3 Pelajaran Dari Mengikuti Paid Guest Post Creameno #02

Publish. Jangan. Publish. Jangan.

Agenda dari Creameno
Agenda dari Creameno

Dua kata itu silih berganti bersliweran di kepala sementara tangan sudah berada di atas mouse dan hanya butuh sekali klik saja, maka sebuah tulisan akan segera terbit di salah satu blog saya, 31 Oktober 2020 yang lalu.

Ada sebuah keraguan yang timbul dalam hati tentang apa yang harus dilakukan terhadap artikel tersebut.

Satu bagian dari hati dan kepala saya mengatakan untuk menekan tombol publish saja. Dengan begitu, artinya saya mempertahankan sebuah prinsip kecil dalam hidup, yaitu tidak ingin mengikuti lomba ngeblog jenis apapun.

Saya tidak ingin berkompetisi dalam bidang ini dan ingin melakukannya tanpa adanya tekanan apapun.

Di sisi lain, ada dorongan lain yang timbul. Bertentangan pastinya.

Ide tulisan tersebut bukanlah asli berasal dari kepala saya sendiri. Ide itu saya temukan dalam sebuah pengumuman beberapa hari sebelumnya dari sebuah blogpost blog seorang kawan , Creameno, yang mengadakan ajang Paid Guest Post untuk yang kedua kalinya.

Temanya adalah tentang “dua hal yang dipelajari tahun 2020”. Sebuah tema yang memang masih ngehits dimana-mana, termasuk dalam kehidupan saya sendiri. Tema menarik karena berkaitan sekali dengan banyak hal dan kejadian yang saya alami sejak masa pandemi.

Ada rasa tidak enak muncul dalam hati kalau tulisan tersebut dimunculkan di blog milik sendiri. Selain tema yang melatarbelakanginya, Creameno adalah seorang kawan dan ia sedang mengadakan “acara”. Rasanya jadi seperti membuat acara tandingan sendiri untuk diri sendiri kalau tulisan itu terbit di salah satu blog saya.

Ia mungkin tidak akan mempermasalahkan tentang hal itu, tetapi sebagai seorang kawan, saya merasa kurang pantas saja. Terlebih lagi, sudah seharusnya saya ikut memberikan dukungan padanya sebagai penyelenggara.

Masa sih ada kawan sedang mengadakan acara kita hanya diam, padahal “mampu” untuk ikut menyemarakkan? Hal itu akan bertentangan dengan prinsip saya yang satu lagi.

Sebagai hasilnya, kebimbangan itu hadir dalam hati.

Meskipun tulisan sudah “dianggap siap”, (dan seperti biasa setelah diedit sedikit dengan gaya orang mabuk), tombol “terbitkan” tidak juga ditekan.

Terbitkan. Jangan. Terbitkan. Jangan. Dua pikiran itu silih berganti muncul dan menggoda.

Ternyata tidak mudah dan butuh waktu untuk saya menentukan pilihan. Bahkan, saya sempat memutuskan berhenti berpikir dengan mengerjakan hal yang lain. Barulah setelah semua selesai, saya kembali menatap draft yang masih menunggu keputusan nasibnya.

Kali ini, tidak lama waktu yang dibutuhkan. Lima menit saja.

Draft tersebut saya copy dari editor di blog ke dalam MS Words. Tidak ada lagi edit mengedit terlalu lama layaknya ikut lomba, saya hanya merapikan seperlunya, dan kemudian membuka e-mail.

Pesan singkat dituliskan dan tombol “kirim” ditekan. E-mail terkirim.

Yap, saya memutuskan untuk mengikuti event tersebut. Saya memutuskan untuk menjadi kawan yang baik untuk meramaikan acara yang diadakan.

Bukan sebuah langkah yang ideal untuk mengirim sebuah draft yang belum diperiksa ulang langsung pada sebuah lomba. Namun, saya pikir, kalau tulisan tersebut kembali diperiksa, hasilnya ada sangat besar kemungkinan saya akan berubah pikiran.

Jadi, saya kirim saja apa adanya. Titik. Tidak ada koma.

Setidaknya, satu pikiran dibebaskan dari kepala dan saya tidak perlu lagi berpikir terlalu panjang.

Lagi pula, toh tidak ada salahnya ikut serta. Semalas-malasnya saya mengikuti lomba apapun, saya hampir setiap tahun harus ikut lomba 17 Agustus-an di kompleks. Biasanya akhirnya saya ikut tertawa gembira dan bersenang-senang.

Jadi, kenapa tidak?

Menang atau kalah bukan sebuah masalah. Tidak ada ekspektasi apapun selain keinginan untuk berpartisipasi dalam acara seorang kawan. Saya akan menikmatinya seperti saat ikut lomba makan kerupuk, balap karung, atau lomba aneh-aneh khas tujuhbelasan.

Akhirnya, saya ikut lomba blog untuk pertama kalinya. Pecah telor.

Sebuah keputusan yang akhirnya tidak saya sesali.

Bukan hanya karena ternyata tulisan berjudul Fifty itu terpilih sebagai pemenang, tetapi saya belajar beberapa hal dari mengikuti acara tersebut, seperti

Saya keluar dari zona nyaman

Selama ini saya selalu mengatakan agar rekan-rekan sesama blogger keluar dari zona nyaman masing-masing, tetapi untuk yang hal yang satu ini, saya justru mendekam dalam zona nyaman sendiri.

Artinya, tidak sinkron antara yang disarankan kepada orang lain dengan tindakan sendiri. Dengan mengikuti ajang ini, saya berhasil keluar dari kungkungan yang saya buat sendiri.

Setelah mengalaminya, saya pikir rasanya menyenangkan juga untuk mengalami sesuatu yang baru. Not bad sama sekali, bahkan menyenangkan.

Saya harus meluangkan waktu untuk mengedit

Setelah mengirimkan email, saya membaca beberapa kali tulisan tersebut dan berulangkali pula saya harus menepuk jidat sendiri.

Banyak sekali kesalahan ketik di dalamnya.

Memang harus diakui, ada satu kebiasaan buruk yang susah hilang ada dalam diri saya. Bentuknya berupa kemalasan. Saya enggan meluangkan waktu untuk melakukan pengeditan pada tulisan yang akan diterbitkan.

Parah memang. Saya akui. Rupanya fokus pada kuantitas tulisan dan keterbatasan waktu menyebabkan ada satu hal yang terlewatkan, yaitu usaha meminimalkan kesalahan dalam artikel. Sebuah hal yang harus saya perbaiki di masa depan dan tidak bisa dibiarkan.

Untungnya, tim editor dari Creameno handal dan berhasil meminimalkan banyak kesalahan ketik di dalam tulisan tersebut. Empat jempol!

Saya menjadi pembaca tulisan sendiri

Rasanya ternyata beda membaca tulisan sendiri di blog orang lain dengan membaca di blog milik sendiri. Saya menemukan nuansa yang berbeda.

Saat ini, saya belum tahu apa yang membuatnya terasa berbeda. Sangat bisa jadi karena layout yang dipakai, bisa juga karena situasinya. Mungkin juga karena huruf yang dipergunakan.

Tapi, yang jelas saya merasa ada perbedaan. Padahal, saya sudah membaca tulisan tersebut beberapa kali.

Terlepas dari nuansa yang dirasakan, saya juga menemukan bahwa saya seperti memandang cermin. Saya bisa melihat hal-hal yang sebelumnya tidak terlihat.

Ibaratnya, kalau tanpa cermin, saya tidak akan tahu ada beberapa helai rambut yang sulit diatur, komedo dimana-mana, atau bulu hidung yang kepanjangan, dengan cermin, saya bisa menemukan hal-hal itu.

Saya merasakan hal seperti itu saat membaca tulisan hasil karya sendiri di blog Creameno setelah diterbitkan. Hal yang sekarang akhirnya mendorong saya untuk segera melakukan koreksi terhadap cara menulis yang selama ini dipakai. Banyak sekali hal yang seharusnya bisa diperbaiki, kalau saya mau lebih teliti dan meluangkan waktu.

Sesuatu yang saya harapkan bisa segera dilakukan dalam tulisan-tulisan berikutnya.

β™ β™ β™ β™ 

Terlepas dari semua pelajaran yang bisa dipetik dari mengikuti Paid Guest Post #02 Creameno, yang membuat saya tidak menyesal adalah ternyata saya bisa menikmatinya dan merasa senang (seperti ekspektasi awal).

Bisa berinteraksi dengan banyak kawan, mengetahui pikiran rekan-rekan yang lain tentang peristiwa yang sama, tanggapan, dan bercanda, sulit untuk tidak menghadirkan rasa nyaman dan senang di dalam hati.

It’s fun.

Jadi, saya pikir, saya mengambil keputusan yang tepat dalam hal ini.

Apakah hal ini berarti saya akan ikut lagi dalam periode berikutnya (kalau ada)? Mungkinkah saya mengikuti lomba blog lainnya?

Maybe yes, maybe no.

Entahlah. Saya tidak akan memutuskan sekarang. Saat ini, saya hanya harus fokus untuk melakukan perbaikan berdasarkan pelajaran yang didapat . Itu yang terpenting dibandingkan berpikir terlalu jauh.

Toh, masa depan tidak kemana-mana. “Dia” akan menunggu kita tiba.

Bogor, 21 Nopember 2020.

(Special thanks to Creameno untuk kegembiraan dan pelajaran yang diberikan. Tentunya juga untuk agenda bertuliskan nama saya di sampulnya, terima kasih banyak)

20 thoughts on “3 Pelajaran Dari Mengikuti Paid Guest Post Creameno #02”

  1. Congratulatioooooooons Mas anton. Beuh, baru ikut lomba pertama kali udah juara aja. Kalo lebih sering ikutan jangan2 dimenangin semua nih..

    Ikut meramaikan event teman ya? Ih Iya aku tuh setuju. Nggak ngarep jg jadi juara karena yakin teman lain jg bagus2, tp sebagai kawan di era media sosial,ketika kita memberi komen, like, ngeretweet, menjawab qna misal, itu sangat berarti yaa. Ikut event yg diadain ini juga termasuk di dalamnyaaa.

    Reply
    • Hahahaha.. makasih Mbak.. jadi dua kali yah.. Kebetulan saja mbak…Nda mungkinlah itu terjadi.

      Iyah. Sama seperti saya senang mbak Ghina mau mampir dan meninggalkan jejak di sini, saya pikir memang meramaikan acara saja. Persis seperti yang Mbak bilang.. Gimanapun saya sendiri kalau mengadakan acara terus teman ikutan rasanya ya seneng, jadi saya pilih melakukan yang sama..

      Reply
  2. Eh iya yaa. Sekali lagi deh biar dapat piring, selamat ya mas anton. Hihi

    Ini bisa jadi peluang, kalo lg iseng mgkn bisa ikutan lomba lg mas, kan mayaaan buat portofolio kalo kata org2mh.. Eh tp mgkn buat sekaliber mas anton udah nggak perlu denk yaa 😁

    Reply
  3. Halo, Pak Anton…

    Akhirnya saya main ke sini lagi, setelah kadang suka dibuat bingung dengan banyaknya blog Pak Anton… hihihi…

    Sekali lagi, selamat ya Pak Anton… tulisannya sungguh ‘dalam’, sedalam hati seorang lelaki *eh.

    Btw, saya pribadi kok kurang nyaman ya dengan istilah “keluar dari zona nyaman”… ya namanya aja nyaman gitu, kan asik ga perlu susah-susah… wkwk

    Tapi sebagai manusia memang seharusnya bertumbuh, dan tidak bisa jika hanya stuck di tempat yang steady. Steady bukan berartinya nyaman, adakalanya malah justru bikin ga nyaman, karena batu di dasar lautan juga posisinya steady, begitu juga manusia tenggelam di dasar lautan. Kalau ga usaha berenang ke atas ya kelelep selamanya… hahahha
    *ngomong apa sih, cha? wkwk*

    Anyway lagi, saya ga bisa ikut hajatannya mba Eno kali ini, tapi sepemikiran dgn Pak Anton di waktu PGP 1, kalau ada teman yang bikin acara terus ga meramaikan tu rasanya gimana gitu ya…

    Sekali lagi, selamat ya, Pak…
    Selamat setengah abad (lebih berapa hari) juga… πŸ™‚

    Reply
    • Hola Hicha.. Kemana saja… nyasar yah kalau main ke blog-blog saya.. wakakkakakaka

      Hihihi.. bener sih udah nyaman kenapa repot-repot, tapi persis yang seperti Hicha bilang. Boleh juga disebut steady, steady yang tidak menyenangkan. Cuma saya pakai zona nyaman karena pada dasarnya selama ini saya memang merasa nyamarn dengan prinsip tidak mau ikut segala macam lomba.. tindakan saya ikutan menunjukkan saya memang meninggalkan kenyamanan itu untuk cari ketidaknyamanan, yang ternyata menyenangkan.

      Iyah.. memang akhirnya saya merasa ada ganjalan juga karena tidak ikutan. Kok yah kebangeten banget…

      Terima kasih Hicha.. betul sudha lebih beberapa hari lewat angka 50 nya

      Reply
  4. Salam kenal dari Bumo Borneo, Mas Anton.
    Kita dalam satu gerbong ne, Gerbong Fifty, hihihi.
    Saya malah sudah Lolita, LOlos LIma puluh TAhun.

    Aku juga senang banget akhirnya bisa berkenalan dengan Mas Anton lewat postingan Mba Eno, blogger inspiratif.

    Baidewei, on the way,
    Aku juga suka nih sama template blognya.
    Lebar kolom tulisannya ramping, ramah mata!

    Selain itu pilihan huruf dan latarnya, juga ramah mata.
    Bikin betah baca.

    Reply
    • Salam kenal Mbak Rosanna, walau sebenarnya saya sudah kenal Mbak cukup lama juga… wakakaka cuma nggak ninggalin komentar saja di blognya.

      O ya? Horeee… punya teman sesama blogger 50-an.. hahahah seneng. Senang sekali bisa berkenalan secara langsung dengan blogger senior (akhirnya bisa mengatakan itu pada blogger lain hahahaha)

      Makasih mbak, memang kebetulan saya juga punya masalah dengan mata, jadi yah saya buat blog-blog saya supaya minimal ramah di mata saya juga.. yang sudah parah neh..

      Reply
  5. Ola Kak Anton, pengin ucapin selamat lagi tapi takut digetok karena kebanyakan kasih selamat terus 🀣

    Aku nggak melihat ada kesalahan-kesalahan penulisan di tulisan tsb πŸ€” apa mataku kurang teliti saat membaca ya hahaha.

    Aku masih absen untuk kali kedua untuk memeriahkan acara Kak Eno nih πŸ˜‚ jadi aku hanya memeriahkan di kolom komentar aja deh πŸ˜‚

    Dan akhirnya, petualangan keluar dari zona nyaman kali ini malah membawa kebahagiaan tersendiri ya! I’m happy for you, Kak πŸ₯ΊπŸ₯ΊπŸ₯Ί
    Semoga Kakak bisa ikutan lagi kedepannya + aku juga bisa ikut memeriahkan hahahah

    Reply
    • Kumaha si eneng teh.. makanya kan kubilang jempol untuk tim editor Creameno. Aku kan baca naskah aslinya, hahahaha dan kemudian melihat banyak kesalahan yang sudah diedit. Makanya nggak kelihatan karena kesalahan ketiknya sudah diperbaiki.

      Yup, dan berarti saya tidak salah kan kalau menyarankan rekan blogger yang lain untuk berani keluar dari zona nyaman. Karena di dunia luar biasanya banyak hal yang menarik untuk dilihat.

      Makasih ya Neng Lia… Mari kita lihat nanti saja.Untuk saat ini, perbaikan perbaikan perbaikan.

      Reply
  6. Kalo saya awalnya ragu, bukan ragu untuk ikut lomba paid guest post karena memang sudah niat untuk ikut, cuma ragu untuk menulis kisah pribadi, karena memang selama ini aku jarang membagikan hal hal pribadi padahal ngga ada yang spesial sih dari kehidupan ku.

    Ku coba buat cerpen tapi sepertinya tidak bagus akhirnya kuhapus. Ternyata agar sesuai dengan tema lomba maka harus sedikit berbagi kisah pribadi. Akhirnya pelan-pelan menulis, saking pelannya bahkan mengirim artikel nya mepet batas waktu lomba, kalo ngga salah tanggal 4 apa 5 November.πŸ˜‚

    Alhamdulillah ternyata jadi juara dua, tidak menyangka saja. Soalnya aku ngga terlalu berekspektasi karena tahu teman-teman lain banyak yang tulisannya bagus.

    Dan terakhir, selamat buat pak Anton yang sudah menang lomba paid guest post mbak Eno. Tulisannya memang bagus dan menarik serta mengingatkan bahwa di saat terburuk masih ada keluarga yang mendukung.πŸ˜ƒπŸŽ‰πŸŽŠ

    Reply
    • Saya nggak sabar pengen baca cerita mas. Seriously.

      Memang dulu saya sempat berpikir demikian juga mas, cuma setelah punya blog Si Anton, akhirnya saya bisa keluar dari keraguan itu. Hanya memang saya harus memilih dan memilah bagian sisi pribadi mada yang perlu ditampilkan. Berat sih awalnya, tetapi setelah dijalani tidak seburuk yang diduga. Masih tetap tidak terlalu terbuka, tetapi dibandingkan dengan sebelumnya, saya dalam hal ini sudah mengalami kemajuan dan merasa nyaman dengan itu.

      Iyah, boro-boro berekspektasi.. wakakak habis ngirim saya nda mau mikir lagi. Yang penting sementara ini ikut rame-rame dulu..

      Makasih mas… iyah siapa tahu saja ada yang bisa memanfaatkan dari pengalaman saya.

      Reply
  7. Mas Antonnn… Selamat yaaa!! Tulisannya emang layak tayang dan menang. Makasih atas kejujuran Mas dalam menulis kisah tsb. Tentu ga mudah untuk refleksi terhadap diri dan di bagikan ke orang lain. Dari tulisan Mas, aku jadi belajar bahwa perlu juga untuk percaya pada orang sekitar. Jangan berfokus pada diri karena bisa menimbulkan stres.

    Tulisan Mas Anton sukses membuat saya speechles, tapi berkesan bangeeettt… πŸ‘πŸ‘πŸ‘

    Reply
    • Makasih Dev… Kan udah.. wakakak tapi gapapa dapet bonus sayah…

      Iya Dev, saya sendiri setelah baca agak bingung yah.. ga biasa-biasanya saya terbuka seperti itu. Cuma setelah dipikir karena tulisan itu kan sebenanrya buat blog sendiri jadi agak bebas. Selain itu juga karena Blog Creameno itu memang luar biasa dalam memberikan ruang, jadi ada rasa nyaman untuk menjadi “terbuka” seperti itu.

      Alhamdulillah, memang itu yang saya pelajari juga Dev.. Kadang kita terlalu ruwet mikir sendiri dan lupa sama orang-orang tersayang kita.. hahaha.. embeerr.. emang sutreesss bingitz, tapi setelah bicara dengan anggota “tim” jadi terasa lebih ringan.

      Makasih ya Dev atas apresiasinya.. semoga Dev dan si Koko langgeng terus..

      Reply
  8. Selamat sekali lagi Bapak!
    Tulisannya bagus banget, sesekali saya ngakak sih, karena kebiasaan baca tulsian di blog ini, ketimbang blog si Anton, di mana, gaya menulis di Eno itu sama kayak curcolan di blog si Anton ya.

    Tapi serius, saya pikir, baru kali ini saya bisa membaca isi hati seorang lelaki yang benar-benar terbuka.

    Saya udah sering baca-baca tulisan para blogger lelaki, tapi kayaknya sih baru tulisan itu yang benar-benar jujur, real, apa adanya.

    Saluuuttt sama Pak Anton yang bisa menyuarakan hati banyak suami yang nggak bisa ngomong.

    Btw, itu bukunya gemes banget, saya juga dikirimin, bahagia banget liat nama saya tercetak di situ, Eno memang paling pintar memberikan hal-hal yang bikin sooo sweeettt 😁

    Reply
    • Hahaha kasih selamat satu lagi dapat gelas deh.. πŸ˜›

      Memang karena asalnya tulisan itu mau diterbitkan di Si Anton. Bukan untuk diikutsertakan. Makanya bisa blak-blakan kayak gitu. Haha cuma perubahan pikiran saat mau publish itu akhirnya malah dikirimkan

      Yah.. karena kan cowok biasanya pingin terlihat kuat, saya juga begitu. Hahaha.. Makanya kadang susah jadi jujur karena terhalang ya itu tadi

      Iyah, memang Eno tahu banget cara “men-sweet-kan”

      Reply
  9. fifty, aku suka pak
    bisa dibilang, pas aku baca, ini cerita sisi lain dari pak anton, dari yang selama ini aku baca baca tulisan di blog punya pak anton yang biasanya

    Reply

Leave a Comment