Eksperimen Perubahan Gaya Menulis #01 : Contoh Pemakaian Topeng

Selamat Siang Kawan MM!

Beberapa waktu yang lalu, saya pernah menulis bahwa blogger sebenarnya memiliki 1001 topeng yang bisa dipergunakannya dalam pengelolaan blog.

Blogger punya kesempatan menampilkan berbagai karakter yang dimilikinya atau yang ingin ditanamkannya saat menulis. Saya menyebutnya sebagai “topeng”.

Topeng-topeng ini akan menjadi sarana untuk menanam citra pada pembaca seperti yang diinginkan penulisnya.

Contohnya, kebetulan, kemarin, saya menerbitkan sebuah tulisan lagi yang topiknya sebenarnya sudah pernah ditulis dalam gaya yang berbeda. (Mau tidak mau harus baca dulu kalau mau tahu bedanya)

Isinya hampir sama, hanya pada yang terakhir saya tambahkan berbagai poin yang juga sudah dibahas di berbagai tulisan lain.

Tema sama, tetapi yang satu agak serius (walau masih santai), yang kedua dengan gaya ugal-ugalan dan banyak humor.

Dua tulisan ini adalah sebuah contoh dari pemakaian “topeng karakter” yang berbeda.

Hasilnya, sudah pasti akan berbeda juga.

Tulisan pertama akan cenderung mendorong pembaca blog MM tetap berpegang pada asumsi bahwa blogger di belakang blog MM itu orangnya blak-blakan, tukang berantem, dan badass (berandalan) yang memang sudah ditanamkan sejak awal di blog MM.

Sedangkan yang kedua, akan memperlihatkan sisi jenaka dari orang yang sama. Kalau diteruskan dan dilanjutkan secara rutin, maka perlahan akan terjadi perubahan karakter di benak pembacanya.

Setiap blogger memiliki kesempatan itu, kalau ia mau “memakai” dan terus berusaha mengembangkan potensinya, serta mau menggali berbagai gaya penulisan lain. Bukan hanya terfokus pada satu gaya yang sama terus menerus.

Apakah bloggernya mau atau tidak adalah lain hal. Mau pakai topeng buatan atau memakai topeng karakter diri sendiri adalah opsi.

Tetapi potensi untuk membuat sebanyak mungkin “topeng” memang sudah dikaruniakan kepada manusia sejak lahir. Bagaimanapun manusia akan selalu memiliki banyak dan memakai topeng dalam kehidupannya.

Ini hanyalah sebuah contoh pemakaian topeng oleh seorang penulis/blogger saja.

Sebuah tema yang sama bisa dibuat dua kali, tetapi akan tetap terasa berbeda karena “topeng gaya penulisannya” dibuat berbeda.

Dimana topeng-topeng ini bisa dipakai? Ya dimana-mana, di blogpost, saat menjawab komentar, saat berkomentar di blog orang lain, selama disana memerlukan menulis, maka topeng apapun bisa dipakai.

Apakah saya selalu memakainya?

Seringnya begitu, tetapi tidak selalu. Terkadang ada waktu dimana saya terlalu capek untuk berpikir dan melepas diri untuk menulis apa yang memang saya rasakan. Saat itu biasanya saya tidak memakai topeng dan tidak begitu khawatir diketahui, karena toh akan tersamar dengan berbagai topeng yang sudah “disebarkan” sebelumya.

Kapan tepatnya, silakan tebak sendiri kalau mau. Kalau tidak, ya tidak apa-apa juga. Tidak akan ada yang memaksa.

(Sekedar reminder saja, memilih jalan yang manapun tidak membuat Anda berarti lebih baik dari pemilih jalan yang lainnya. Anda memilih menunjukkan karakter diri sendiri, ya monggo, tetapi bukan berarti Anda lebih pintar dan lebih baik dari yang memilih topeng karakter yang bukan dirinya. Bisa jadi Anda sedang melakukan sebuah kebodohan, walau bisa juga Anda sedang berbuat sesuatu yang cerdas

Kalau Anda berpikiran bahwa Anda lebih baik karena memilih salah satu jalan, berarti Anda orang bodoh yang terlalu tinggi memandang dirinya sendiri~begitu menurut saya)

27 thoughts on “Eksperimen Perubahan Gaya Menulis #01 : Contoh Pemakaian Topeng”

  1. diantara opsi 2 artikel itu : aku lebih suka versi wawancara antara kong dan ntong wkwkwkkw

    ketawa ketawa sesekali lah baca MM biar ada lawakannya dikit

    lagi jadi bikin ku ngebayangin andai si engkongnya aku bikinkeun komik atawa manga genre harem dengan ke -13 bini yang aslinya bijak n waissss (wise) dalam memberikan wejangan ngeblog tapi juga agak gendeng wkwkwkkwk…kocak ah…hahhahah

    Reply
    • Dah diduga, orang yang takut sama si Ronin, pasti suka sama si Engkong.. hahahahahaha..

      Boleh banget tuh idenya bikin komik si Engkong, cuma tolong tambahin bininya dong.. masa cuma 13, jadiin 31 lah.. bia tambah seru.. waakakak

      Reply
  2. Yaa gw juga sudah menduga dari postingan kemarin, Intinya topeng, Gaya, Perubahan dalam penulisan satu blog memang diperlukan agar tidak monoton.😊😊

    Namun entah mengapa saya pribadi lebih suka hal jenaka di blog si Anton…Meski bukan paksaan juga sih…😊😊 Yaa apapun itu tetap peran topeng dan gaya entelah yang berhak memutuskannya. Dan gw tetap enjoy2 saja jika berkunjung keblog MM.

    Dan masalah Ngereview para blogger gw juga dapat ide dari blog MM ini…Berawal niat ingin membuat cerpen..Karena waktu nggak cukup lebih banyak pekerjaan di Duta..Yaa sempat tertunda sehari, Dan setelah banyak baca diblog MM gw tertarik ingin mencoba mereview para blogger dari mulai yang gw kenal dulu seperti contoh blog si Agus, Blog Si Mbul , Dan blog MM termasuk juga..😁😁

    Karena bahannya sudah ada tinggal bagaimana kita mengapresiasikannya saja dengan cara yang berbeda.😊 Ibarat kita lapar yang masakin nggak ada, Bahan banyak kenapa kita tidak coba untuk masak sendiri..😁

    Udeh dulu yee kong si anu minta di kelonin melulu nih..🤣 🤣

    Reply
  3. Kalau saya biasanya tergantung suasana hati Kang, kalau suasana hati saya sedang marah atau kacau biasanya jati diri asli saya muncul yaitu arogan, egois, tajam tapi tetap pakai emot smile sebagai topengnya.

    Kalau lagi senang saya bisa sangat berbahaya, saya bisa meremehkan orang lain, mengejek bahkan kurang ajar tapi tetap emot smile gak ketinggalan sebagai topeng.

    Tapi kadang juga random, suasana hati seperti apapun seringnya saya ngomong tidak jelas karena sepertinya saya memang tipe orang gak jelas tapi untungnya tampan dan baik hati, haha..

    Reply
  4. nitip komen atu lagi…setuju banget ama quote terakhirnya mas anton…hihi

    tidak merendahkan topeng yang digunakan orang lain dan merasa diri paling baik hanya karena melihat orang yang memakai topeng berbeda itu tidak seperti dirinya yang terlihat sempurna dan suci…asyeeeegh ah…ini aku suka deh quotenya huahahhahahahahah

    Reply
  5. Manggut-manggut..

    Mungkin kalau saya nggak salah tangkap itu spt gaya bercerita penulis yg berganti-ganti ya mas Anton. Mirip seperti di seri novel Supernovanya Dee. Tetap pakai kata ganti org pertama, tapi cara berpikir sampai cara berdialog karakternya berbeda2. Mgk bukan persona Dee tapi kekuatan imajinasinya yg kuat bermain.

    Reply
    • Kira-kira begitu lah Phebie, bagaimanapun menulis kan butuh imajinasi yang kuat, bahkan untuk menulis skripsi sekalipun.

      Semakin kuat daya imajinasi, semakin tak terbatas kemampuan mengembangkan sebuah tema. Dari satu topik/tema, bisa lahir berbagai sudut pandang yang dikemukakan dalam gaya yang berbeda.

      Reply
  6. Manggut-manggut mencoba memahami tulisan mas Anton kali ini, hehehe. Saya rasa setiap bloggers pakai banyak gaya kepenulisan berbeda, even dalam satu blognya 😂

    Jadi ingat, dulu saya sempat dianggap orang yang terlalu serius berdasarkan gaya menulis saya 😅 Tapi, setelahnya, teman-teman mulai melihat sisi lain dari cara saya berbagi cerita. Padahal perubahannya nggak banyak, hanya emoticonnya saja yang bertambah 😆

    Jadi saya agree sama tulisan di atas, mas 😍 Tinggal pilih mau keluarkan karakter yang mana, dan bukan berarti apa yang kita pilih lebih baik daripada yang lainnya. Hehehe. Karena setiap bloggers punya style beda-beda 😁

    Reply
    • Udah paham belum Eno? Kalau sudah tolong kasih tahu saya yah.. hahahaha.. saya sendiri bingung memahaminya.. wakakakakaka

      Kupikir Eno juga bermetamorfosis (ceile lagi nyoba bahasa keren). maksudnya berkembang dan berubah kalau menilik tulisannya sejak awal sampai sekarang. Jauh sekali berubahnya, sekarang kalau saya rasa kelihatan enjoy banget dan lebih bebas dari awal-awal.

      Karakter penulisannya berbeda juga dari awalnya.. hahahaha

      Reply
  7. Kalo saya menulis cerpen biasanya suka lucu sih buat hiburan, kalo bagian tutorial saya biasanya pakai yang formal atau serius saja soalnya sepertinya lebih pas walaupun kadang sesekali bikin tutorial gaya cerpen biar orang ngga bosan.

    Tapi memang topeng aku suka berubah-ubah, kadang serius, kadang nyantai kadang humor. Kalo dulu menulis serius semua.

    Reply
  8. Kalau saya lihatnya gaya tulisan itu macam suara atau warna. Tiap penyanyi punya suara yang membedakan suaranya dengan musisi lain. Seberapa otentik suaranya, itu dari jam terbangnya menyanyi. Dalam hal blogger, yah menulis. Turning pointnya bisa saat seorang teman atau pembaca bilang,”eh coba lihat, tulisan ini kayak tulisanmu”

    Kalo mau dibilang topeng, saya lebih setuju kalo itu dialihkan ke apa yang jadi concernnya. Misalnya, diblog ia bahas film misalnya, tapi di kehidupan nyata ia tidak suka dengan film. Hanya karena tulisan soal filmnya digemari, ia jadi terdorong untuk terus menulis tentang film.

    Tapi benar juga kata mas Anton, memilih jalan manapun tidak membuat kita lebih baik dari pemilih jalan yang lain

    Reply
    • Gaya tulisan itu agak beda dengan suara. Kalau suara masih ada ketergantungan pada fisik seseorang, sedangkan gaya menulis bisa dibentuk dan dibuat. Contohnya saya yang bisa memiliki banyak gaya penulisan. Makanya saya sebutkan sebagai topeng.

      Gaya penulisan juga bisa menggiring orang lain untuk melihat sesuatu yang berbeda dibandingkan yang sebenarnya ada. Berbeda dengan suara yang justru menjadi ciri khas seseorang. Banyak yang mengatakan bahwa seorang penulis harus memiliki “ciri khas” tulisan dan hal itu dilakukan sering dengan kesadaran dan berdasarkan strategi, bukan karena sesuatu yang secara fisik sudah ada, seperti suara.

      Penulis bisa menjadi apapun yang dia mau. Karena itulah topeng bagi dirinya.

      #Tos sepakat setidaknya dalam satu hal

      Reply
  9. Jadi gini Pak, setelah baca postingan bapak yang dulu, saya yang awalnya berpikir mau punya blog suka-suka tanpa nama gitu ceritanya.

    Tapi setelah baca tulisan itu, saya berpikir, kagak ada gunanya.
    Pasti teman-teman blogger tahu itu saya, hahahaha.

    Padahal ya, dalam dunia nyata, saya pikir, saya mudah terpengaruh, setidaknya gaya bahasa.

    Tapi kenapa nulis susah ya? 🤣

    Apalagi kelamaan nulis di blog suka-suka, mau nulis buku itu susaaahhhnyaaa minta ampun, karena seolah dipaksa untuk pakai topeng seperti kata Pak Anton ini.

    Reply
    • Lha ya kamu logikanya selalu ga jelas piye toh Rey… wakakakak

      Kan blog suka-suka, kenapa harus mikirin terlihat seperti apa sama orang lain. Ya senang-senang saja..

      Kenapa harus pakai topeng kalau ga nyaman, ya lepas saja.. siapa yang nyuruh? Bebaskan diri Rey dari keharusan ini dan itu.. jalani saja

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply