Branding/Pencitraan Blog: Nggak Ribet Juga Kok!

Selamat Malam Kawan MM!

Branding atau pencitraan pada dasarnya adalah bagaimana “seseorang” atau “sekelompok” orang ingin dilihat oleh orang lain. Misalkan, si A ingin dikenal sebagai “dermawan”, atau si “B” yang ingin dipandang sebagai “orang yang tahu segalanya”.

Yang ditonjolkan dalam membentuk sebuah pencitraan umumnya spesifik , tidak luas dan tidak banyak. Umumnya diambil poin-poin yang dipandang akan memberikannya “keuntungan”, baik sekarang atau di masa depan. Bukan hanya keuntungan materi saja, tetapi juga prestise, status, kepuasan ego.

Contohnya, si A yang sudah kaya raya, dia tidak perlu mencitrakan dirinya sebagai orang yang banyak uang. Citra itu sudah ada tanpa harus melakukan branding. Namun, tentunya akan “menyenangkan” kalau ia dikenal juga sebagai orang “dermawan” atau “berjiwa sosial”.

Dengan begitu, selain unsur kepuasan diri sendiri, ia mungkin akan mendapatkan “keuntungan”, bahwa tidak ada orang yang curiga darimana asal kekayaannya. Yang penting dia orang baik dan suka menyumbang. Iya kan?

Nah, dalam dunia blog sendiri *kali ini saya setuju, walau tidak mutlak* dengan para internet marketer, pemanfaatan teknik branding akan bisa membantu perkembangan sebuah blog/blogger.

Dengan melakukannya, seorang blogger bisa mengarahkan agar khalayak pembaca mudah mengingat dirinya. Tentu saja sesuai dengan tujuan yang dipandangnya menguntungkan bagi perkembangan dirinya.

Contohnya, blog “A” berisikan tulisan tentang perkembangan teknologi, bisa melakukan branding agar ia diingat sebagai “tempat bertanya segala sesuatu terkait teknologi”. Sementara blog B bisa menampilkan bloggernya sebagai “pembuat ulasan buku” terpercaya.

Jadi, ketika seseorang membutuhkan pengetahuan atau informasi tentang segala sesuatu terkait perkembangan teknologi, ia akan langsung teringat pada blog A. Sedangkan para pecinta buku diharapkan akan selalu teringat blog B sebelum membeli buku.

Itulah branding atau pencitraan.

Branding/pencitraan tidak selalu harus “benar-benar” mewakili karakter asli dari si blogger. Seorang blogger bisa “mengarahkan” bagaimana pembaca bisa melihatnya seperti yang ia mau. Memang, bisa juga secara tak disadari, citra sendiri bisa terbentuk. Meskipun demikian, umumnya branding bersifat artifisial atau buatan. Terkadang tidak mencerminkan apa yang sebenarnya.

Itu juga yang saya sebut sebagai “topeng”

Nah, susah kah melakukannya? Teorinya sih rumit, tetapi sebenarnya intinya sederhana dan bahkan sebenarnya bisa dilakukan setiap blogger.

Tidak percaya?

Boleh saya beri contoh kecil saja. Memakai yang sudah dilakukan blog MM, tapi mungkin tidak disadari.

Yang terkecil dan sebenarnya baru dilakukan saja, yaitu kata “Ronin”. Pertama kali saya menggunakan kata dari bahasa Jepang yang berarti “Samurai tak bertuan” ini di bulan Agustus setelah migrasi blog MM ke WordPress. Kata itu pertama kali digunakan pada Dimana Saya Sebelum Jadi Blogger? Internet Ronin!.

Kata itu saya pergunakan untuk menggambarkan saya sebagai orang yang bengal, nggak bisa diatur, keras kepala, ngeyelan, tukang berdebat, tidak mau kalah. Kira-kira 5 bulan yang lalu dari saat tulisan ini ditulis.

Apakah ada yang tahu arti kata ini sebelumnya? Kecuali beberapa kawan yang pernah baca Musashi atau bisa berbahasa Jepang, saya rasa tidak ada yang tahu kan?

Tapi, sekarang beberapa kawan sudah memakainya, tentunya untuk menggambarkan “karakter” saya.

Lia Words of The Dreamer

Creameno

Gustyanita Pratiwi (Mbul Nita)

Padahal, arti sebenarnya dari ronin sendiri bukan lah bengal, bandel, tidak mau diatur.

Dalam kata ronin sendiri terkandung permasalahan sosial budaya di masyarakat Jepang pada abad 17-19. Di dalamnya juga sebenarnya terkandung makna “rendah” karena seorang samurai yang tidak bertuan dianggap tidak memiliki kehormatan. Kadang diidentikkan dengan mercenary atau soldier of fortune atau serdadu bayaran.

Bagaimana bisa kawan-kawan itu mengingat salah satu karakter saya tersebut? Jawabannya, ada 17 tulisan di blog MM yang memasukkan kata RONIN di dalamnya. Selain itu entah ada berapa komentar yang saya sebar di berbagai blog dengan melabeli diri sebagai “ronin”. Yang pasti lumayan banyak.

Pengulangan adalah cara paling sederhana menanamkan sebuah “image” atau “citra” ke dalam pikiran seseorang agar diterima secara sukarela. Itulah alasan banyak perusahaan mau membakar duit milyaran dalam bentuk iklan.

Dengan terus mengulang-ulang, lama kelamaan yang melihat akan mengingat dan kemudian mengidentikan “kata” atau “slogan” dengan sebuah brand.

Tentunya, hal itu perlu ditunjang dengan tindakan lain, seperti saya yang terus “bengal” dan memasukkan komentar-komentar nyeleneh dan “menantang” di berbagai blog. Tindakan saya “mendukung” branding bengal, ngeyelan, tidak mau kalah, dan senang berdebat.

Klop.

Nah, hasil branding sendiri, kalau melihat komentar yang masuk pada posting minta bantuan yang lalu, banyak yang menyebutkan blog MM seperti itu.

Namun, pernah kah kawan mencoba bertanya, apakah memang si pemilik blog MM itu memang seperti itu adanya? 😁 Apakah kawan akan bersiap diri menghadapi perdebatan sengit kalau ada kopi darat dengan saya di dunia nyata?

Inilah yang disebut branding dan pencitraan, dalam versi sederhana. Tidak selalu (walau bisa) mencerminkan yang sebenarnya.

Nah, untuk Kawan MM yang ingin melakukan branding blognya, kalau boleh, saya ingin sarankan sedikit (bisa diabaikan kok, tidak maksa)

  • Pilih nama blog yang “unik”, “menarik”, dan berbeda. Jangan terlalu panjang. Contoh beberapa nama blog (menurut saya bagus) untuk digunakan dalam proses branding Techcrunch (membahas perkembangan di dunia start-up), Problogger. Kalau dalam lingkaran pertemanan blog MM, saya pilih Gembul Nita, D’Catqueen dan Creameno. Namanya pendek, unik, menarik dan mudah diingat.
  • Bagaimana kalau sudah memakai nama bloggernya sendiri? Tidak masalah juga. Branding bisa tetap dilakukan, tetapi jangan seperti ini “Bella Puspita (bellapuspita.com)” seperti yang biasa dipasang banyak blogger saat berkomentar. Pilih satu “karakter” blog yang ingin ditampilkan, misalkan Bella Puspita, The Cake Mom (kalau blognya bahas kue) atau “Naughty Mom” (julukan yang menarik). Pergunakan nama ini dalam artikel di blog berulang, dan saat berkomentar di blog orang lain
  • Pergunakan “tagline” pada blog kalau merasa nama blognya tidak menarik, misalkan “Kang Nata, Bos Bakwan Jagung”. Pakai taglinenya Bos Bakwan Jagung, kemana-mana terutama saat berinteraksi dengan sesama blogger dan masukkan tagline dalam artikel di blog sendiri, pakai sebagai sebutan diri sendiri (pengganti Kang Nata)
  • Bagaimana kalau blognya isinya gado-gado? Ya nggak masalah, bisa mempergunakan nama untuk melakukan branding. Bagaimana kalau namanya juga biasa saja? Temukan karakter yang ingin ditampilkan, misalkan Bella Puspita, si EmakKepo (misalkan bahas gosip atau apapun). Bisa juga dengan memajukan salah satu topik sebagai konten “utama” dan buat slogan tersendiri untuk konten itu Bella Puspita, si Peri Kue
  • Cantumkan “kata-kata” atau slogan yang akan dibrandingkan kemanapun, dalam artikel kita sendiri, dan dalam komentar di blog orang lain, atau saat membalas komentar. Lakukan berulang karena pengulangan adalah inti dari branding dan terus menerus
  • Hindari pemakaian kata ikutan (sudah banyak dipergunakan), seperti Kang Ismet, Kang INI, Kang ITU karena mereduksi “keunikan”. Kata “Kang” sudah banyak yang pakai, makanya Kang Nata, saya anggap pintar nama blognya “dulu” ASIKPEDIA dan ditambah dengan nama barunya “Bakwan Jagung”, setidaknya orang jadi ingat dirinya.

Branding/pencitraan sebenarnya tidak sulit dilakukan. Intinya hanya cobalah spesifik. Bukan dalam artian blognya harus single topic (topik tunggal) saja, meskipun memang menguntungkan. Inti yang ingin “ditanamkan” sifatnya sebaiknya sempit.

Semakin spesifik semakin mudah penanganannya. Bayangkan saja harus membranding sebuah blog dengan “Blog Bella Puspita, Tempatnya Tulisan Berkualitas dan Bermanfaat”. Semakin melebar, semakin sulit diingat dan mengaitkan dengan blognya.

Yang juga jangan dilupakan adalah harus dilakukan berulangkali. Jadi, branding adalah proses yang makan waktu, memerlukan enerji yang banyak juga, dan butuh konsistensi dalam melakukannya. Jangan berharap bahwa nama itu akan cepat diingat orang.

Sama seperti saya mencoba menanamkan citra bengal, urakan, tidak mau kalah, senang berdebat, atau gemar “berantem”. Tidak sebentar.

Itu saja. Siapa tahu saja ada yang perlu dan bisa memanfaatkan. Lagi-lagi, nggak maksa. Nggak maksa untuk branding. Masing-masing punya jalan.

Juga, jangan paksakan diri untuk berkomentar kalau tidak ingin yah. Tidak masalah kok kalau tidak, karena saya tidak ingin merepotkan.

Dah, saya mau nulis yang lain yah.

42 thoughts on “Branding/Pencitraan Blog: Nggak Ribet Juga Kok!”

  1. Angguk-angguk kepala baca post ini tengah malam 😂 Tapi entah kenapa, saya langsung mengingat branding teman-teman bloggers lainnya yang memang melekat di benak sayaaaa huehehehehe. Ini beberapa yang paling saya hapal:

    Lia Peri kecil nan imut
    Mas Anton ronin
    Mba Nita mbul
    Mba Fanny ratu kucing
    Mba Rey (mamak Rey)
    Mas Nata bakwan jagung
    Mas Satria salju
    Mas Agus warteg

    Kalau mau di-list ada banyaaak ternyata 😍 Meski branding-nya belum spesifik seperti contoh yang mas Anton berikan (kue, etc), tapi menurut saya teman-teman di atas branding-nya sudah oke banget. Jadi tuuuh secara nggak sadar hapal. Semisal mau bahas mas Satria, tinggal bilang, “Itu lho mas Satria jingga salju.” 🙈 Atau saat mau bahas Lia, tinggal tambah si peri kecil nan imut hahahaha 😆

    So yeah, terima kasih pelajaran hari ini, mas. Demikian rangkuman saya 🤪 Ditunggu ilmu-ilmu berikutnyaaaah 🥳🎉

    Reply
    • Betul dan wajar kok karena citra sendiri kan bisa terbentuk walau tidak dilakukan secara sengaja. Jadi, kalau melihat nama yang Eno sebut, wajar karena nama-nama itu saya sebut juga. Kalau ditelaah lagi akan terlihat kalau mereka punya sesuatu yang “berbeda”.

      Contohnya Kang Satria Salju dengan “salju” dan “behaaaaa”….. Itu sebuah kebiasaan yang lama kelamaan membentuk branding.

      Hahaha… makasih sama-sama.. nah ngasih pertanyaan nih? Pemilik blog MM itu sebenarnya seperti apa sih? wakakakaka apakah sama seperti yang ditampilkan di blognya?

      Makasih Eno untuk insightnya dan saya sepakat dengan itu

      Reply
  2. Perihal nama blog yang nggak terlalu panjang, aku langsung teringat dengan nama blogku yang terlalu panjang seperti gerbong kereta api 🤣. Pernah ingin aku ubah, tapi kok sayang karena seperti harus mengulang semua dari awal 😂. Belum lagi nanti ada kemungkinan, tulisanku yang ada di page one Google bisa hilang. Benar nggak sih ada kemungkinan ini terjadi jika ganti url, Kak?
    Jadi aku pasrah perihal url dan menyesal kenapa bikin url ngasal banget 🤣, nggak kepikiran akan jadi seperti ini kedepannya. Tapi sepertinya sekarang ini “The Dreamer” udah cukup melekat denganku (PEDE Banget) meskipun kurang unik dan pasaran 😂

    Kak Anton benar banget, sesuatu yang diulang-ulang memang jadi gampang diingat. Seperti aku yang menyebut diriku Peri Kecil 🤣 sekarang beberapa teman bloggers ikut memanggilku demikian, yang kadang masih membuatku tertawa melihat julukan seperti itu 🤣

    Reply
    • Hola Peri Kecil.. 😀

      Lebih baik tidak usah diubah URL-ya Lia. betul sekali itu sama juga seperti saat saya migrasi dari Blogspot ke WP dan mengalami penurunan luar biasa drastis. Penggantian URL harus dipertimbangkan matang-matang karena konsekuensinya lumayan berat.

      Nah, itu bisa jadi branding-nya Lia, “The Dreamer”. Tapi sebenarnya lebih enak Peri Kecil karena kesannya lebih lincah dan sesuai sekali dengan karakter Lia. Kalau the Dreamer kesannya serius.

      Lanjutkan hayo….

      Reply
  3. Mendengar kata branding, sama ingat merk barang-barang mahal. Tapi membaca kata pencitraan, saya malah ingat masa-masa seru kampanye lalu. Pikiran saya kadang memang oot 😓

    Beberapa artikel terakhir ngomongin soal branding. Mungkin karena blog MM me,ang sedang menjalankannya. Sekalian aja jadi topik artikelnya.

    Tapi jujur saja, saat ini saya belum mau mikirin branding (atau jangan2 sudah saya lakukan, entahlah). Intinya masih seperti biasa. Mengalir aja. Seperti air banjir yang terus mengalir. Yang susah air banjir di pekarangan yang cuma bisa meresap ke bawah atau menunggu mentari supaya cepat menguap. 😥

    Reply
    • Ga heran kok karena pada dasarnya kampanye itu sebuah usaha branding besar-besaran dalam waktu singkat. Jadi, memang di sana terjadi proses branding/pencitraan.

      Hahaha, iyah kebetulan memang setelah satu ide lahir, ide sejenis dari sudut pandang yang lain muncul, jadi why not? Sekalian semua saja dijadikan tulisan.

      Tetap saja citra Maringenet dan Nisa akan ada. Bukan berarti tanpa pencitraan tidak membentuk citra. Branding adalah usaha artifisial untuk mengarahkan citra orang ke yang dimau. Tapi, tanpa itu pun manusia akan memiliki sebuah citra.

      Take care Nisa, saya baca di cerita banjirnya luar biasa sekali yah sampai 8 kali lipat.. stay safe yah. Maaf ga bisa bantu apa-apa

      Reply
  4. Mohon izin berkomentar Pak……

    Namun sebelumnya saya ucapkan terima kasih dahulu karena sudah mengangkat kembali nama ” Bakwan Jagung alias Kang Nata ” .

    Blog Maniak Menulis terutama di mata saya memang lebih populer kalau dibandingkan dengan blog Pak Anton yang lainnya.

    Kepopuleran ini adalah buah manis dari sebuah branding yang diupayakan dalam waktu yang lama. Sehingga saya lebih dominan mengingat blog ini ketimbang blog – blog Pak Anton yang lainnya, padahal blog2 yang lainnya itu adalah blog yang bukan kaleng – kaleng loh alias blog berkualitas, tapi koq saya lebih kangen blog ini yah,hahaha…….

    ” Nyawa Ronin ‘ yang melekat di blog ini memang menyatu dan meresap kedalam nama blog ini. Seperti ” ayam bakar yang dikasih bumbu rempah – rempah ‘.

    Ohy, satu lagi…..

    ada pelajaran yang bisa saya ambil dari blog ini, yakni : …..

    ” Tampilah Berbeda ” sehingga orang – orang bisa mengenalimu diantara kerumunan orang banyak.

    Tinggal putuskan, mau tampil seperti apa ?

    ” Mau Jadi Ronin ala Blog MM ”

    atau Mau Jadi yang Ronin Syariah…….

    Atau pilihan lainnya……

    #Tapi….Apapun pilihaannya minumnya Tetap teh boto sosro……hehehe.

    # Salam Untuk Mbak Jane, Mbak Eno, Mbak Rey, Mbak Nisa, Mbak Shanti,Mbak Ainun, Mas Agus, Mas Satria dan teman – teman lainnya……

    Reply
    • #Wa alaikum salam dan salam kembali.. Mewakili nama-nama yang disebut untuk membalas salam Kang Bakwan

      Tanpa diangkat sebenarnya nama Kang Nata alias si Bakwan Jagung tetap tidak terlupakan kok. Kesannya tetap mendalam bagi banyak blogger dan susah dilupakan. Kejahilan dan keceriaan akang tetap saja akan diingat banyak orang.

      Makasih kalau Kang Nata selalu inget blog ini, karena berarti Akang selalu inget saya juga.. #Geer.. wakakaka

      Kapan Kang Nata balik ngeblog lagi? Banyak yang kangen loh termasuk saya

      Reply
  5. Woaah makasih ilmunya mas Anton! Iya yak, diam-diam ternyata blog MM sudah membangun citra yang kuat di jagat blogger ini!!! Ga kerasa gitu tau-tau terbentuk laah image akan blog MM ini dan karakter mas Anton yang salah satunya adalah “ronin”. Terus aku jadi nilik-nilik ke blogku. Ah kurang memberi kesan atau image mendalam di jagat blogger seperti blog mas Anton iniii… Perlu banyak belajar memang. Sekali lagi makasih mas Anton ilmunya!!

    btw aku tau kata ronin dari film 47 ronin mas hihihi kalo mas Anton jadi Ronin, aku mau jadi Damyo aja deh #eh minta digebuk 🙈

    trus itu sepertinya image untuk tulisan kak Eno salah upload ya mas? soalnya persis seperti punya Lia heheh

    salam,
    Furisukabo, si tukang bo (ceritanya lagi praktekin ilmu mas Anton)

    Reply
    • Boleh juga tuh “Furisukabo, The Damyo.. wakakakaka (enakan jadi bos ya Fris)

      Makasih sudah dikoreksi dan betul saya salah pasang image untuk yang Eno. Sudah saya ganti.

      Kalau Friska rajin terus menulis sih, saya pikir pada saatnya citra itu akan terbentuk juga walau tidak melakukan branding… Kalau kupikir Furisukabo sendiri sudah unik banget. Padahal itu kan nama Friska kalau dieja dalam bahasa Jepang…

      O ya suka 47 ronin. Itu pelem keren loh.. aku suka sekali.

      Hayoo semangat belajar nyetri.. eh menulis dong.. hahahaha

      Reply
      • hihihi iya jadi Damyo yang perintah-perintah ajaa, sedikit kerjanya… 🤣🤣🤣

        sip mas Anton! Sudah betul sekarang… Itu ternyata sambungan komennya yak hihihi

        iya betul nama frisca secara jepang… karena aku suka jejepangan, aku suka sebut diriku furisuka deh terus aku mulai menemukan nama furisukabo ini sejak aku kuliah… Dulunya cuma furisuka aja idku tapi karena si pacar yg sekarang jadi suami suka manggil aku abo, makanya kuubah jadi furisukabo hihihi

        iya itu keren! Luar biasa banget harga diri itu bagi suatu klan di Jepang ya!! Aku bener-bener ga habis pikir, cuma masalah sepele disuruh harakiri biar nama tetap terhormat huhuhuhu Terus itu film terakhir yang kutonton bersama papa di rs saat aku lagi menjaga papa, jadi cukup membekas banget memorinyaa

        hahaha dua-duanya yak! nyetir plus menulis hihih emang nih lack di dua skill itu diriku >.< masih harus banyak latihan!! ganbarimasu!!!

      • Iya lah.. punya banyak cewek lagi.. #upsss .. wakakaka namanya jadi bos mah enak lah.

        Yup dan sebenarnya sudah berulangkali keduanya menggunakan istilah itu. Beberapa teman yang lain juga. Biasanya yang sering datang ke sini.

        Okeh keh.. abo sendiri ada artinya kah? atau panggilan sayang saja?

        Ahh.. pastilah jadi berkesan banget yah. Semoga Papanya Friska diterima amal ibadahnya dan mendapat tempat yang layak di sisiNYA.

        Yup… kalau baca sejarahnya memang namanya harga diri itu dijunjung tinggi. Bahkan sisanya masih bisa terlihat dari kasus bunuh diri karena dibully. Itu pun sebenarnya bukan karena tekanan saja, tetapi ada sisa prinsip kehormatan dalam masyarakat Jepang.

        Memang agak mulai tergerus juga sih karena asimilasi budaya dan perubahan pandang, tetapi akarnya masih lumayan kuat tersisa.

        Aaamiin, semoga Friska menjadi ahli dalam kedua bidang itu.. Hayo cemungutzzz

      • Eleeeuhhh dasar pria! Inginnya punya banyak wanita yaak? 😆😆😆

        nama abo sendiri ga ada artinya sih…. Panggilan asal aja awalnya, terus lama-lama jadi keterusan hehe

        Iya, soalnya masih saja tingkat bunuh diri di Jepang tinggi. Masih menganut prinsip harakiri sedikit banyak…

  6. Tengkyu Pak sudah berbagi dan kebetulan beberapa waktu lalu saya kepengen request itu, tentang branding.

    Dari sudut penikmat yaitu saya, tak jarang justru saya yg melabeli org/blog dgn branding tertentu tanpa peduli dgn branding yg mereka tonjolkan.

    Terkhusus produk, tak jarang saya suka branding produk A namun saya beli produk B. 🤣🙏

    Bagi saya branding blog MM adalah edukasi 🤣🤣

    Untuk creameno brandingnya orang yg suka bagi2 hadiah 🤣🤣

    Untuk Mas Agus dan Kang Satrio, pelawak. 👍👍🤣

    Kalo Mbak Mbul dan Mas Herman gak pake branding, alias apa adanya 🤣🙏🙏

    Dan Saya pribadi brandingnya kalem2 dan nyebelin tapi baik hati, amanah, dan hal2 baik lainnya 🤣🤣

    Komen saya diatas becanda Pak dan ini komen serius saya, Tengkyu Pak sudah berbagi akan coba saya terapkan dalam kehidupan, tengkyu 👍👍

    Reply
    • Makasih sama-sama… O ya, kok ga minta #jadi inget punya utang request dari beberapa teman yang belum selesai.. hahahaha

      Hahahaha…Baru kali ini ada yang bilang branding blog ini edukasi.. wakakak…Mbul dan mas Herman memang ga melakukan branding. Citra mereka terbentuk secara alami. Jadi ga heran juga kalau mereka punya kesan tersendiri bagi pembacanya

      Kalau mas Jaey mah brandingnya rendah hati dan saya pikir memang orangnya sangat rendah hati dan pandai mengamalkan ilmu padi.

      Makasih juga mas Jaey sudah datang dan berbagi di sini. Appreciate it a lot and a pleasure to have you here..

      Reply
    • Makasih Ady..

      Dy, branding butuh waktu loh. Saya sekarang belum paham citra apa yang ingin Ady tanamkan untuk blognya. Hal itu bisa jadi karena

      – saya belum lama kenal/berinteraksi
      – branding belum cukup lama dilakukan

      Cuma sekilas pandangan saya, kesan yang didapat

      – pemburu cuan 🤣 .. paling ga sudah 5-6 kali deh saya baca Ady mengulang kata-kata terkait cuan ini di kolom komentar dan tulisannya. Jadi apa ini yang mau dicitrakan?

      – di blog yang photoblog, kesannya melo/melankolis dan sentimentil. Foto-fotomu bagus dan kesannya sama juga, tetapi aku masih bingung citra apa yang ingin disampaikan. Mungkin saya masih butuh waktu untuk menangkap sinyalnya..😁😁😁😁

      – di blog yang buku harian, kesan sentimentilnya tambah kuat 😁😁😁😁 hahahahaha…

      Entahlah apa memang Ady mengharapkan semua itu.

      Reply
      • aduh, sepertinya aku harus menghentikan jokes cuan di komentar kak Eno, hahahaha…
        aku ga nyangkaaaa.. padahal aslinya itu jokes banget, ga ngarep cuan banget, ikut seru-seruan aja.

        terima kasih pak Anton, memang akupun merasa demikian, satu-satunya planning brandingku cuma fotografigrafer aja, tp kalo soal melow atau sentimentil, itu kyknya emang diriku kali yaa…soalnya ga dibuat-buat, ga direncanain.

        apalagi kalo blog yang harian, heuheu…

        Pak Anton, terimakasih feedbacknya, dan terimakasih karena selalu menulis blog. makin kesini, value yg pak Anton berikan di blog ini makin kusukai.

      • Ady…

        – Cuan : inget loh bahwa branding itu salah satu intinya adalah “pengulangan”. Semakin sering Ady mengulang pernyataan itu, baik sengaja atau tidak, semakin besar peluang orang akan melabeli Ady demikian. Tidak peduli niatnya hanya bercanda, tetapi pembacanya bisa mendapatkan kesan begitu. Apalagi pembaca yang datang kan tidak semua kenal Ady, dan bisa jadi mereka langsung menganggap itu adalah citramu, apalagi dilakukan berulang.

        – fotografer : fotografer adalah kata umum Ady, semua orang pada dasarnya fotografer dengan keberadaan smartphone. Kalau boleh saran sih, Ady harus mencari sesuatu yang lebih spesifik dari sekedar kata umum seperti fotografer. Bisa tambahkan tagline atau kata-kata lain yang bisa dipergunakan menampilkan Ady

        – Nah, kalau Ady tidak membranding, maka itulah yang akan tertangkap oleh orang. Sentimentil dan Melow.. Apakah hal ini akan menguntungkan bagi perkembangan Ady sebagai fotografer? Makanya kan saya bertanya sama Ady, tujuan blogmu apa? Sudah kah Ady kenal diri Ady sendiri? Gitchu… hahahaha

        Makasih sama-sama Ady, senang juga bisa berdiskusi dengan Ady. Tidak susah kan berdiskusi dengan seorang ronin? 😀

      • Siap pak Anton,
        catatan penting dan besar untuk perkembangan blogku kedepannya!

        Sekali lagi, terimakasih masukannya pak Anton

        sedikit banyak, aku jg harus lebih dalam bertanya pada diri sendiri tentang fotografi apa yg lebih spesifik yang bisa aku kuatkan brandingnya, karena ya aku setuju, branding itu penting banget.

        hatur nuhun!

      • Misami Kang Ady…

        Saya sih yakin Ady bisa dan suatu saat bisa “terkenal” nih di dunia fotografi. Ntar kalo sudah terkenal jangan lupain saya yah.. kasih diskon juga ya *dijitak*

        Hahahaha

        Enjoy your journey Dy

  7. Baru ajaaa kemarin ngobrol sama suami soal branding Jane From The Blog, doi bilang citra yang saya ciptakan di blog itu lebih ‘girly’ dari saya yang sebenarnya bahahaha mulai dari suasana pink yang sudah ada sejak dulu (padahal saya nggak terlalu suka pink 😂) sampai cara saya menulis, menurut suami itu berbeda dengan saya yang dia kenal. Tapi saya fine-fine aja sih, memang sejak awal citra yang ingin diciptakan di blog seperti itu. Apalagi setelah jadi mama, saya memang ingin dilihat seperti ibu rumah tangga soleha *geli sendiri ngetiknya* yang doyan ngopi, baca dan musik Kpop. Makanya saya bertahan di branding tersebut. Bahkan saya nggak pernah berani nulis kata umpatan, sekedar mengganti kata ‘sial’ menjadi ‘siyal’ atau ‘siwalan’ aja tuh nggak berani 🙈

    Menarik yaa soal branding ini, Mas Anton. Makasih banyak lhoo sudah berbagi insight dengan kami-kami 😀

    Reply
    • O ya. Tapi memang girly sih , kalo macho malah saya bingung.. hahaha…Fine-fine saja kok Jane menurut saya mau tampil lebih girly dari aslinya. Bagaimanapun, blog sendiri walau merepresentasikan seseorang di dunia maya, tidak berarti harus 100% merupakan cermin diri.

      Kalau Jane memang ingin citra girly yang kemudian bergeser ke arah Mom yang soleha, saya rasa masih senada. Seornag mom ya tetap boleh menjadi girly. Ketika nanti usia bertambah saya pikir brandingnya akan bergeser lagi secara alami dan kesan girly perlahan akan bergeser menjadi sosok dewasa.

      Hahahaha.. Ntar saya cari ah ada kata sialan atau yang jelek-jelek di blognya Jane..🤣 #Iseng. Tapi wajar kok karena sebenarnya penggunaan kata kasar seperti itu rentan menggeser “citra” dalam sekejap. Langkah Jane sudah bener sekali tuh menurut saya mah..

      Masama Jane… iyah, sekali sekali agak “keluar” dari bicara blog dan masuk ranah marketing dikit.

      Reply
  8. Iya, benar juga ya. Branding itu penting banget untuk memudahkan orang mengenal kita. Daripada brandingnya dibuatkan orang, lebih baik kita sendiri yang menonjolkan brand apa yang ingin kita kenakan di mata orang lain.

    Langsung cuss login ke akun admin blog sendiri untuk cek, sebenarnya brand yang cocok untuk blog saya apa ya, secara tema tulisannya acak. Dari tagline-nya saja sudah terlihat tidak fokus, “baca apa saja, tulis kapan saja”.

    Terima kasih untuk pencerahannya, Pak Anton.

    Reply
    • Nah, yup, itu salah satu keuntungannya Mas Agung. Kita yang menentukan jalan blog kita, bagaimana orang mau melihat kita. Keuntungan lainnya, ada sisi di mana kita terlihat berbeda.

      Hahahaha… kok nanya saya? Hanya, yang saya tahu hasil baca-baca tulisan mas itu sebenarnya KRITIS. Tidak beda dengan blog MM juga yang gemar MEMPERTANYAKAN dan berOPINI terhadap peristiwa yang terjadi di masyarakat. Mungkin mas bisa membuat tagline yang berkaitan dengan kata kritis atau tanya, atau karena sebagian besar bertema sosial kemasyarakatan, bisa mengambil dari sana.

      Selamat mencari mas… saya ga sabar nunggu branding apa yang mau diusung mas Agung.

      Reply
  9. #Manggut-manggut

    Ya, memang saya perhatikan mas Anton seperti sengaja membuat jargon-jargon garang seperti ronin, kolong jembatan, bengal, dsb. Itu bukan tanpa sadar tapi memang direncanakan. Begitu juga dengan cara reply di blog-blog orang lain yg sengaja ingin “merepresentasikan” branding itu. Dari semua reply, hanya beberapa kali saja saya melihat mas Anton “yang agak lain” (mungkin loh).

    Pertanyaan, mas. Spesial untuk blogger multiblog…

    Pertama, dengan banyaknya blog tentu ada brandingnya sendiri-sendiri, bukan? Bagaimana dengan pembaca yang misalkan, daftar di semua blog mas Anton, apakah tidak ada semacam kebingungan branding mana yang paling kuat mereka tangkap?

    Kedua, di setiap reply di blog orang lain itu nanti yang mas Anton harapkan akan mewakili branding blog yang mana?

    Ketiga, seberapa krusial “persona” (atau mas bilang topeng) sehingga harus berganti-ganti? Misal seorang yang bossy punya blog dengan branding traveling dan kuliner. Di traveling mungkin tampak natural, tapi di kuliner memang benar-benar ada efeknya ya kalau dia karakternya bossy atau nggak?

    Kalau yang saya perhatikan beberapa kasus yang dilihat di multiblog, mereka menggunakan nama berbeda untuk mengukuhkan branding masing-masing tanpa tercampur persona yang lain…Cmiiw.

    Jadi mikir-mikir, kalau saya kayaknya banyakan main kata kunci esensial dan moderate deh. Nggak apa-apa masih cocok sih sama brandingnya. Kalau blog satunya lagi sudah jelas yang diulang-ulang apa XD

    Anyway, thanks sharingnya yang menarik mas.

    Reply
    • #ikut manggut manggut baca pertanyaan Phebie..

      🤣🤣🤣 Ketauan euy. Kadangkala saat rasa malas datang, saya ngelepas topeng juga Pheb. Makanya terkadang ada yang berbeda, meski mayoritas cukup konsisten. Kadang pake topeng lain untuk menyesuaikan dengan situasi, tetapi tetap ada saat dimana saya capek dan berkomentar atau menulis sesuai dengan aslinya.. 😁 (yang sebenarnya “sedikit” berbeda saja)

      Baik bu.. siaap saya menjawab pertanyaan…

      Pertama :

      – saya tidak memasang tombol daftar di semua blog, jadi tidak akan ada yang mendaftar. Hahahaha.. langkah pencegahan untuk yang ini sudah ada. Saya tidak punya “user” dan tidak menyediakan newsletter. Jelek bagi marketing sebenarnya, tapi saya cukup yakin kalau ada orang yang benar-benar suka, dia akan membookmark blognya

      – Branding itu spesifik dan sesuai pasar yang ditargetkan. Branding yang terlalu luas sulit tertanam dengan baik di benak orang. Nah, meski saya punya banyak blog, sebenarnya hampir semua menyasar pada pangsa pasar yang berbeda-beda (karena topiknya berbeda-beda). Banyak yang tidak bersinggungan, kalaupun ada tidak akan banyak. Beberapa orang kebingungan bisa ditanggung resikonya.

      Contoh satu : jarang fotografer akan bermain ke Maniak Menulis, paling banter akan masuk ke blog Fotografi dan Lovely Bogor. Jarang terjadi saling silang pengunjung.

      Contoh lainnya, Lovely Bogor kan target utamanya tercermin dari namanya. Pembacanya pasti pencari informasi yang berkaitan dengan Bogor, baik wisata dan sebagainya. Saya tidak memakai branding “persona” (pakai istilah Phebie) di sini. Saya mengemasnya lebih ke konten media yang informatif (meski memakai sedikit sentuhan blog). Jadi, pada dasarnya pembaca akan melihat netral dan memang branding persona di sana tidak terlalu diperhatikan oleh pembacanya.

      Blog yang sifatnya informatif, saya condong memakai branding nama saja, bukan personanya. Jadi karakter yang ditampilkan berkesan “netral”. Bahkan di sebagian besar blog saya tidak ada foto, hanya nama saja. Gaya penulisan sebagian besar lebih ke media content.

      Dua blog di network saya yang menggunakan branding personal hanya Maniak Menulis dan Si Anton saja. Untuk yang lain, saya tampilkan kesan “netral”

      Kedua : karena saat saya berkomentar berarti saya bermain di dunia “blog”, blogosphere, maka yang harus tampil adalah Karakter Maniak Menulis. Mayoritas. Jarang saya memakai karakter yang lain. Kenapa, ya karena ruangnya dunia blog, dunia di mana blog MM berada. Mau blog yang saya kunjungi bertema traveling atau kuliner atau buku, tetap yang saya hadapi adalah blogger. Jadi karakter blog MM yang dipakai. Setidaknya mayoritas begitu.
      Ketiga : betul, memakai nama lain adalah salah satu cara agar sebuah blog punya branding sendiri-sendiri, tetapi seperti sudah disebutkan di atas, saya memakai cara dengan mengubah gaya penulisan dan penyampaian yang tidak terlalu menampilkan unsur personal di sana. Saya berupaya berada di “sepatu” wartawan agar pembaca tidak perlu terlalu menengok ke saya, tetapi pada isi tulisan saja.

      Kalau ditanya krusial atau tidak, jawabannya TERGANTUNG. Seperti sudah disebut di atas branding itu spesifik da tergantung target pasar yang dituju karena setiap pasar punya karakter yang berbeda. Branding yang sama kadang tidak menyebabkan efek apa-apa, tetapi bisa juga berakibat fatal.

      Contohnya : kata bossy yang Phebie pakai. Kalau blognya bertipe traveling, tidak selamanya aman memakai branding ini. Kenapa? Karena ada segmentasi pembaca. Misalkan kalau travelingnya membahas sesuatu yang “kelas atas” menonjolkan “bossy” sebagai branding bisa fatal karena pembacanya berasal dari kalangan boss. Mereka bisa merasa sebal dengan branding tersebut. Sebaliknya, bossy bisa diterima traveler “kelas bawah” dan justru dipandang “WAH” dan menjadi impian mereka. Jadi bukan topik blognya yang menentukan, target pasarnya yang harus diperhatikan.

      Beda topik blog kadang tidak masalah asal pangsa pasarnya “sama”.

      Hahahahaha…. Kusuka gayamu dan pemikiranmu Pheb..Gimana kalau branding tukang berantem aja, nemenin aku lah.. hahaha

      Makasih kembali dengan pertanyaan pertanyaan yang bernas seperti di atas. Nggak susah kan “berantem” sama Ronin..🤣🤣🤣🤣🤣

      Reply
      • Haha saya serius nanya kok mas. Buat pelajaran saya juga.

        Pengamatan awam saya, sih… blogger itu berbeda dengan pegiat medsos, FB ers, IG ers, branding utamanya adalah “pameran” atas apa yang diraih. Memang banyak yang berusaha menampilkan yang terbaik agar dapat konduite diperhatikan brand. Namun kebanyakan blog yang saya kunjungi masih kelihatan sangat natural. Alias nggak terlihat bersusah payah menampilkan apa yang dikehendaki pasar, tapi ya menampilkan diri mereka apa adanya saja, mereka ada untuk segmen pasar yg bisa menerima mereka.

        Aneh tapi nyata, orang-orang yang sepemikiran dan satu frekwensi itu akan saling mengunjungi. Lebih ajaib lagi kecendrungan untuk menarik orang-orang yg punya masalah yang sama XD XD

        Penulisnya bossy, menyebalkan, garang, atau kalem, kalau konten dan informasinya memang bagus orang akan tetap berkunjung, sih mas. Kan sudah ada buktinya hehe.

        Soal multiblog. Tidak semua orang bisa membuat karakter untuk masing-masing blognya. Menurut saya, itu effortnya sudah sangat luar biasa. Bravo.

        Anyway, terima kasih paparannya yang komprehensif, mas.

      • Makasih sama-sama Phebie.. dan terus terang yang seperti ini pun saya suka, selain “berantem”. bertukar pandangan.

        Pada dasarnya sih sama Pheb. Polanya juga tidak berbeda jauh, meski saya akui memang di medsos, seperti IG dan FB, mayoritas secara sadar atau tidak sadar berusaha menampilkan “kehebatan” dan keberhasilan mereka. Di blog jumlahnya lebih sedikit (asumsi dan perkiraan saja yah).

        Tapi, bukan berarti TIDAK ADA. Kalangan blogger yang Phebie kunjungi biasanya merupakan tipe personal blogger dan tidak terlalu peduli dengan yang namanya branding. Yang sudah katanya “belajar” dan melakukan usaha “branding” pun sebenarnya tidak begitu paham cara melakukannya. Citra yang mereka tampilkan biasanya benar-benar apa adanya dan terbentuk secara natural. Jadi, yah karena saya sering berinteraksi dengan Phebie dan agak tahu main blognya jenis apa, saya benarkan.

        Hanya, ada sisi lain dari dunia blog Pheb dimana usaha branding itu terasa sekali, terutama yang mengikuti pemikiran a la internet marketer dan tutorial. Usaha branding mereka gila-gilaan juga. Maklum sih karena mereka sebenarnya lebih ke internet marketing dibanding ke sisi blogger.

        Betul sekali dan saya setuju “birds of feather flock together” terjadi. Sambung menyambung karena “frekuensi”nya sama.

        Betul juga kalau kontennya memang dipandang bagus, maka branding berseberangan pun tidak masalah. Bahkan bisa menopang brandingnya sendiri.

        Terima kasih juga Pheb.. sudah mau “berantem” ma ronin dan bukannya kabur.. It means a lot hahahaha…

  10. Aku jd ngerti arti kata RONIN yg sebenernya :D. Tapi sbnrnya, aku dulu mikirnya Ronin itu samurai mas. samurai identik Ama pedang dan suka menebas :D. Itu bisa diibaratkan dengan kata2 tajam yg mampu menebas lawan2nya :D. Nyambung dikiiitlah yaa tebakanku :p. Ada persamaan di samurai setidaknya hihihi..

    Bicara branding, aku baru bbrp hari yg lalu dapat DM dari temen blogger juga. Dia tag aku ttg cerita Korea Utara yg diceritain oleh traveler lain. Dia bilang, “ntah kenapa stiap kali saya mendengar kata2 Korut, saya langsung keingat Ama mba Fanny. Branding-nya kuat banget” 😀

    Jujur aku senenglaah, walopun yg diinget hanya Korut, gpp, yg ptg pelan2 aku mau orang lain tau aku travel blogger :D.

    Reply
    • Hahahaha… kelas samurai di Jepang ada beberapa tingkatan Fan. Samalah dengan sistem feodal di Indonesia. Semuanya memang identik dengan “katana” (pedang) dan tugasnya memang bagian tebas sana tebas sini lah.. hahahaha.. Jadi ga salah. Tangkapan Fanny juga tidak salah soal “kata-kata tajam”, tapi saya memakai kata ini lebih pada menggambarkan “lepas” dan “bebas” tidak terikat dan kadang tidak tunduk pada aturan tertentu.. Gitchu….

      Tidak heran.. karena saya juga sangat teringat postingan itu (mungkin karena ada foto dua wanita cantik yah.. wakakak), tapi, memang saya ingat itu juga kalau kata Korut dipakai. Nih si Fanny dah nulis.

      Ya sudahlah dikau mah sudah jelas travel blogger.. jelas bukan tutorial blogger da.. haha Blog mu sendiri sudah merupakan branding tersendiri loh. Namanya unik dan juga temanya sudah spesifik sekali. Kalau yang baca nggak sadar dikau travel blogger mah yah.. parah banget dah.. hahahaha

      You already have your brand Fan.. secara natural dan tak disadari, citra itu sudah ada dan kuat. Cuma Fannynya ajah yang nggak sadar.. hahahaha

      Reply
  11. branding..
    dulu mana tau aku kalau pribadi seseorang bisa dibranding dengan sebutan yang aku tau personal branding. Makin banyak baca dan kepo kepo, makin tau juga meskipun masih nggak pinter cara membranding diri sendiri terutama ketika punya blog. Pertengahan ngeblog setelah sekian tahun, aku merasa perlu juga personal branding terutama untuk blog dulu mau dibawa kemana sampai akhirnya aku merasa “aku adalah explorer”, aku rasa begitu

    kalau aku disuruh mikir cepet kata apa yang terlintas di kepalaku kalau mendengar kata ronin, aku akan mikir jahat
    selama ini aku taunya ronin jahat, kebanyakan efek liatin pilem hehehe
    kalau pak anton mah beringasnya cuman di chit chat aja, ehh tau ya kalau pas ketemu di dunia nyata, tapi aku rasa samalah kayak tipikal mantan bosku yang agak keras gitu karakternya tapi sebenernya baik ke anak buahnya 😀

    Reply
    • Kata explorr bikin saya inget Dora the Explorer. Tapi itu sebuah brand yang tepat untuk blog Inun loh menurut saya. Pas banget dengan cara Ainun mengeksplor bukan hanya sisi wisata tetapi juga budayanya. Bisa jadi pembeda dari mayoritas travel blog lainnya.

      Hahahaha.. memang ronin selama ini dalam pelem kebanyakan digambarkan sebagai “jahat”. Dan, sejarahnya pun memang begitu banyak dari mereka yang menjadi kriminal, so tidak salah sama sekali.

      O yah… ntar kalau kita ketemu, asyik juga nih pake topeng ronin yang garang.. wakakakakaka… Makasih wat pujiannya, tapi saya rasa mantan bosmu lebih baik loh.. 😛

      Reply
  12. Setujuuuhhh banget!

    Kalau saya, pencitraan paling gampang itu adalahhh menjadi diri sendiri, hehehehe.
    Dan konsisten adalah kendaraannya.

    Saya jadi ingat dulu di FB, punya beberapa fiendlist, yang menurut saya norak bin lebay.

    Dia tuh suka banget share foto kegiatannya.
    Apaaaaa aja di rumah.
    Dia lagi motong sayur, foto, upload.
    Dia lagi di kamar mandipun foto sabun, upload.
    Dia nyapu, cekrek upload.

    Namanya juga pasaran banget, banyak samanya.

    Tapi, believe it or not, sampai sekarang, wajah dan namanya masih melekat, biarpun dia udah jarang aktif di FB.

    Ya saking konsisten itu, dan apa adanya sih ya, jadi nggak terbebani.
    Apa susahnya foto busa sabun dengan kemampuan foto ngasal, trus upload, tapi justru itu memorable di ingatan friendlistnya.

    nah kayaknya saya pakai itu.
    Konsisten, memberikan satu hal yang masih sedikit dilakukan banyak orang, yaitu suka curcol di blog, update tiap hari 😀

    Kalau masalah nama, mungkin karena saya merasa nama saya sulit, dan jarang orang bisa nyebut, makanya saya jadikan branding juga hahahaha.
    Meski resikonya, banyaaaakkk banget orang salah nulis 😀

    Tapi memang, yang paling mudah, punya panggilan yang unik sih ya, kek si Mbul gitu, receh tapi unik dan membekas hihihi 😀

    Atau juga misterius kek Eno 😀

    Reply
    • Agreee.. pada dasarnya, menjadi diri sendiri bisa menjadi branding yang terbaik. Mau disengaja atau tidak, pada akhirnya setiap manusia akan memiliki citra, jadi kenapa tidak menampilkan diri sendiri saja.. setuju beut dah yang ini.

      Betul juga bahwa konsisten adalah kuncinya karena prinsip dasar dari branding adalah pengulangan, maka konsistensi pasti diperlukan.

      Iyah, namamu memang lumayan unik, dan secara otomatis terdengar berbeda. Tapi ga ada salahnya menambahkan satu karakter unik loh Rey.. bisa membantu branding lebih jauh lagi…

      Kalau misterius, kayaknya susah.. la ya wong sudah kayak begitu fotonya dimana-mana, gimana mau misterius..🤪🤪🤪🤪

      Reply
  13. Sebetulnya udah baca tulisan ini dari beberapa hari lalu. Entah kenapa setiap mau kasih komen antara iya dan tidak. Seru sekali baca komen-komen dari teman-teman blogger disini hhhe.

    Ini juga hal yang aku pikirkan saat memasuki tahun baru. Blog aku mau dijadikan seperti apa yaaa? Pembahasan Branding emang ga pernah usai. Selalu menarik untuk di bahas. Sejak jaman kuliah mendengar istilah itu tapi kok sampai sekarang belum benar-benar berusaha untuk mempraktekkannya.

    Blog aku termasuk yang gado-gado, bukan fokus pada hal tertentu seperti kuliner, travelling, buku, film, dsb. Kadang merasa bingung juga untuk memfokuskan di satu hal. Namun, sadar seperti judulnya “Cerita Devina Genesia”, tentu isinya seputar cerita mengenai aku. Karena terlalu personal, aku jadi ngerasa terlalu luas dan bingung akan membrandingnya dengan seperti apa.

    Makasih atas saran-sarannya Mas. Mencoba mempertimbangkan untuk menemukan “Diri sendiri” dalam dunia Blog hhhe..

    Reply
    • Makasih dah berkunjung Dev… Boleh nambah satu saran…

      Dah, abaikan saja tulisan ini. Jalani dan nikmati saja perjalan blogging Dev.. hahaha.. kadang jalan yang terbaik membuat citra adalah menjalani saja apa yang ada. Citra itu pada akhirnya akan terbentuk dengan sendirinya, walau kita tidak melakukan branding kok

      Santuy dan nikamti saja Dev

      Reply

Leave a Comment