Waduh, Tidak Meninggalkan Komentar = Tidak Mau Kenal?

Waduh, Kawan MM!

Sebenarnya, saya sudah nyengir sejak komentar itu masuk. Namun, saya putuskan untuk menunda membuat pembahasan tentang yang satu ini. Dalam hati dengan sebenar-benarnya dan sesungguh-sungguhnya, saya merasa geli dan ngakak.

Karena komentar itu tiba-tiba saja saya merasa jadi orang “penting” dan terkenal. Orang yang kedatangannya seperti membawa makna tersendiri bagi yang didatangi.

Seorang kawan MM, Kangmas Ndoro Tong Dahlan Satriadi alias Tong Satria Salju, sekitar 2 minggu yang lalu meninggalkan komentar seperti di bawah ini.

Waduh, Tidak Meninggalkan Komentar = Tidak Mau Kenal?

Blogger bertopi itu julukan untuk Mas HImawan Santoso, dari blog Dibacain Yuk. Dulunya dia juga mengelola Trip of Mine, sebelum entah karena alasan apa memutuskan menghilang dari peredaran.

Tambahan dari ghibah-an (gosipan) Tong Satria tadi, juga bisa dilihat di bawah ini.

Komentar di Satria MWB Blog

Bawaannya kalau teringat yang satu ini saya mau tertawa terus. Apalagi kalau ingat bahwa Mbak Mbul Nita juga pernah memberi kode supaya saya bermain ke blognya Mas Him.

Kenapa saya tertawa?

Saya bukan tidak pernah berkomentar di blog mas Himawan yang baru, jejaknya masih ada kok. Tidak percaya? Coba lihat di bawah ini.

Komentar saya di tulisan Berpetualang a la film Jurassic Park di Dino Park

Saya langsung mendatangi blognya begitu tahu bahwa Mas Him kembali ngeblog. Senang. Seorang kawan lama kembali aktif ( 2 bulan setelah ia aktif kembali).

Tapi, harus diakui saya belakangan tidak meninggalkan jejak di blognya . Bukan hanya di blognya tapi di banyak blog lain juga. Bagi beberapa kawan MM mungkin menyadari kalau frekuensi saya berkomentar berkurang.

Bukan berarti saya tidak melakukan blogwalking. Setiap hari saya tetap berkelana ke berbagai blog, baik dalam dan luar negeri. Belum berhenti berkelana di dunia maya karena saya tidak ingin label kutu internet dicabut. Cuma, belakangan, saya memilih lebih pada membaca saja. Sesuatu hal yang dulu mendominasi blogwalking a la saya.

Hanya saja, setelah aktif sekali blogwalking, saya merasa keteteran sendiri karena banyak sekali blog yang didatangi dan dikomentari. Padahal, waktu saya “tipis” banget. Kalau cara yang sama terus dilakukan, sayanya yang akan bingung dan keteteran sendiri.

Jadilah, saya mundur ke belakang lagi dan kembali mengaktifkan mode jelangkung atau kalau dalam bahasa blogger mah silent reader. Mode dimana saya memilih menjadi pembaca saja.

Saya mau tidak mau harus mengurangi interaksi di dunia para blogger dan caranya dengan membuat setting “otomatis” yang memberi instruksi kapan mode jelangkung harus aktif.

Kapan mode jelangkung aktif?

Ketika topiknya tidak saya kuasai , contohnya : review buku, review kosmetik sudah pasti, drakor, drama Jepang, film, musik, travel, saya cenderung memilih membaca saja karena kalaupun berkomentar maka yang saya katakan tidak akan ada “isinya” sama sekali.

Masa sih saya harus berkomentar, “Ohh keren amat mas/mbak”, “Tempatnya bagus banget dan saya jadi pingin ke sana”, “Waduh bukunya bagus banget hurufnya gede-gede”.

Sekali dua bisa lah seperti itu, tetapi terus menerus, ya bingung.

Ketika mendengarkan cerita : saya pendengar yang baik, tetapi bukan orang yang baik dalam hal berbasa basi.

Di rumah pun, kalau saya mendengar tetangga bercerita dia pergi berwisata ke sana ke sini dan saya tidak kenal tempatnya, komentar saya biasanya, “Ohh… Gitu ya?” atau lebih parah “Ohh.. terus“. Perbendaharaan kata basa basi saya minim sekali.

Dan, karena hampir semua tulisan traveling biasanya “bercerita”, maka mode jelangkung otomatis aktif, karena saya langsung berperan sebagai “pendengar”.

Ketika tidak ada yang “menyentil” : saya suka fotografi, suka “berantem”, suka berargumen, suka ngeblog, suka tanaman hias, suka wajah cantik (ehm), dan banyak hal lainnya. Karena itulah, terkadang meski topik pembahasannya sudah mengaktifkan mode jelangkung, saya bisa menonaktifkannya dan memilih terlibat.

Contohnya, sebuah tulisan di blog Jezibel Alfiya berjudul “My Kind of A Capella“. Topiknya di luar jangkauan saya banget karena saya sama sekali tidak mengerti soal musik dan menilainya. Namun, saya memberikan komentar “puaanjaaanngg”.

Mau tahu kenapa alasannya? Sebuah kalimat di dalam tulisan itu “menyentil” saya. Kalimatnya, “Ada nggak sih yang masih harus mengabdi kepada perusahaan tapi bisa tetep nge-blog dengan aman dan nyaman? Boleh dong share tips nya di kolom komentar” . Gue banget gitu loh!

Cuma itu saja dan saya seperti diberi ruang untuk “terlibat”. Kalau itu tidak ada, maka mode jelangkung tetap aktif. Saya diam dan membaca.

Ketika tidak ada canda : saya orang yang serius dalam segala hal, termasuk bercanda. Saya tidak mengerti cerpen dan tahunya hanya baca saja tetapi di blog Sarilah punya mas Agus Warteg itu banyak canda dan teman bercanda. Suasananya juga begitu, jadi dengan senang hati saya ikutan.

Hal yang sama saya lakukan di blog Mbak Mbul Nita dan Kangmas Raden Tong Satria. Di sana banyak teman sedang bercanda, dan saya sering berulangkali datang hanya sekedar ingin ikutan ketawa dan ngakak.

Selain yang disebut di atas, belakangan ini, saya juga mempertimbangkan “manfaat” dari komentar yang saya tinggalkan. Maklum sudah tua, jadi mikirnya agak rumit, tapi bisa jadi juga karena saya tidak suka basa basi. Sikap yang sebenarnya saya juga lakukan di dunia nyata karena itulah saya disebut orang yang galak dan kaku.

Mana yang Kawan MM akan pilih, kalau dihadapkan pada dua pilihan, yaitu

  1. blog yang ramai dikomentari
  2. blog yang sepi komentar

Kalau saya diberikan pilihan itu, maka saya pilih yang kedua. Karena kalau saya pikir, komentar saya mungkin bisa memberikan sinyal kepada si pemilik blog bahwa ada loh orang yang care, tertarik dan perhatian pada pemikiranmu.

Belajar dari pengalaman, terkadang hal seperti itu bisa perlahan menumbuhkan kepercayaan diri bagi sang blogger dan mungkin bisa mendorongnya untuk lebih terlibat atau aktif.

Memang, kawan yang tidak dikomentari akan mungkin berpandangan berbeda, seperti celetukan mas Him (rasanya dia tidak serius dan sekedar bercanda). Tapi, toh peran saya seharusnya sudah tergantikan oleh ramainya para pengomentar yang lain yang memberikan dukungan. Komentar saya mungkin lebih bisa bermanfaat di blog yang kurang ramai.

Prinsip pemikiran ini berdasar pada ajaran orangtua, adil itu tidak selalu harus sama rata. Kalau saya misalkan punya rejeki 1 juta dan mau berbagi kepada saudara, saya akan “memilah”. Yang sudah mampu mandiri, mungkin hanya 100 ribu, sedangkan yang lebih butuh, mungkin saya beri 900 ribu.

Dan, waktu saya tidak banyak untuk BW, maka alokasinya mungkin akan berbeda untuk setiap blog.

Resikonya, ya memang, saya bisa dipandang tidak “care” pada yang satu dan lebih pilih ke yang lain. Sesuatu yang saya terima karena memang kadang tidak bisa dihindari dengan keterbatasan yang ada.

Bisa jadi, dalam urusan BW, saya dipandang lebih pro ke lingkaran pertemanan yang satu dan mengabaikan yang lain. Yah, apa mau dikata karena memang bisa terlihat begitu. Tetapi, dasarnya, saya tidak pernah melupakan teman. Sama mantan saja saya masih tetap kenal dan peduli , masa sih sama teman bisa lupa.

Walau saya tidak yakin ada Kawan MM yang berpikiran seperti itu, tapi tidak ada salahnya kalau saya mengatakan hal ini. Kalau saya tidak berkomentar di blog Kawan MM, bukan karena saya tidak mau kenal, beranjangsana, dan berinteraksi. Jauh sekali dari pikiran seperti itu, hanya saja terkadang situasi “memaksa” saya harus memilih.

Untuk itu, untungnya, saya cukup punya stok kata, “Sorry ya bro/sis. Punten teu tiasa ulin nuju aya padamelan yeuh (Maaf, nggak bisa maen, kebetulan sedang ada kesibukan”.

Akhirul kata, terima kasih kepada mas Himawan yang sudah membuat saya merasa menjadi seperti orang “penting” dengan candaannya (*nulis kalimat ini sambil nahan ketawa yang sudah mau tersembur keluar dan sangat mungkin setelah tulisan ini terbit, saya sedang ngakak*).

Bogor, 5 Desember 2020

28 thoughts on “Waduh, Tidak Meninggalkan Komentar = Tidak Mau Kenal?”

  1. eh aku tadi blom komen agak panjangan ya…wwkwkwk takut dikemplang…yauda taktambahin lagi….tapi dikit πŸ˜€

    mengenai lebih sering komen di lingkaran yang aku suka itu sekarang sedang aku lakukan…

    bahkan uda lama banget aku ga baca satu-dua lingkaran yang sebelumnya sempat digadang gadang aku termasuk di dalamnya…tapi ntah siapa yang menggadang gadang hal tersebut aku tidak tahu, sebab sebenarnya aku blogger yang bebas berkelana kemana saja, tidak terikat pada satu circle tertentu…dan tidak mau….takut repot, takut dibaperin, takut disentimenin, dll…huehehe…

    untuk case topik blogwalking
    bisa jadi aku ga sebaik hati mas anton yang masih menerapkan metode jelangkungan karena seenggaknya mbaca walau ga komentar…. kalau aku mungkin bahkan sekarang uda ga pernah lagi baca beberapa blog yang dulu sering aku tongkrongin
    ya itu zona nyaman saja lah…walaupun ga perlu aku jelaskan kenapanya…

    mungkin sekarang aku memang lebih suka memilih bacaan yang kusuka aja sehingga aku bisa menikmati blognya bukannya malah berkerut keningnya setelah main ke suatu blog hahahhahaha

    tapi untuk blog yang aku suka, aku masih breakdown lagi…antara komen dan ga komen…kurang lebih alasannya sama dengan yang dah diterangkan di atas..kalau lagi pengen komen ya komen, kalau ga ya ga…as simple as that #semoga bahasa inggrisku ga salah

    demikian….:D

    Reply
    • Dikit tapi kok panjang yah Mbul… ini sih namanya bukan dikit.

      Kupikir ada kesamaan sih Mbul, dikit tapinya soalnya saya tidak selangsing dikau.. wakakakak.. saya senang bebas berkelana kok. Lebih leluasa ke sana ke mari tanpa beban.

      O ya, berarti saya baik hati dong yah.. #tumben ada yang bilang begitu. Mungkin karena saya memang suka banget baca Mbul, dulu aja kertas bungkus ikan asin dibaca, ya apalagi blog. Kupikir semua orang punya zona nyaman masing-masing… dan saya mah nda akan mempermasalahkan hahaha ..

      Jadi, sudah panjang panjang gini, aku masuk kategori yang mana Mbul… hayo ngaku..

      Bahasa Inggrisnya aku nda ngerti Mbul.. jadi aku nda bisa nilai, maklum aku mah apa atuh, cuma wong kampung saja..

      Makasih ya Mbul da balik lagi dan berkomentar dddiiiiiiiiiiiiiiiiikiiiiiiiiiiiitttttttt

      Reply
      • Langsing apanya nih mas wkwkwkkw

        Langsing badannya apa komentarnya, apa apanya neeeh 😁

        Mas anton orangnya baik hati kok, asli suwer tekewer kewer lagi bijaksana dan ngemong banget, eaaaa…terutama klo kuperhatikan mas anton tuh kelihatan so sweetnya di circle ciwi ciwi smart ya mas kayak mas anton pas komen2 ke mba creameno dan mbak word of dreamer tuh yang kelihatan so sweet banget dan penuh puja puji ihiiiw, beda kalau komen ke si mbul atau lainnya hahahhah… #canda… e tapi ibarate sama deng kayak aku ngebucinin blog bang pepet hahhahahha…kira kira perbandingannya gitu kali yes wkwkkw

        Iki aku ngemeng apa yaaaa hahah

        Just kidding…guyon mas anton πŸ˜€

      • Langsing badannya.. kalau komentarnya itu paradoks, bilangnya dikit, tapi buaanyaakkk..

        Kupikir semua kawan blogger ciwik (#nape gue jadi ikutan pake kata ini yah) yang kukenal semua smart. Cuma gayanya yang berbeda satu sama lain..

        Hahahahaha kadang kalau berhadapan dengan kalian itu, persis kayak ngadepin adik-adik dan kakakku yang semua ciwik. Gayanya beda-beda. Makanya aku menyesuaikan dengan situasi dan kondisi. Habis aku kalau ngadepin kamu bawaannya mau ngakak terus piye Mbul… Nggak nahan sama mata jengkolnya. Mirip banget sama ponakan-ponakanku yang suka melotot begitu.. wakakakakaka..

        Ngomen gayane si Mbul.. si mata belo…. πŸ˜€

  2. Waaah mas Him yang komentarnya selalu lebih dari 100 bahkan kadang bisa tembus 200 saja bisa berpikir demikian, berarti mas Anton sangat berarti untuknya 😁 hehehehe. By the way, saya pribadi merasa kok, ada teman yang kadang lebih memilih jadi jelangkung (seperti istilah mas) di blog saya (salah satunya mas Anton juga), tapi saya menganggap itu wajar πŸ˜‚ Karena teman-teman pun pasti sibuk dengan aktivitas in real lifenya, jadi buat saya, tulisan saya dibaca saja sudah syukur, kalau dapat komentar berarti itu bonus. Yaay πŸ₯³ Wk.

    Saya pun (dan saya yakin banyak teman lain pun), pasti pakai mode jelangkung untuk topik-topik yang mungkin susah dikomentari atau saya sebagai komentator nggak punya kapasitas untuk mengomentari πŸ™ˆ Jujur, kalau sudah begitu, saya hanya bisa baca, kawatirnya kalau nekat kasih komentar tapi nggak makesense justru jadi membuat nggak nyaman penulisnya. Hahahaha πŸ˜‚

    Tapiiiii, kalau saya suka topiknya, atau bucin sama penulisnya, biasanya saya akan baca dan komentar tulisan-tulisannya. Though kadang ada ke-skip satu dua, tapi mostly pasti ada jejak saya di blognya. Begini nih kalau sudah bucin, pasti nggak mau ketinggalan kereta πŸ˜‚ hahahahaha. Intinya begitu deh, jadi saya merasa wajar kalau ada teman yang nggak komentar di blog kita, tapi semoga mas Anton bisa lebih sering main ke blog mas Him *saya juga* *saya tuh kalau urusan baca cepat, tapi kalau komentar suka lambat kecuali pas on seperti sekarang* — nah blog mas Him ini, baru ditinggal sehari dua hari tuh komennya sudah panjang sampai bawah. Kayaknya saya baru sekali atau dua kali jadi yang awal-awal πŸ™ˆ Kalau sudah begitu, saya langsung berpikir, “Baiklah, next time saja gue komennya.” eeeeh ndilalah, next time begitu lagi kejadian πŸ˜‚

    Reply
    • Wakakakakaka…. #kompor… hahahaha… makanya saya ngakak banget bacanya. Mas Him itu becandanya bisaan bangettt dah… Tapi saya ga rugi jadi punya satu tulisan baru.

      Buat saya juga wajar kok Eno kalau ada yang memang tidak mau berkomentar dengan alasan apapun. Kayaknya juga ga beda dengan sikap banyak blogger.

      Aaamiiin semoga saya segera diberi hidayah dalam hal itu.. wakakakakaka….

      *Kok sama sih soal next time deh.. dan besoknya next time lagi… πŸ˜€

      Reply
  3. Wow… saya tidak menyangka, ternyata pak Anton memikirkan tentang komentar sampai sebegitu “dalam”nya, mengalahkan palung Mariana… wkwk

    Sebagai orang yang juga sering silent reader, saya merasa related dengan Pak Anton, dalam hal jarang meninggalkan komen karena waktu yang “tipis” (semoga dompetnya ga ikut tipis :)) ).

    Saya pribadi juga bukan yg ngarep banget dikomenin blog-nya. Sudah dibaca saja saya sudah senang sekali. Apalagi kalau ada hikmah yang bisa diambil. Walaupun mungkin seringnya hanya tulisan geje, tapi kalau dengan ke-geje-an tersebut bisa bikin yang baca senyum2 dikit aja, walaupun saya nggak tau dia senyum2 sendiri, saya tetap senang… *komen macam apa ini? ^^”*

    Reply
    • Ini namanya komen ala Hicha yang mudah-mudahan akan menjadi wanita setangguh Cory Aquino.. Aaamiin.. πŸ˜€ Juga semoga kita semua dompetnya juga nggak pernah tipis asal jangan tebal karena bon saja… (Ini bagian terpenting kan :-D)

      Yuppppp, saya mulai berpikir seperti itu Hicha. Ada keinginan supaya rekan sesama blogger tahu bahwa ada kawan-kawan di luar yang “mendukung” meski dalam bentuk kecil, komentar saja. Dengan begitu setidaknya ada satu dua orang yang jadi semakin aktif dalam ngeblog.

      Insya Allah tulisan kita akan ditemukan orang yang bisa memanfaatkannya . Yakin saja Hicha.

      Btw, tulisanmu bukan tulisan geje menurut saya mah, cuma bloggernya saja yang menyebutnya demikian. hahahaha

      Reply
  4. Ola Kak Anton~
    Sama seperti yang aku rasakan belakangan ini, aku juga jadi lebih banyak silent reader karena aku sadar nggak semua tulisan bisa dan harus dikomentari πŸ˜‚
    Juga ada beberapa tulisan yang bahkan kadang nggak aku baca dan langsung skip ke yang lain sebab aku merasa pembahasannya sedang tidak klik buatku. Kecuali, kalau udah bucin (sama kayak Kak Eno), aku pasti baca terusss semua postingannya karena takut ketinggalan 🀣 meskipun nggak ninggalin jejak sama sekali, tapi aku bacaaaa.
    Sooo, aku juga mengerti kalau ada teman yang hanya jadi SR. Udah ada yang baca aja, aku bersyukur sekali πŸ™ˆ
    Semoga teman-teman yang tidak ditinggali komentar di blognya, bisa mengerti akan hal ini ya πŸ™πŸ»

    Reply
    • Hola Peri Kecil.. sudah ketemu belum alamat si kampret/codot.. wakakakakaka

      Sadar kok bahwa Lia sepertinya banyak menjadi silent reader belakangan ini. Lagi sibuk banget yah?

      Ya sebenarnya sama juga Li. Kadang saya juga bingung karena nggak ngeklik dengan aku saat itu. Jadi, kadang ya dilewati saja dan cari yang lebih nyambung. Pada dasarnya sih, saya pikir sama semua blogger juga.. hahahah (termasuk saya juga)

      Kalau bucin mah.. saya tidak bisa komentar.. wakakakakakak…

      Pasti lah dan saya yakin semua teman-teman pun menyadari kalau kita punya keterbatasan, terutama dalam hal waktu.

      Insya Allah mereka juga akan mengerti… hahaha Palagi sama peri kecil kayak kamu

      Reply
  5. Nah, itu dia. Aku sibuk karena meditasi nyari alamat om kampret dimana 🀣

    Btw, aku ada ninggalin komentar di post ke-2 sebelum post ini tapi kayaknya nggak masuk ya? πŸ€”

    Iya. Semoga teman-teman bisa mengerti. Kadang ada rasa nggak enak saat udah baca tapi nggak berkomentar πŸ˜‚
    Namun perasaan itu harus disingkirkan daripada berkomentar hanya sekedar “formalitas” aja, jadi nggak ada hatinya di tulisan eaaa

    Reply
    • Kan disuruh nanya ke Bang Poci dan Bang Pepet.. masa mereka ga ngasih tahu sih.. hahahahaha

      Nggak ada tuh Lia… cuma satu yang masuk…

      Pasti mengerti kok.. hahahaha Iya sih memang kadang nggak enak.. tapi habis gimana dong #menanti bantuan sang peri kecil

      Reply
  6. Saya pun kalau blog walking terkadang tidak meninggalkan komentar kalau ketemu dengan topik yang tidak saya mengerti tapi itu jarang banget terjadi biasanya biar topiknya tidak saya mengerti bila sudah membacanya ada saja kata-kata yang timbul untuk dijadikan komentar.

    Reply
    • Berarti mas Superman kreatif sekali. Soale saya kadang bener-bener nggak mudeng. Kayak pas masuk bahas soal kosmetik.. lah kan ntar jenis lipstik saya ketahuan.. hahahahaha

      Itu yang saya sebut “nyentil” mas.. kata-kata yang mengundang.. cuma memang saya kurang kreatif dalam hal ini

      Reply
  7. “Waduh bukunya bagus banget hurufnya gede-gede”
    qiqiqiqiqiqi, saya pernah komentar gitu di salah satu review buku, ternyata masuk akal juga ya, padahal saya asal aja tuh nulisnya, soalnya yang paling saya suka tulisannya gede, jadi mata minus saya kagak sakit hahahaha.

    Btw, kalau saya seringnya jelangkung di saat nggak buka laptop Pak.
    Meski temanya menarik, jarang banget saya langsung komen, karena saya nggak suka nulis di hape, nggak nyaman aja rasanya, jari saya kegedean hahaha.

    Jadi saya biasanya baca aja, dan nunggu pas bisa buka laptop baru deh komen πŸ˜€

    Tulisan ini amat sangat melukiskan betapa pak Anton itu udah bisa dibilang mbahnya ngeblog ya, jadi udah tahu banget apa yang disuka maupun nggak disuka.

    Sayapun ada beberapa tema yang kurang saya minati, tapi balik lagi ke gaya nulis sih.
    Review buku, kadang saya nggak suka, tapi kalau ada personal touchnya macam review si mama Thessa, itu yang menarik buat saya.

    Dan kayaknya memang, even temanya menarik, kalau gaya menulis terlalu kaku, jadinya bingung juga cara komentarnya πŸ˜€

    Dan yang paling saya sukain memang tulisan curhat, masalah-masalah keseharian, opini, suka banget dah bacanya.

    Kalau traveling juga sama, sejujurnya saya kurang paham, terlebih saya kan belom pernah traveling jauh kek teman-teman, jadi kalau penulisannay cuman gambarin lokasinya, biasanya saya bingung komennya.

    Beda lagi kalau ada personal touchnya, kayak Mba Fanny, gaya nulisnya tuh udah di otak saya banget, jadi nyampe banget apa yang dia tulis.
    Demikian juga si Mba Inun, ciri khasnya yang simple itu bikin saya bisa dengan mudah mengenali maksud tulisannya πŸ˜€

    Etapi lagi, betul kata bapak, kadang memang komen becanda juga jauh lebih menyenangkan, kayak di blognya KangSat, rasanya kok semua kumpul buat bercanda hahahaha.

    Oh ya, mengenai yan meninggalkan komentar, sejujurnya hanya yang ikut list BW dan nggak ninggalin komentar yang bikin saya manyun, kan memang itu kewajiban, hahaha.

    Kalau teman lainnya mah, santai aja.
    Saya bahkan sungkan, akhir-akhir ini masih sangat terbatas waktu buat ninggalin komen karena lagi ada kerjaan di IG, jadinya cuman bisa baca-baca aja, belom sempat komen.

    Reply
    • Wuiiih… orderannya banyak nih maen di IG.. wakakakak syukurlah Rey. Nggak masalah lah, fokus dulu pada hal yang penting.

      Kalau lamban dalam BW dan meninggalkan komentar, saya sih yakin semua bakalan mengerti kok. Bagaimanapun banyak hal yang memang harus diprioritaskan. Saya juga mau nda mau ya harus begitu walau kadang keinginannya banyak #sama kan?

      Kalau soal yang lainnya, saya juga ngalamin. Kayak review buku, kadang saya bingung mo komentar apa, apalagi saya sudah tidak baca buku lagi.. ahahaha.. jadi kreativitas dalam hal ini tidak bertambah. Soal traveling, hem, lah bener bingit itu.. kadang juga saya bingung.. hahahahahaha

      yo wis, poko’e banyak yang sama kayaknya dalam hal ini yah..

      By the way, saya bukan mbahnya blogger.. ketuaan.. cucu aja belum punya

      Reply
    • aku melihat ada menyebut namaku disini hehehe
      kalau model komenku acak-kadul pak, ketika BW, tab yang dibuka bisa lebih dari 3 blog, setelah komen 1-2 post di blog A, loncat buka blog B + komen, lalu buka blog C baca baca 1 post dan belum komen, lalu pindah lagi ke blog A. muter ae gitu. jadi komen di blog C bisa kelupaan ga komen.

      Reply
      • Nunn… Bangun.. saya panggil lagi tuh.. dateng dong.. πŸ˜›

        Nah, hahahaha saya juga sering gitu Nun… Ternyata kita orang yang serakah juga yah, demen multitasking..hasilnya ya begitu lah

  8. Kalau yang ini gw cuma mau numpang ketawa saja ..Haaahaaaaaa!!..🀣🀣🀣

    Sebenarnya banyak blogger yang bilang begitu kedirimu kong….Kalau blogger bertopi mungkin ada alasannya juga….Karena dia hobi ngumpulin komentar banyak ke blognya kalau bisa sampai 200 lebih komentar..🀣 🀣 🀣

    Bulan kemarin dia juga bilang kesaya kalau adsensenya sudah diterima google… Karena iklannya sedikit dia minta bantuan kesaya agar iklannya banyak berjejer..🀣 🀣 dia juga jujur bilang kalau dirinya tulalit sama kode2 html terlebih kode pemasangan iklan diblog. Akhirnya saya kasih panduan, dia mengikutinya dari malam sampai ketemu siang baru dia mudeng dengan kode2 iklan….Akhirnya blognya banyak iklannya pada berjejer..🀣 🀣

    Sampai saya menanyakan buat iklan sebanyak itu…. Kata beliau iya suka melihat blog banyak iklannya…Lebih percaya diri katanya….Dan kalau untuk hasil ia tak mengharapkan juga dari adsendse..🀣 🀣 Gw cuma bisa geleng2..🀣 🀣.

    Gw malah iklan adsense gw hapus di blog satunya…cuma 350 ribu…Kelamaan mending gw hapus.🀣 🀣 🀣 🀣

    Eehh lupa dapat salam ente dari Bang Day…Suruh komentar di blognya, Jangan mau didatangin doang…🀣 🀣 🀣

    Gw mau jadi kompor saja dah…Biar bisa manas-manasin orang..🀣 🀣 🀣

    Reply
    • Kompor lu dah.. bener-bener neeehh… mledug….

      O yah.. wuiihh selamat wat Mas Himawan atas penobatan menjadi bagian keluarga Adsense deh, semoga rejekinya tambah lancar dan bisa nambah cerita terus…

      Yawda kalo ketemu sama Bang Day sampein salam yah… hahaha (padahal dipikir pikir gue dah beberapa kali jalan jalan ke blognya yah cuma ga ninggalin komen doang).. waduhh kebiasaan buruk neh..

      Ternyata elu tukang gosip juga ya Tong.. wakakakakaka… blogger aki aki digosipin…

      Reply
  9. Oalaaah td aku mikir dulu siapa blogger bertopi, ternyata mas him toh :D.

    Aku ngerti kok mas, kalo ada beberapa blogger yg LBH suka jd silent reader. Bukan berarti sombong, tapi lebih Krn dia ga mau ninggalin komentar basa basi :p. Malah bagus sbnrnya, drpd komen cm ‘nice post gan’, ato, ‘waah mbaaa bagus bgt yaa tempatnya’, kesannya malah spamming dan ga ikhlas kasih komen. Apalagi kalo jelas2 yg ditanya udah dipost dalam isi :p. Jujur, aku males kalo ketemu komen yg begitu. Ga baca isi, tp ngasal di komen.

    Yg begini, tergantung mood ku banget deh. Bisa jd aku tendang ke spam kalo bad mood, ato ttp aku approve komennya, cm aku males BW :D.

    Aku g akan anggab yg males komen itu sombong ato ga mau kenal. Kesibukan orang2 toh beda. Lah kalo aku yg pengangguran cuma ngeliatin pergerakan saham lwt hp, itu juga cuma sampe jam 15.30, waktuku ya jelas banyak utk ngelakuin BW :D. Makanya sehari aku bisa 15-20 blog. Tapi temen2 yg memang ada kerjaan kantoran, bisnis dll, ya ga mungkinlah, belum lagi yg ada anak :D. Ya kaliii aku paksa utk mampir ke blog banyak orang tiap hari :p.

    Asalkan udah kamu mampir sesekali, itu aja udah seneng kok :D. Berarti kita diinget πŸ˜‰

    Reply
    • Kok saya baca komentarmu, jadi minder gini yah.. hahaha. Saya masih banting tulang, Fanny “mengamati pergerakan saham”. Hadeuh, mauuu bangeettt kayak gitu.. #mlipir ke pojokan.

      Makasih atas pengertiannya Fan, saya sih yakin kamu mah pasti mengerti. Kebetulan kalau baca komentarmu semua tidak ada yang “pendek” dan biasanya semua relate dengan isi tulisan, jadi buat saya itu pertanda bahwa dalam hal berkomentar pun Fanny selalu melakukan yang “terbaik” dan bukan asal-asalan.

      Nda heran juga kalo komentar asal-asalan pasti ditendang sama dikau.. wakakakak

      Pasti inget Fan. Saya tidak melupakan teman dan memang kadang datang, cuma untuk interaksi kadang ada banyak hal yang mempengaruhi. Bukan berarti tidak mau berteman..

      Reply
  10. Kalo menurutku sih jika memang waktu buat blog walking sedikit maka sebaiknya memang tidak terlalu ngoyo karena nanti malah keteteran sendiri.

    Kalo aku ngeblog tidak terlalu ngoyo sih, jika memang tidak ada waktu buat ngeblog karena sibuk di dunia nyata maka ngeblog aku tinggalkan, karena bagiku dunia nyata lebih utama. Sudah hampir seminggu ini tidak ngeblog atau BlogWalking karena ada kegiatan penting.

    Soal komentar di artikel yang tidak aku kuasai juga sama, misalnya bahas produk kecantikan maka biasanya aku kadang komentar kadang ngga, kalo komentar biasanya yang aku tahu saja sih.

    Reply
    • Iya lah Mas, memang seharusnya begitu bagi seorang blogger part timer. Ada prioritas yang lebih penting yang harus dilakukan.

      Kayak saya juga begitu kalau si Kumendan di rumah minta anter kemana, ya saya dahulukan. Bagaimanapun dia prioritasnya di atas kegiatan ngeblog. Begitu juga kalau kantor sedang banyak kerjaan mah, yah terpaksa ngeblog nyingkir dulu.

      Tapi memang saya belakangan mengurangi blogwalking karena memang ketersediaan waktu bener-bener tipis banget dah.

      Waduh mas Agus masih bagus ada “kadang”, saya mah keburu nyerah deh kalau yang begitu mah

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply