Bagaimana Saya Mengembangkan Ide ?

Selamat Malam Kawan MM!

Pertanyaannya sederhana, tetapi jawabannya sulit untuk disederhanakan. Pertanyaan singkat, tetapi jawabannya bisa menjadi sebuah tulisan yang sangat panjang dan bahkan kalau diteruskan bisa dijadikan sebuah buku.

Bang Martin Karakabu mengajukan dua pertanyaan, yang pada akhirnya mengilhami hadirnya kategori REQUEST di blog MM.

Yang pertama ia bertanya tentang bagaimana saya mengatur waktu sehingga bisa mengurus 14 blog. Pertanyaan ini sudah saya jabarkan dalam tulisan “Bagaimana saya mengatur waktu untuk ngelog?“.

Nah, untuk yang kedua, pertanyaannya sama, hanya satu baris, yaitu “Bagaimana saya mengembangkan ide?

Bagaimana? Apa yang saya lakukan sehingga sepertinya tidak kehabisan ide untuk mengisi ke-14 blog yang saya kelola? Kok sepertinya ada saja ide untuk dijadikan bahan tulisan.

Penjelasan saya seperti di bawah ini.

Menghilangkan sekat

Banyak blogger sering mengatakan bahwa mereka “kehabisan ide” untuk dijadikan tulisan. Mereka seperti tidak bisa menemukan “sesuatu” untuk dijadikan artikel.

Sesuatu yang lucu sekali sebenarnya karena dunia ini begitu luas, iya kan? Bahkan jutaan buku yang sudah ditulis saja, sepertinya belum cukup untuk menggambarkan tentang dunia dan isinya.

Jadi, bagaimana mereka bisa sampai kehabisan ide? Faktanya, dunia dan isinya adalah sebuah sumber ide yang tidak akan pernah ada habisnya.

Menurut saya, jawabannya ada di kepala si blogger sendiri. Bukan karena dia “bodoh” karena biasanya blogger sudah banyak membaca, menonton, berdiskusi. Blogger biasanya orang yang “berpengetahuan”.

Tapi…

Saya rasa mereka terlalu banyak memasang “sekat” di kepala mereka, sehingga mereka tidak bisa “melihat“.

Bayangkan saja sebuah hal sederhana, dengan alasan ingin terlihat keren, banyak orang memakai kacamata hitam. Sebuah sekat dipasang di depan mata, hasilnya kemampuan “melihatnya” berkurang dan ditukar dengan “kelihatan keren” (atau apapun alasan lainnya).

Coba bayangkan juga, ketika Anda berada di dalam rumah, bisakah Anda melihat secara “luas”? Jawabannya TIDAK, karena pandangan kita terhalang oleh tembok, sebuah jenis sekat. Bandingkan situasi di dalam rumah dengan ketika Anda berdiri di sebuah lahan persawahan, mana yang pandangannya lebih bebas dan luas?

Iya kan?

Begitu juga kegagalan seorang blogger dalam masalah ide. Mereka tidak bodoh, bahkan biasanya sangat pintar, tetapi ada terlalu banyak sekat di kepala mereka yang menghalangi.

Ada beberapa “sekat” yang biasa ada dalam pikiran seorang blogger, seperti

  • ingin topik yang biasa mendatangkan pembaca ribuan
  • ingin supaya terlihat keren dan profesional
  • ingin supaya pembaca relate dengan tulisannya
  • ingin terlihat penting
  • ingin tulisannya “bermanfaat”
  • ingin cepat ngetop
  • dan banyak lagi sekat lainnya

Bagaimana bisa “mengembangkan” dan “memperluas” ide ketika diri sendiri sudah membangun begitu banyak “sekat” dalam dirinya sendiri? Bagaimana ia bisa memandang secara luas ketika banyak sekali “tembok” yang dibangun mengeliling pikirannya?

Oleh karena itu, langkah pertama yang saya lakukan pada hal yang berkaitan dengan ide adalah dengan membiasakan diri sendiri meruntuhkan “sekat-sekat” itu dari pikiran saya.

Saya harus bisa membiarkan diri sendiri berpikir “bebas” dari keterikatan dengan sekat-sekat tadi.

Contohnya,

  • membahas tentang nostalgia kehidupan sendiri pada dasarnya adalah sebuah ide tulisan
  • teori para pakar (atau yang mengaku pakar) internet marketing/blogger tutorial, untuk mendapatkan pembaca adalah dengan memilih topik yang dicari banyak pembaca

Mana yang Kawan MM akan pilih?

Kalau saya, saya akan buang teori itu ke tempat sampah. Karena kalau teori itu dipakai, sejak awal ide itu sudah dianggap tidak ada dan tidak berguna. Saya ingin tetap memandang ide sebagai ide.

Saya tidak peduli apakah tulisan itu nanti akan ada banyak pembaca atau tidak, tetapi nostalgia adalah ide tulisan, dan menarik untuk diri saya.

Itu sikap mental saya yang pertama dalam urusan ide.

Sebisa mungkin, teori apapun yang berkaitan dengan ide saya “lempar” ke tong sampah. Semua ide yang hadir di kepala akan diperlakukan sama, ditulis, disimpan, dan ketika waktu tersedia, saya akan menuliskannya.

Saya tidak akan melakukan cara seperti yang Bang Martin sebutkan, seperti keistimewaannya apa atau sinkron tidak dengan situasi saat ini. Buat saya yang seperti itu sekat yang menghalangi pikiran saya bergerak sebebas mungkin.

Itu kebiasaan saya yang pertama kalau berkaitan dengan masalah ide.

Sudut pandang

Agenda dari Creameno

Pamer? Bukan.

Benda di atas adalah benda yang sama, agenda pemberian seorang kawan, Creameno. Bendanya satu, tetapi bisa terlihat berbeda kalau dilihat dari sudut pandang yang berbeda.

Sebuah ide pun bisa diperlakukan sama. Ide bisa dikembangkan dengan melihat dari sudut pandang yang berbeda dan menghasilkan tulisan yang berbeda pula rasanya.

Coba imajinasikan dari berapa sudut pandang foto di atas bisa dilihat? Jawaban saya “tidak terhingga”.

  • saya bisa membuat tulisan tentang keceriaan anak-anak memancing
  • saya bisa membuat tulisan bahwa tanpa gadget pun anak-anak bisa bersenang-senang
  • saya bisa menulis tentang kurangnya sarana sanitasi (lihat latar belakangnya) bagi banyak orang Indonesia
  • saya bisa membahas mengenai kotornya lingkungan sungai
  • saya bisa membahas bagaimana membuat sebuah foto human interest
  • dan masih banyak lagi kemungkinannya

Itulah yang saya lakukan selama ini. Dari satu ide saya kembangkan menjadi ide-ide kecil lainnya sesuai dengan pengetahuan yang saya miliki.

Saya tidak mau membatasi diri apakah ide-ide itu relevan tidak dengan situasi sekarang. Tidak akan memikirkan apakah pembaca akan tertarik atau tidak, kalau hati saya mengatakan saya tertarik menulis, ya saya tulis.

Pecah Ide

Ada sebuah ide kecil, sangat kecil, seperti “Cara membuat telur dadar”.

Bagaimana menurut Kawan MM? Bisakah ide kecil itu dipecah menjadi lebih kecil dan spesifik lagi?

Saya bilang bisa. Coba saja lihat di bawah ini.

  • cara membuat telur dadar supaya tidak gosong
  • cara membuat telur dadar tanpa menghabiskan terlalu banyak minyak goreng
  • cara membuat telur dadar campur corned beef
  • cara membuat telur dadar a la blog MM
  • cara membuat telur dadar yang tipis dan garing
  • cara membuat telur dadar yang enak dan lezat

Seperti atom yang terpecah ketika berbenturan, ide pun bisa dipecah menjadi lebih kecil dan ide-ide yang lebih kecil itu bisa dipecah lagi menjadi ide-ide lain.

Tidak ada batasan, selain pengetahuan yang seseorang miliki.

♣♣♣

Jawaban saya terkesan mengambang dan tidak jelas yah?

Bisa dipandang demikian, tetapi mungkin hal itu terjadi karena saya tidak memakai teori apapun. Buat saya teori-teori itu adalah sekat yang menghambat.

Jadi, saya biarkan diri saya bebas sebebas-bebasnya dalam berpikir dan memandang sesuatu (tentu sesuai kemampuan saya).

Saya tidak punya konsep seperti yang Bang Martin Karakabu punya.

Bagi saya, apa yang Bang Martin sebutkan adalah “sekat”.

Satu-satunya konsep yang saya pakai (itupun kalau bisa disebut konsep) adalah bagaimana kata hati saya. Bila ia mengatakan tertarik pada sebuah ide, ya saya tulis. Kalau tidak, ya tidak. Saya tidak mau berpikir hal lain.

Dari sisi mana ide tersebut nanti harus dikembangkan, saya tidak punya konsep atau teori standar yang mengikat (ingat loh, saya mau bebas).

Ketika hati saya berkata (walau kadang dipaksa oleh jadwal), “Sono luh tulis ide itu“, ya saya langsung buka komputer dan kemudian menulis. Mayoritas tulisan saya dibuat dengan cara itu. Meskipun demikian, terkadang saya membuat dulu coretan kecil tentang ide-ide penunjang supaya alurnya enak dan tidak kacau balau.

Kerangka tulisan baru saya pakai kalau hendak membuat tulisan panjang (di atas 3000-4000 kata), supaya tidak ngalor ngidul. Itupun tidak kerangka karangan yang sempurna dan biasanya hanya berupa susunan ide saja dan alur yang dikehendaki.

Sama seperti tulisan ini. Dibuat hanya berdasarkan ide dari pertanyaan “Bagaimana saya mengembangkan ide” dan langsung diketikkan tanpa ada tahapan apapun. Yang ada di kepala langsung saya wujudkan dalam bentuk tulisan.

“Teori” atau “konsep” kebebasan seperti inilah yang membuat saya bisa mengelola ke 14 blog dan memiliki banyak ide. Saya membuang “sekat” di kepala dan hati.

Saya membiarkannya bebas.

14 thoughts on “Bagaimana Saya Mengembangkan Ide ?”

  1. Konsep 5W 1H masih relevan juga dipakai tidak ya sebagai jawaban atas pertanyaan diatas?

    Fotonya bagus yang anak-anak main itu. Dapet aja mas Anton.

    Agenda dari mbak Eno juga bagus, itu masnya suka nulis notes sambil diwarna-warnain atau sebagai aksen saja? XD

    Reply
    • Kalau saya sih semakin ke sini semakin nggak pake teori apa-apa Pheb.. Saya paham teori 5W 1H, dan mungkin bahkan menyarankan karena bisa bermanfaat sekali, tetapi saya benar-benar terus mengarahkan ke “kebebasan” tadi Pheb saat menulis. Nggak mikir teori sama sekali.

      Hahaha.. makasih dipuji sama fotografer handal neh..

      Nggak.. wakakakaka.. itu mah karena pas motret saya pikir warnanya terlalu gelap, jadi langsung nyari sesuatu yang berwarna dan ada lah spidol si Kribo.. wakakakakak.. seadanya dan seisengnya sajah

      Reply
  2. halo kak, saya kagum kak Anton (?) bisa mengelola begitu banyak blog. Saya setuju banget sama tulisan ini. Sekarang saya pun sering mengalami “sekat” itu sendiri yang menghalangi saya ketika ingin mengembangkan ide. Alias terlalu banyak mikir yang akhirnya berujung pada batal menulis, mengabaikan ide sebab menurut saya peluang untuk dibaca orang sedikit. Padahal niat awal saya menulis sederhana, hanya karena “ingin menulis” 😁. Terima kasih ya kak untuk penjelasan kk yang gamblang seperti ini👍🏻

    Reply
    • Hola Nisa….

      Ingin menulis atau ingin dibaca nih.. wakakakakakakak Iya Nisa kadang kita sering terjebak dalam keinginan dan ga sadar membangun sekat bagi diri sendiri.

      Makasih kembali Nisa sudah datang ke sini…

      Reply
  3. Aduuuh, sebagai seseorang yang hobi (kalau nggak mau dibilang always) pakai kacamata hitam, saya berasa dicolek nih hahahahahahaha 😂 Saya pribadi pakai kacamata hitam alasan paling mendasarnya karena silau, alasan ke dua, biar keren dong OFCOOOURSSEEEE, Wk. Dan alasan ke tiga, biar nggak perlu eye to eye sama strangers di jalan 🙈 Tapi saya akui, kacamata hitam menjadi sekat untuk saya karena kadang, yang cakep cakep jadi nggak kelihatan. Pohon contohnya, atau bunga *hayo jangan salah paham ya, saya nggak lihat cowok cakep, lho* 😂

    Lha ini kenapa bahas kacamata hitam sih, hahahaha, back to topic, saya setuju sama mas Anton, memang salah satu cara agar bisa lebih rajin update adalah nggak pakai sekat. Saya pun tadinya termasuk blogger yang bersekat, tapi semakin ke sini, saya jadi lebih terbuka. Tulis apa yang memang menurut saya menarik untuk dituliskan. Mau itu hanya cerita sehari-hari macam amboxing hadiah, atau urus cupang, dan hari ini makan apa 😁 Ya selama yang menulis suka (yaitu saya) maka akan saya tuliskan 😂

    Ini pun saya belajar dari mas Anton, yang suka bercabang tulisannya. Alias dipecah beberapa post, saya jadi ketularan. Wk. Sekian komentar dari saya 😜

    Reply
    • Santai aja di sini Eno si Kesayangan nggak bakalan baca ini.. Mau bilang ngelirik yang cakep-cakep juga boleh kok… wakakakakaka Normal sajah.

      Oooo penyuka kacamata hitam toh.. Waduh waduh, maaf dijadikan contoh.

      Hahahaha.. iyah sekarang apalagi, saya lihat Eno semakin produktif. Senang melihatnya dan saya punya banyak bacaan dong.. Itu tandanya kalau menurut saya Eno semakin dewasa dalam urusan blogging.

      Jadi, ada yang cakep kah Eno yang terlihat dari balik hitamnya kacamatamu? hahahahahaha

      Reply
  4. hihihi, salah satu alasan saya suka baca-baca tulisan Bapak Anthony ini adalah, karena saya merasa punya seseorang yang mengangkat saya, ketika saya merasa nothing dibanding blogger dengan seribu teori hahaha.

    Tidak sedikit loh sejak tahun 2018 atau tepatnya ketika saya makin aktif ngeblog, saya mendapatkan kritikan, baik yang halus, maupun yang pedas 😀

    Yang tulisan saya curcolan aja, nggak ada isinya.
    Yang saya suka buka aib, padahal loh saya bicarain aib sendiri, bukan aib orang hiks.
    Yang tulisan saya itu nggak jelas, muter-muter nggak karuan.
    Apalagi ya?
    Pokoknya banyak deh, yang rata-rata itu meremehkan banget.

    Kalaulah saya mau ngikutin sakit hati dan baper, mungkin udah lama saya nggak nulis lagi, saking merasa nothing.

    tapi kalau baca-baca di tulisan di sini, di mana saya disemangati menjadi blogger yang break the rule aja.
    Sejujurnya, makin ke sini tulisan saya jadi mbulet, mungkin saking nggak lagi kayak dulu saya nulisnya.

    Dulu sebelum nulis, saya susun dulu sub judulnya, baru dikembangkan.
    Alhasil, 1 tulisan bisa tayang 3 hari kemudian.

    Sekarang?
    Bahkan artikel buat job aja, kagak pake konsep.
    Pokoknya baca brief, ingat poin pentingnya, terutama keyword, udah deh dikembangkan dan selesai hahahaha.

    Gara-gara terus nulis nih, dan gara-gara terus nulis juga, saya bisa ikut kek wartawan media, di mana mereka ikutan event, sejam kemudian, tulisannya tayang.

    Sementara blogger kadang dikasih deadline seminggupun, masih banyak yang lewat deadline.
    Dan saya udah bisa ikutin si wartawan, di mana event hari ini, artikelnya juga bisa tayang hari ini hahaha.

    tengkiu bapak atas semua semangatnya.
    Buka semua sekat.
    Kalau bagi saya, intinya pasang kaca pembatas aja.
    Jadi, yang saya bahas selalu di titik saya aja, berusaha untuk tidak terlalu membahas masalah orang yang nggak ada kaitannya dengan saya.

    Tapi tetep pakai kaca, jadi pandangan saya bisa tembus luas 😀

    Reply
    • Tandanya dikau makin dewasa Rey.. Makin tahan banting juga. Bener banget juga pengibaratan dengan kaca. Intinya sama agar pandangan kita tidak tersekat dan bisa menjadi luas.

      Pasti lah Rey.. karena otakmu makin terbiasa berpikir bebas, cepat, jadi apapun bisa segera diwujudkan jadi tulisan. Makin lama akan makin mahir dan saya pikir Rey sudah sangat mahir dalam hal ini.

      Makasih apanya Rey, emang dikasih apa? Hahahaha bagi dong..Ini mah karena saya saja yang memang nggak mau dikekang dan ingin bebas. Makanya nggak mau juga ikutin teori apapun.

      Mungkin gaya dikau dan saya itu sama.. hahahaha

      Reply
  5. Baru sempat komentar nih kong bacanya udah dari kemarin Heehee.🤣 🤣

    Bingung Dan terkesima diriku membaca postingan ini. Bukan tanpa alasan soalnya, Apa yang ente tulis sebenarnya hampir sama sepemikirannya dengan saya.😊😊 Akan tetapi kenapa dengan 1 blog saja terkadang saya pribadi bisa keteteran..Nahloo!!..😳😳

    Setelah baca ini saya jadi tahu kualitas kemampuan saya sendiri…Penyebabnya utamanya yaa Malas, Kedua terkadang suka mengulur-ulur waktu atau kesempatan…Membuat skat…Kemungkinan juga begitu. Meski terkadang saya tidak merasa membuat skat itu sendiri, Yaa bisa jadi tanpa saya sadari mungkin seperti itu.

    Sebagai contoh … Ide di kepala saya sebenarnya banyak untuk membuat sebuah postingan bahkan selalu saya ingat terus mana yang akan saya tulis terlebih dahulu. Tetapi jika waktu untuk menulis itu ada saya suka menundanya, Yaa bukan tanpa alasan juga sih. Seperti kemarin saya bertemu dengan teman yang hobi sepeda. Sama seperti saya, Ia menanyakan saya jarang aktif lagi disepeda. Saya jawab tidak sempat lagian cuaca juga kurang mendukung. Seharusnya sesudah itu saya tinggalkan teman saya itu bukannya ngobrol ngalor ngidul yaa memakan waktu lebih dari 2 jam.

    Sampai pada akhirnya saya pulang kerumah malam karena terlibat obrolan dengan teman tadi…Dan saya masih ingat dengan ide untuk menulis dikepala saya. Sesudah dirumah saya mencoba santai sejenak dengan keluarga. Hingga waktunya nulis tiba, Ponsel saya berbunyi teman lain menelpon saya, Akhirnya ngobrol ngalor ngidul lagi. Tak terasa waktu semakin malam. Akhirnya nulis saya tunda karena besok pagi atau siang masih bisa kok, Dengan alasan ingin santai saja mendengar musik sampai ngantuk.

    Keesokan harinya ceritanya lain lagi…Banyak aktifitas lainnya yang harus dikerjakan pula…Sampai akhirnya bisa menulis setelah terlewati beberapa hari. Bahkan pemikiran jadi bercabang kalau begitu. Karena sering mengulur waktu yaa mungkin jadilah suatu kemalasan, Dan bisa juga kemalasan serta mengulur waktu yang membuat saya keteteran sendiri.😊

    Mungkin dengan adanya tulisan diatas bisa jadi pedoman bagi saya untuk tidak selalu mengulur waktu. Walau semuanya memang perlu waktu. Terkadang ngobrol sama istri dirumah juga bisa sampai malam. Jika sudah malam ide menulis ada tapi bawaan nulisnya malas malah lebih seneng nonton film di youtube Haahaaa!!…Cocok emang gw ini dijulukin blogger malas.🤣 🤣 🤣

    Reply
    • Yah… eta namanya sih “penyakit” bawaan Tong.. gue juga dulu sering begitu, cuma lama kelamaan pan bisa diubah kebiasaan teh.

      Makanya gue pilih ubah kebiasaan dan fokus. Maklum Tong bentar lagi gue pan pensiun, jadi kudu geraknya agak cepetan… hahaha

      Tapi buat yang laen mah, saya pikir sesuaikan ajah dengan kebutuhan dan keinginan masing-masing Tong. Kagak usah dipaksa daripada stress sendiri. Kalo saya sih bisa enjoy, tapi kan yang laen belon tentu..

      Iye ga Tong..

      Dah sana kelonan lagi.. kali ini ama pohon mangga

      Reply
  6. Mas Anton, kompar gas meminjam istilah pakde Indro, mantap abis. Inti yang saya tangkap adalah lihat secara keseluruhan dan kerucutkan pada satu topik.

    Kuncinya hindari sekat yang membatasi dalam menggerakan ide. Semantara itu dulu. Karena tulisan ini harus dibaca secara perlahan – lahan. terima kasih banyak mas sudah menjawab pertanyaan saya.

    Jawaban yang dihadirkan pun menginspirasi dan sangat keren. Tulisan ini harus dibaca secara khusus, bukan bacaan ala blogwalking… Maturnuhun keren bangat mas…

    Reply
    • Betul mas.. bagi saya itu memang yang terpenting. Makanya saya taruh di nomor satu karena kalau sekat itu terus ada, hasilnya bukan pengembangan ide, tetapi penyempitan ide.

      Makasih sama-sama mas Martin..

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply