya akan mengiyakan kutipan tersebut, tetapi kalau melihat perjalanan saya sebagai seorang kutu buku, dan menjurus maniak buku, saya punya sedikit keraguan.

Apakah kata mutiara si JK Rowling pas untuk saya? Pertanyaan itu cukup membuat saya berpikir.

Jadilah, saya membuat daftar jenis-jenis buku dan bahan bacaan lain yang dulu saya pernah baca, genre/jenisnya. Tujuannya untuk melihat kira-kira genre atau jenis bacaan apa yang kemungkinan belum tereksplorasi dan berpotensi menarik.

Hasilnya ternyata lumayan panjang juga dan saya sendiri agak kaget, pantas saja si Yayang dulu khawatir kalau fokus saya hanya pada membaca buku saja.

Ini daftarnya.

  • majalah : Bobo, Donal Bebek, Kawanku, Si Kuncung, HAI, Anita, Kartini, Tempo, Gatra, Jakarta Jakarta, Intisari, Chips, TSM (Teknologi dan Strategi Militer) – sudah tidak terbit
  • Cerita silat : Kho Ping Hoo, Api di Bukit Menoreh, dan banyak serial silat di masa lalu (sejenis Khoo Ping Hoo, tetapi beda pengarang)
  • Koran : Jayakarta, Media Indonesia, Kompas, Pos Kota, Radar Bogor
  • Buku remaja : Trio detektif, Lima Sekawan, Mallory Towers, (lupa beberapa nama lagi tapi sejenis dengan Lima Sekawan)
  • Komik : dari yang jadul seperti Gundala/Godam, sampai Superman dan Asterix, Manga (di rumah ibu masih ada ratusan manga, dari Kungfu Boy, Salad Days, Master Keaton). Karya-karya komikus seperti Jan Mintareja (koreksi yah kalau ada salah eja namanya)
  • Serial detektif : karya-karya Agatha Christie, Sir Arthur Conan Doyle, dan beberapa nama lagi
  • Buku fiksi : karya John Grisham dan pengarang dari Barat lainnya (harus lihat deretan buku di rumah ibu dulu)
  • Romansa/Percintaan : dalam dan luar negeri
  • Sastra : Oemar Kayam, YB Mangunwijaya, Abdullah Harahap, dan banyak lagi
  • Sejarah : daftarnya panjang dan harus melihat deretan buku di rumah ibu dulu baru bisa ditulis, sebagian diantaranya terbitan tahun 1900-1910 hasil buruan di Pasar Senen
  • Politik : dari mulai Marxisme, Sosialisme, Demokrasi, dan seterusnya
  • Biografi : personal atau institusi, seperti kisah Chrysler, McDonald, Che Guevarra, Tan Malaka, dan banyak lagi
  • Strategi : baik militer atau bisnis
  • Manajemen : seperti yang sedang saya baca sekarang, Peter F Drucker
  • Filosofi/Pemikiran : buku-buku seperti Sun Tzu, Konfusius, Pramoedya Anana Toer dan entah siapa
  • Tanam menanam : mengingat saya dulu pernah menjadi pedagang tanaman hias, jadi kudu belajar juga terutama tentang tanaman hias
  • Marketing : maklum kerjaan sebagai marketing
  • Buku pintar : seperti Pustaka Alam, Buku Pintar (ada 3 versi di rumah ibu, dimana saya dulu besar)
  • Teknologi : selama tidak terlalu teknis
  • Buku agama : mulai dari cara sholat yang benar sampai pemikiran terkait Fiqh, Sufi, dan sejenisnya
  • Komputer dan perkembangannya, termasuk beberapa buku bahasa pemrograman
  • Sosial Budaya & Kemasyarakatan : hal-hal terkait budaya, masyarakat, dan masalah sosial
  • Buku-buku tak jelas yang saya beli dari tukang loak (biasanya novel dari pengarang yang tidak begitu terkenal dari bersampul kardus bekas)

Penggolongannya berdasarkan suka-suka saya yah , tidak menuruti pada teori tertentu. Saya menggolongkannya berdasarkan penilaian terhadap isinya.

Bahasa buku-buku itu ada dua, bahasa Indonesia dan bahasa Inggris.

Daftar ini belum terkonfirmasi karena hanya berdasarkan ingatan dari semua buku dan bahan bacaan lain yang pernah menjadi pengisi hari-hari saya.

Seberapa cepat saya membaca? Kalau ada yang pernah baca karya Asmaraman Kho Ping Hoo, tentu ingat ukuran bukunya yang kecil/buku saku dan memiliki halaman rata-rata 60/buku, serta rata-rata terdiri dari 30-50 buku satu seri.

Nah, untuk satu seri dengan 30-35 buku, saya bisa menghabiskannya dalam 2 hari saja. Buku karya John Grisham, 350-500 halaman, satu malam saja.

Berapa target buku per-bulan? Tidak ada target, tetapi berdasarkan ketersediaan buku saja. Tidak perlu challenge, karena saya dulu tidak perlu dipaksa untuk membaca buku. Kalau stok buku di rumah habis, saya pergi ke perpustakaan untuk membaca dan meminjam.

Apakah saya membaca semua buku sampai selesai? YA. Pantang membuka buku baru kalau buku yang dibaca belum selesai. Pantang membeli buku baru, kalau yang ada belum selesai dibaca semua. Kecuali yang sekarang dibeli si Kribo karena itu bukan koleksi saya (dan saya sudah kehilangan cinta buku)

Daftar di atas, tidak termasuk buku-buku di perpustakaan, taman bacaan, karena saya tidak ingat catatannya. Tidak termasuk buku pelajaran yang sebenarnya justru banyak tidak dibaca dan ujungnya pernah membuat rangking saya nyusruk sampai peringkat 44 dari 48 murid di kelas I SMA.

Daftar “kejahatan” saya yang paling sering (beberapa kali) adalah bolos sekolah dan ngendon di taman bacaan/tempat peminjaman buku untuk membaca komik.

Yap, saya memang kutu buku. Itulah salah satu alasan mengapa kacamata saya minus 7 1/2, plus 2 1/2-3, silinder 2 1/2. Semua jenis bacaan, mau teoretis atau cerpen sekalipun, tetap saya baca.

Saya tidak memilih genre dan memilih membaca semuanya. Pernah saya mengatakan koran bekas bungkus ikan asin sekalipun saya baca, asal ada tulisannya, mungkin dianggap hiperbola , tetapi memang itulah saya.. Apapun dibaca. Dulu. Bahkan banyak buku yang dibaca 2-3 kali.

Semua itu adalah alasan kenapa si Yayang pernah bilang, waktu pacaran, ia khawatir bahwa setelah menikah , saya tetap akan kecanduan buku dan tidak fokus pada keperluan keluarga. Yang untungnya ternyata tidak terbukti.

Dan, saat mencoba mengembalikan minat membaca saya, bahan bacaan yang sudah coba dibaca mulai dari komik dan berbagai jenis buku yang ada. Semuanya masih mentok karena saya kerap tidak bisa membaca sampai selesai (biasanya mentok di bab 1). Hanya majalan yang masih terasa menyenangkan dibaca.

Apakah karena semua sudah pernah dibaca, jadi terasa tidak perlu dibaca lagi? Mungkin, dan saya memang berniat mempraktekkan apa yang disarankan Thessa, memilih satu buku yang tidak ada di koleksi, yang mungkin bisa menarik kembali minat saya.

Meskipun demikian, sulit untuk menghindarkan keraguan di hati, bahwa masalahnya bukanlah “buku”nya. Masalahnya terletak jauh lebih dalam, di hati dan pikiran saya. Pola pandang saya banyak berubah banyak.

Itulah mengapa saya mengambil langkah untuk “memaksakan diri membaca”. Karena percuma saja membeli buku, kalau hatinya masih “tertutup”. Dengan sedikit memaksakan diri membaca buku, saya mencoba membangun rutinitas, seperti saya membiasakan diri menulis.

Harapannya, setidaknya ada “setitik cinta” yang kembali *tsah*

Berat, tapi, saya yakin pasti ada hasilnya. Hanya, seberapa besar hasilnya, itu yang masih belum bisa diketahui.

Hanya saja sekarang, si kutu buku seperti disebutkan di atas sudah tidak ada lagi. Karena selain mungkin sudah kehilangan cinta, ia mungkin sudah berubah menjadi kutu internet atau kutu blog.

Bisa jadi kan?

24 thoughts on “Seberapa Kutu Buku Saya? Jenis Buku Yang Pernah Saya Baca”

  1. Sepertinya Mas Anton bisa mencoba seperti suami saya Mas, sekarang dia sudah mulai membaca Ko Ping Ho lagi (tapi di internet) 😂 dan meskipun dia gak kutu buku, tapi kebiasaan membaca buku itulah yang awalnya bikin matanya minus.

    Beberapa tahun lalu matanya udah minus 9 1/2, entah udah nambah berapa lagi sekarang. (Bukan hobi saja yang bikin istri khawatir sebenernya, tapi kalo mata suaminya makin parah, siapa lagi nantinya yang akhirnya paling di repotin) 😂😅

    Reply
  2. Nggak heran kalau Kak Anton dulu dijuluki Kutu Buku, benar-benar semua genre dilahap habis, bahkan dalam durasi yang singkat 😱. Aku mah apa atuh 🤣 belum sanggup untuk benar-benar bisa melahap semua genre 🤣. Apalagi buku bisnis, marketing, ekonomi gitu, masih belum sampai ke sanaaa. Yang ada kalau baca buku jenis itu, jadi ngantuk 🤣

    Nggak apa jika sekarang telah bertransformasi menjadi kutu internet atau kutu blog, asal nggak jadi kutu rambut atau kutu beras aja soalnya kutu jenis itu ngeselinnnn 🤧. Eh tapi Kak Anton kadang juga ngeselin sih 🤪🤸🏻‍♀️ #kabursambilsalto

    Reply
  3. Aku blm lama ini ngikutin blog Pak Anton. Dari bahasanya keliatan bgd ini tipe orang yg suka membaca, tipe orang yg melahap banyak bacaan. Saat Pak Anton bilang pembicaraan tntng buku ga menari minat Pak Anton secara pribadi, aku jd mikir ‘eh, masa sih orang ini ga suka baca, keliatannya kok ga gitu ya..’
    Dan ternyataaaa, bener dong Pak Anton udah melahap banyak buku dr segala genre. Bahkan sampe bolos sekolah buat baca buku 😂😂😂 Trus aku amaze liat list bacaanny, dr fiksi sampe non fiksi. Bahkan komik2 juga ada Salad days, aku kira Pak Anton ga suka yg romantis2 gt. Hehehe.. Klo buku John Grisham, itu ngingetin aku ke bapak mertua yg suka bgd jga baca bukunya. Bacaan yg lain banyak mirip2 kita kaya Trio Detektif, 5 sekawan, Agatha Christie, Bobo, dll

    Aku cuma berharap Pak Anton akan kembali menemukan kesenangan dlm membaca dan menemukan buku yg tepat. 😊😊 Jangan lupa share di sini klo udah menemukan bukunya Pak Anton. Hehehe..

    Reply
    • Saya sudah cukup lama baca tulisan Thessa, cuma nggak komentar. Salah satu alasan kenapa saya mencoba untuk kembali menyukai buka, ya karena blognya Thessa. Hahahaha.. banyak baca, cuma nggak bisa merasa relate, padahal tahu tulisanmu bagus, cuma gimana gitu… Hahahahaha

      Kalau daftar Manga diperpanjang, Thessa pasti ketawa dan kesan ronin saya bisa menghilang dan jadi girly. Soalnya di dalamnya ada Sailor Moon, Topeng Kaca, terus kisah-kisah perjuangan penari balet (lupa serinya). Buku romans karya Danielle Steele pun termasuk bacaan saya. Hahahaha.. tidak ditulis karena bisa merubah image blog ini. Wkwkwkwkw

      Iyah, saya memang kutu buku dulunya. Makanya agak bingung kenapa bisa tidak relate dengan pembahasan soal buku. Itu juga kenapa saya sebut kehilangan “cinta” dan cerai. Bukan karena tidak suka buku, tapi seperti kehilangan rasa/minat.

      Siaap.. pasti.. Kalau buku itu ketemu, nanti saya ceritakan lagi di sini. Ini kebetulan saya juga lagi ngobrak abrik koleksi si Kribo…

      Reply
  4. Nggak heran minus plusnya mencapai angka sekian ya, Mas Anton. Bacaannya ternyata lintas genre, hampir semua jenis dilahap! Dan tiba-tiba keingat papa saya yang sejak muda juga suka baca buku, sekarang bacaannya beralih ke kompasdotcom dan beragam artikel Facebook, mama saya suka ngoceh kalau papa udah kelamaan liat hape wkwkwk 😆

    Btw, Kribo lumayan suka membaca juga ya, Mas? Ketularan bapaknya atau memang menemukan kesenangannya sendiri?

    Reply
    • Iya Jane.. hahaha.. memang mata minus segede gitu yah salah satunya karena hobi baca buku. Tambah lagi kadang ngeyel suka baca sambil tiduran.. hikkss.. lengkap sudah.

      O ya.. nah, sama juga kok sama si Yayang.. Dia juga dulu kadang ngoceh liat saya baca bisa berjam jam.

      Kribo hobi juga baca buku. Dia punya koleksi buku sendiri dan genrenya beda dengan saya. Cuma tidak separah saya karena dia sudah punya internet dan gadget (dulu saya belum punya.. wkwkwkw)

      Reply
  5. Astagaaaaahhhh astagaaahhh astagaaaahhhh

    *melipir dulu di sudut ah.

    Ya ampun Bapaaakkk, memang kutu buku beneran dah, untung nggak bikin buku jadi kutuan hahahahhaa.

    Bapaakk, saya lupa dong, buku-buku apa aja yang udah saya baca, padahal ya saya masih lebih muda (MUDA bapak, wakakakakka) dibanding Pak Anton, hiks kupikun.

    Yang Kho Ping Hoo itu kayaknya pernah tapi nggak banyak, seringnya saya pendekar dalam negeri, ya ampuunnn lupaaaa, pendekar apa sih, itu ber serial-serial dong, sering banget pak Dokter tetangga kami minjam, dan dia balik hati pinjemin ke saya.

    sama Wiro Sableng Bapak.
    Duhh itu buanyaaaakk banget dulu saya baca.

    Sama novel dewasa sih, wakakakak.

    Tapi, yang paling membekas dan paling saya suka tuh jenis Roman ya namanya.
    Sitti Nurbaya, Salah Pilih, Salah Asuhan, apalagi ya?
    Saya suka banget, soalnya bukunya tebal.
    Saking cepatnya saya baca, benci banget rasanya baca novel tipis.
    Dan bahagia sekali kalau ada novel tebal.

    Tapi karena semua hasil pinjaman, jadinya saya nggak ingat lagi apa-apa aja bacaan saya dulu 😀

    Reply
    • Nape Rey..astaga astaga.. hahaha kayaknya bukunya jadi kutuan sih cuma dia ga lapor sama saya..Iya tau muda, ga usah digedein dah, udah tau.. wakakaka pikunnya ajah yang digedein, dibold dan underline.. wkwkwkwk

      Kalo kamu kayaknya banyak baca novel dewasa yah.. hahaha atau Enny Arrow?

      Rey baca juga itu Siti Nurbaya dan sebagainya? Keren. Itu buku bagus Rey karena mencerminkan perkembangan sosial masyarakat di satu masa.

      Bener, saya juga males baca buku tipis. Nanggung rasanya… hahaha.. enakan buku tebel. Puas rasanya ga rugi.

      Kalau duit inget dong? Sama kalau gitu.. hahaha saya juga sudah banyak yang lupa Rey. Ini juga karena kemaren saya menyediakan waktu untuk coba mengingat apa saja sih yang sudah saya baca. Ternyata banyak juga

      Reply
  6. Kalau aku ngerasanya, Mas Anton memang sudah tiada rasa (wait, berasa kek nyanyi). Aku mah maklum, wong kita makhluk dinamis, pasti ada satu waktu yang membuat diri kita berubah.

    Pas kapan hari denger podcast yang ngebahas kalau belajar itu nggak melulu baca, bisa dari visual, auditory, dan kinesthetic. Kali aja cara belajar Mas Anton berubah entah ke visual mungkin, soalnya tadi sempet nyaut kutu internet. Kan visualnya main tuh, biar kita betah berlama-lama.

    Btw, drama baca bukunya Mas Anton seru, bisa jadi seri ngalahin sinetron Tukang Haji Naik Bubur

    Reply
    • Yup memang begitu adanya Pit dan saya menyadari perubahan itu sesuatu yang sangat mungkin terjadi. menerimanya juga sebenarnya.

      Agree 100% juga bahwa ada banyak cara lain untuk belajar, termasuk secara visual dan memang sedang dilakukan. Good point.

      Pandangan yang bagus sekali dan saya memang tidak bisa membantah.

      Bukankah karena itu saya mencari “alasan” baru mengapa harus membaca? Tujuannya ya untuk bisa berkomunikasi dengan baik dengan para blogger buku. Saya tidak berniat membaca buku untuk belajar, karena persis seperti kata Pipit, saya sadar sekali banyak cara untuk tetap belajar. Tetapi, saya butuh sedikit “rasa” terkait buku agar bisa berinteraksi dengan baik dengan rekan-rekan blogger buku.

      Saya tidak berniat jadi kutu buku lagi.. hahahahahaha

      Lah yah tukang bubur aja bisa jadi seri, berarti si kutu buku bisa juga… wakakakaka…

      Hahaha.. as usual, kritis, dan tajam

      Reply
  7. Ko Ping Ho komik yang terkenal banget yaa.. Kayanya hampir semua anak cowo pada masa itu baca itu deh. Papaku juga baca dan cerita kalau itu terkenal bangettt. Ceritanya seru.

    Bacaan mas Anton sungguh luar biasa banyaknya. Mungkin karena internet sekarang semakin masif dipakai, jadinya baca buku pun teralihkan dengan main internet hahaha
    Dulu pun aku sangat suka baca buku (tapi ga sebanyak mas Anton genrenya) dan sama juga seperti mas Anton, bungkus koran kalau kelihatan menarik pun akan aku baca hahaha Suka kepo gituu 😆

    Reply
    • Hohoho.. bukan cuma cowok loh. Ibu, bapak, adik-adikku yang cewek, semua juga penggemar serial yang satu ini. Mereka sama betahnya dan kami biasa gantian baca itu buku.

      Hahaha.. iyah.. saya memang maniak sama yang namanya buku. Dulu. Sekarang sangat bisa jadi karena sudah menemukan pengganti jadi kehilangan cinta .. bisa jadi ..

      O ya.. wuiisshh Tooooosss punya teman saya tukang baca bungkus koran.. hahahahaha tetap bacaan kan biar bentuknya sudah amburadul..

      Reply
  8. Wiih, listnya panjang, saya cuma kenal beberapa saja. Kalau majalah, saya beruntung dimanjakan orang tua dengan dibayarin langganan majalah sejak kecil. Majalah Bobo waktu SD, majalah Ananda waktu SMP dan terakhir majalah Hai waktu SMA. Majalah Donal Bebek baru beli zaman kuliah untuk mengusir bosan membaca buku kuliah.

    Kalau komik, waktu kecil saya banyak dibelikan komik pewayangan karya R.A. Kosasih, seperti Mahabharata, Bharatayuda, Ramayana, dll. Baru pas SMA mulai baca² juga komik Jepang. Hehe.

    Saya juga baca koran dan tabloid, tapi cuma sampai SMA. Zaman kuliah agak waswas dengan maraknya tabloid dengan cover bergambar perempuan seksi dan bahenol. Duh, minat baca semakin turun dan yang meningkat cuma kebiasaan mengintip cover saja setiap lewat kios koran/tabloid. Daya serap otak saya malah lebih kuat saat mengintip cover tabloid itu walaupun mengintipnya cuma beberapa detik saja. Kebayang-bayang terus sampai malam harinya.

    Kalau novel, saya sangat menggemari Lima Sekawan, Ghoosebumps, dan Lupus karya Hilman. Sekarang entah dimana buku² itu, tak terawat lagi sejak saya tinggal kuliah ke Jogja.

    Sekarang, masih ada beberapa buka tertimbun di dalam kontainer, yang dulu sempat saya beli tapi belum saya baca. Bahkan segel plastiknya masih utuh membungkus rapat buku² itu sehingga kertasnya aman dari rayap. Kebanyakan buku sejarah.

    Kapan² akan saya jenguk buku² itu, kalau bisa saya baca sampai habis satu buku, saya akan buat syukuran. Hehe.

    Reply
    • Wekkksss.. kalau dibuat list panjang juga tuh Mas.

      Nah itu satu lagi yang lupa dimasukkan RA Kosasih… Iya saya juga baca yang sejenis itu dulu. Kebetulan ibu dan bapak ngefans dengan karya beliau dan saya senang karena punya tambahan. Gambarnya bagus dan ceritanya juga bagus tuh.

      Lupus, pernah baca beberapa sih. Cuma bukan favorit saya. Tapi novel remaja itu sempat ngetren banget tuh.

      Hayo dijenguk mas.. saya juga sedang ngobrak abrik buku si Kribo, siapa tahu saja ada yang menarik dibaca. Ntar kita saling mengundang syukuran mas.. wakakaka kalau saya bisa baca satu buku, saya syukuran juga deh.. hahahah

      Reply
  9. Mas, kayaknya kalo aku main ke rumahmu, ato buku2nya disimpen di rumah ibu yaa? Aku bakal ga mau pulang, mau baca buku ajaaaa hahahhaah

    Bedanya, aku belum kehilangan cinta kepada buku. Masih sama kuatnya seperti pertamakali dikenalin papa. Cumaaaa, kecepatan ku membaca berkurang. Dulu buku kurang dari 500 halaman, bisa sehari. Lebih dari itu paling mentok 3 hari. Itu juga kalo banyak pr. Tapj skr, sehari aku cuma maksimal 100 lembar. Bahkan kadang kurang.

    Jatahku membaca sehari memang 3 jam, tapi itu ga hanya utk buku, itu juga termasuk membaca blog temen2. Jd terkadang waktunya hrs aku bagi 2. Dan ntah kenapa aku LBH suka menikmati kalo membaca. Pelan2, yg ptg ngerti :D. Makanya jd lebih pelan.

    Eh, kita sama yg bagian apapun dibaca. Lagi di WC, itu tulisan2 di botol sabun, shampoo dll, aku bacain walopun udh berulang kali. Kadang sesekali bawa buku sih, itu yg bikin makin lama hahahahahaha

    Reply
    • Mayoritas di rumah ibu Fan, rumahku yang sekarang tidak punya ruang cukup tuk menyimpan hahahaha…

      Yang namanya penurunan kemampuan mah wajar karena usia sulit dibohongi. Cuma Fanny sih masih bagus, cinta itu masih ada .. hikss.. sedangkan saya baru mau rujuk lagi.

      Tiga jam.. wowww… banyak banget itu mah. Pasti banyak yang bisa dibaca atuh…bisa habisberapa ratus halaman itu mah.. keren euy. Aku tiga puluh saja sekarang rasanya berat banget

      🤣🤣🤣🤣 nah kan rupanya ada pembaca segalanya juga. Cuma bedanya, saya ga pernah bawa buku ke WC.. wakakakak

      Reply

Leave a Reply to PIPIT Cancel reply