Obsesi Pada Kelebihan Personal Blogger

Selamat Pagi Menjelang Siang Kawan MM!

Tiga hari yang lalu, seorang Kawan MM menyarankan saya untuk tidak “ngoyo”. Kemarin, seorang kawan lagi bertanya mengapa saya seperti “terobsesi” pada sesuatu, dalam hal ini gaya personal blogger.

Wow, hari-hari yang menyenangkan. Yang seperti ini lah yang membuat saya berpikir bahwa keputusan untuk tidak menutup Maniak Menulis adalah langkah yang sangat tepat.

Serius loh karena saya pernah mempertimbangkan menghapus blog ini sekitar satu tahun lalu. Alasannya, secara “bisnis” blog ini paling tidak menguntungkan dan hal itu kalau dilihat dari tujuan mendapatkan penghasilan adalah penghamburan duit, energi, dan waktu.

Hadirnya komentar-komentar seperti ini membuat saya merasa sekali bahwa tidak menutup blog ini adalah sebuah langkah yang tepat sekali.

Memang secara materi tetap “merugi”, tetapi apa yang saya dapat dari sini berharga dan akan sangat berguna dalam usaha mencapai target.

Apakah saya terobsesi?

Bisa jadi. Sama jawabannya dengan tentang “ngoyo” alias memaksakan diri.

Saya tidak merasa seperti itu, tetapi kalau ada yang memandang demikian, hal itu sangat bisa diterima.

Bila saya berada dalam posisi pembaca, melihat seorang dengan waktu sangat terbatas, kemudian menetapkan target macam-macam, mulai dari 4000 kata perhari, mengelola blog sampai belasan, dan sekarang masih memaksa meniru gaya personal blogger, mungkin saya akan berpandangan yang sama.

Orang itu ngoyo dan terobsesi.

Tetapi, secara pribadi, “keinginan” saya untuk mencoba meniru gaya personal blogger berdasarkan pada pertimbangan logis semata. Saya melihat ada keuntungannya jika saya bisa memiliki setidaknya 30-40% saja dari kelebihan para personal blogger (versi saya).

Keuntungan yang pada akhirnya saya bisa pergunakan untuk melakukan perkembangan blog.

Sebagai seorang peternak blog, saya melihat adanya kendala dalam “gaya penulisan”. Tidak semua blog bisa diupdate dengan tulisan yang bernada dan bergaya penulisan sama. Butuh variasi dan perkembangan untuk menghindari kata “monoton”.

Dengan menguasai satu lagi gaya penulisan, saya akan memiliki opsi lebih banyak saat menulis. Batasannya akan melebar dan pada akhirnya akan menghadirkan fleksibilitas.

Zona nyaman

Lagi-lagi zona nyaman.

Tapi, kenyataannya saya memang memandang usaha “mencuri” sesuatu dari para personal blogger adalah sebuah usaha keluar dari zona nyaman saya sendiri.

Sebagai mantan internet ronin, karakter penulisan saya terbentuk lebih ke arah argumentatif. Yah, maklum saja kebiasaan berdebat dan berdiskusi membentuk sebuah kebiasaan berargumen dimanapun, termasuk saat menulis.

Disitu ada batasan yang tidak terlihat.

Dan, saya melihat kelemahannya sebagai blogger yang tidak lagi menulis sekedar untuk bersenang-senang. Gaya argumentatif tidak “menjual”, setidaknya memiliki pangsa pasar lebih sempit, kecuali kamu adalah Denny Siregar.

Saya menyadari sisi keterbatasan dalam hal ini dan memandang perlu dilakukan perubahan untuk bisa mencapai tujuan. Saya harus belajar lebih banyak.

Karena secara garis besar ada tiga kategori besar gaya penulisan, deskriptif, naratif, dan argumentatif, berarti saya harus belajar yang lain selain yang bersifat argumen.

Untuk yang deskriptif, saya belajar banyak saat mengelola Lovely Bogor. Bagaimana harus menggambarkan sebuah tempat wisata, sebuah jenis kuliner, manusianya, dan lain sebagainya. Mayoritas bersifat deskriptif.

Pada akhirnya, saya mulai terbiasa dan lumayan berkembang dalam hal ini. Zona nyaman saya meluas menjadi argumentatif dan deskriptif.

Tapi, ada satu lagi yang saya perlukan, naratif.

Sebagian sudah saya kuasai, sedikit, lewat blog-blog yang ada, tetapi disana masih terlihat kelemahan yang menurut saya harus diperbaiki.

TIDAK LUWES.

Meski banyak yang bilang sudah cukup “bagus”, saya belum merasa senang karena terasa sekali terkadang aliran tulisan tersendat. Hubungan antar paragraf, keseluruhan penulisan seperti apa, kesan yang didapat saat membaca.

Sebelum ada yang heran, saya memang kerap membaca ulang tulisan-tulisan lama saya. Biasanya, setelah beberapa bulan sebuah tulisan terbit saya akan berkunjung ke blog sendiri, sebagai pembaca.

Saya datang bukan lewat dashboard admin, tetapi dari halaman depan. Kemudian saya akan membaca layaknya seorang pembaca.

Kemudian, saya akan menanyakan diri sendiri kesan setelah membaca tulisan itu. Senangkah, sukakah, emosi apa yang timbul, dan hal-hal lain yang biasa dirasakan seorang pembaca.

Dari sana, saya menemukan kelemahan tadi.

Kelebihan Personal Blogger

Apa yang menarik dan merupakan kelebihan dari personal blogger?

Kisah hidupnya? Not really. Semua orang punya kisah hidup yang kalau dibuat menjadi cerita akan melebihi kisah Dilan dan Milea.

Bukan itu yang menarik untuk saya.

Satu hal yang saya pandang merupakan kelebihan dari blogger jenis ini adalah KEMAMPUAN MEMBUAT STORYTELLING, bercerita, bernarasi.

Bukan hanya satu dua blog saja, tetapi rata-rata blogger yang mengambil jalur pesonal blogging memiliki kemampuan dan ciri khas yang sama, yaitu mereka bisa menceritakan sesuatu secara mengalir.

Mungkin karena disana ada keterlibatan emosi sehingga tulisan terasa luwes dan tidak kaku. Bukan hanya kaum wanita saja tetapi personal blogger pria pun memiliki ciri khas yang sama, luwes.

Sesuatu yang saya perlukan untuk menutupi “kelemahan” yang saya temukan dari kebiasaan saya menulis, bernarasi. Argumentatif cenderung selalu to the point dan ujungnya bersifat kaku.

Dan, saya menemukan untuk mempelajari hal itu, suka atau tidak suka, saya harus mencoba dan melakukannya sendiri. Menemukan intisarinya, mendapatkan feel-nya.

Itulah mengapa blog Si Anton dibuat. Disana menjadi tempat saya belajar dan berusaha keluar dari “cangkang” dan memasuki dunia baru, dunia kaum personal blogger.

Tidak #Stay True To Yourself?

Berarti kayak bunglon dong? Tidak menjadi diri sendiri? Tidak yakin pada gaya sendiri? Tidak jujur pada diri sendiri?

Seorang kawan menyebutkan bahwa ada perbedaan antara saya di blog ini dan di blog Si Anton.

Obsesi Pada Kelebihan Personal Blogger

Apakah perubahan itu merupakan pertanda inkonsistensi dan tidak jujur pada diri sendiri?

Sempat terpikir hal seperti ini. Tetapi, setelah saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri, saya menemukan jawabannya

  • apakah seseorang akan bertindak sama saat berdiskusi di ruang rapat dan dengan orangtua?
  • apakah seorang brand ambassador celana jeans harus terus memakai jeans dalam kehidupannya?
  • apakah seorang penulis novel percintaan hanya harus menulis kisah roman saja dan ketika menulis tentang kisah horor dianggap berkhianat kepada genrenya?
  • apakah seorang aktor dan aktris berarti mereka tidak jujur kepada diri sendiri ?
  • apakah seorang gadis berambut panjang harus tetap berambut panjang selama hidupnya?
  • apakah seseorang hanya punya satu sisi kehidupan?

Kenyataannya jawabannya semua adalah TIDAK.

Manusia punya banyak sisi. Ada yang nampak ke permukaan, ada yang tidak. Pada dasarnya, manusia itu mirip gunung es, hanya sebagian kecil yang nampak di permukaan, sisanya yang lebih besar berada di bawah air dan tidak terlihat.

Sisi-sisi tersebut akan bergantian muncul dalam situasi dan kondisi yang berbeda. Tidak sama, meskipun inti dasarnya sama. Bisa dikata barang yang sama, tetapi dengan kemasan yang berbeda.

Dua blog, dua karakter. Bukan berarti berbeda. Pada dasarnya adalah orang yang sama. Hanya sisi yang ditampilkan di kedua blog adalah sisi yang berbeda.

Sisi blog MM yang cenderung argumentatif dan sisi blog Si Anton yang naratif. Temanya juga berbeda, tema blog dan blogging berbeda dengan tema personal.

Orangnya sama.

Keduanya tetap dibawakan dengan prinsip #staytruetoyourself alias jujur kepada diri sendiri.

Kemasannya saja berbeda.

Keuntungan bagi saya : OPSI?

Untung rugi.

Sadar atau tidak sadar, pola memperhitungkan untung rugi adalah sifat manusia. Manusia akan melakukan sesuatu yang menguntungkan dan menghindari kerugian bagi dirinya.

Tentu saja dalam artian luas dan bukan sekedar materi. Rasa senang, gembira, bahagia, adalah “menguntungkan”. Sementara, sedih, kesal, kecewa, adalah “merugikan”.

Konsep untung rugi dimana-mana.

Begitu juga dalam tindakan saya mencoba meniru.

Keuntungan saya dalam hal ini adalah sebuah tambahan pengetahuan, tambahan skill, tambahan sudut pandang.

Ruginya, saya mendapat tambahan kerjaan, tambahan waktu yang harus dibuang, tambahan kepusingan.

Tapi, pada akhirnya saya akan memiliki tambahan opsi saat menulis di blog. Saya akan bisa menulis secara deskriptif, argumentatif, dan juga naratif.

Pada akhirnya, saya bisa menerapkan gaya penulisan yang berbeda di semua blog yang saya kelola. Bahkan, bisa mencoba mencampur adukkan setiap gaya dalam satu tulisan.

Pengetahuan dan skill adalah yang ingin didapat. Opsi adalah tujuannya.


Pada akhirnya, ketertarikan saya kepada kaum personal blogger adalah karena saya ingin berkembang.

Kalau saya tidak bisa berkembang ke depan (vertikal) karena terhambat sesuatu, saya akan berusaha berkembang ke samping (horisontal). Yang manapun selama saya terus berkembang dan tidak statis.

Mungkin belajar dari personal blogger sendiri merupakan perkembangan ke samping .

Saya tidak tahu cara orang lain, tetapi itulah cara saya dalam usaha terus berkembang.

14 thoughts on “Obsesi Pada Kelebihan Personal Blogger”

  1. To be honest, blog Si Anton itu adalah blog mas Anton yang paling saya suka (sepertinya saya sudah sering bilang) 😂 karena di sana saya bisa menemukan sisi lain seorang, mas ~ dan menurut saya, dengan mas menggunakan gaya kepenulisan berbeda-beda pada setiap blog yang mas punya, mas akan bisa menggaet lebih banyak pembaca yang tentunya punya selera beda 😆

    Ibarat toserba, apa lu mau gue ada hahahaha. Yang mau dan sukanya personal bisa ke Si Anton. Yang maunya lihat foto-foto cantik bisa ke Anton Jepret (betul nggak ya namanya, lupa lupa ingat) — atau apabila ada yang maunya baca info Bogor bisa ke Lovely Bogor dan yang mau cari ilmu blog bisa ke sini, alhasil semua tipe pembaca bisa masuk ke blog mas 😁

    Reply
  2. ehem ehem….tulisannya menggugah diriku yang sebentar lagi akan membangun blog personal… wah oya mas anton sy rencana dalam minggu ini akan membuat personal blog. Menurut mas anton, sisi kehidupan apa yang tepat untuk disampaikan di blog personal? apakah hanya sebatas sisi humanis saja?

    Oya mas anton, tantangan untuk membuat blog personal itu apa ya? ada rekomendasi kiat terbaik gak ya membangun blog personal tersebut dari nol…. step by stepnya?

    Reply
    • Sisi kehidupan mas dan keluarga.. hahahahaha.. saya pikir, justru disana kekuatan personal blogger ketika ia menceritakan kehidupannya sendiri. Jangan bahas mengenai pemikiran kita terhadap satu dua hal, tetapi tentang diri sendiri dan keluarga.

      Tantangannya buat saya adalah saya orang yang tidak terbiasa membuka diri sendiri, tetapi disana saya dipaksa untuk membuka diri. Saya tidak terbiasa melo, tetapi saat menulis terkadang rasa itu hadir. Beranikah saya jujur pada diri sendiri untuk terbuka tentang sisi melo saya? Nah itu berat sekali malah.. hahaha Nggak mudah.

      Saya harus bisa “berdamai” dengan diri sendiri dalam hal itu

      Step by step… nggak bisa ngomong banyak karena saya masih belajar. Intinya mah hanya menulis tentang diri sendiri. Mau dimulai darimana terserah. Mau hal-hal ringan seperti kisah nostalgia, kisah kenapa mas ketemu sama istri dulu.. Hal hal pribadi.. hehehe.. Kalau bisa coba saja dulu melangkah dengan menulis kegiatan sehari-hari dengan istri dan anak..

      Reply
  3. Saya juga kadang ingin menulis dengan gaya lain, misalnya formal biar kelebihan bagus dan serius, tapi kadang bacanya sendiri kok kurang sreg karena tidak lucu, sementara saya suka yang lucu.

    Tapi kalo dulu saya malah menulisnya yang biasa saja, baku tidak banyak humor, artikel tutorial android lama saya semuanya serius. Perubahan ini bagus atau jelek ya?

    Reply
    • Bagus atau jelek kan bukan penulis yang menentukan. Pembaca yang menentukan..:-D

      Kurang sreg karena kita tidak terbiasa mas. Butuh waktu penyesuaian dan nggak akan bisa dinilai saat baru memulai. Kalau saya sih biasanya jalan terus karena kalau saya diam dan tetap sama, hasilnya akan sama. Ya begitu begitu saja.

      Makanya saya pisahkan blog personal dan blog lainnya. Dengan begitu saat menulis, saya tidak terganggu dengan pembaca yang sudah ada. Saya tidak usah memikirkan pembaca disana.

      Reply
  4. KEMAMPUAN MEMBUAT STORYTELLING

    Kalau saya, jujur kemampuan nulis story telling butuh waktu, intinya konsisten nulis, lama-lama bahkan kadang nggak nyadar kalau nulis itu udah masuk dengan apa ya namanya?
    Yang menghadirkan emosi buat pembaca.

    Sehingga jujur, kadang saya kudu membaca ulang apa yang saya tulis, ketika saya membaca komen-komen yang masuk yang begitu menyentuh, sementara kadang saya nulis itu, ya sejujurnya nggak selalu sedalam apa yang dirasakan pembaca hahaha.

    Apalagi kan nulisnya itu nggak langsung tayang, mungkin juga saya udah lupa emosi yang saya bawa saat nulis, jadinya pas balas komen, jujur saya bertanya-tanya, wow ini kenapa orang-orang memandangnya terlalu dalam ya?
    Sampe pingin bikin novel jadinya, ahahahahah.
    Ya saya pikir mungkin karena saking seringnya saya melatih diri untuk menulis dengan konsisten, jadinya udah terbiasa menulis dengan soul (halah) gitu hahahaha.

    Ngomongin tentang ngoyo, memang tiap orang pasti bakal memandangnya dengan berbeda, karena tiap orang pasti memandang dari kacamata dirinya.

    Padahal ya, apa yang kita rasakan, tentu beda dengan yang orang rasakan.

    Misal tentang ngoyo, entah mengapa ya, saya mending milih nggak ngerjain sama sekali, ketimbang nggak ngoyo, nggak tahu kenapa ya, saya nggak suka melakukan sesuatu dengan setengah-setengah, dalam hal apapun.

    Jadinya menurut orang saya terlalu lebay.
    Ya mungkin beda-beda, kalau saya kayaknya sulit berada di tengah, saya selalu ngoyo atau mager.
    Rempong kan, mending ngoyo deh 😀

    Dan kalau saya liat, pak Anton agak mirip dengan saya, memanfaatkan energi ngoyonya biar konsisten terjaga.
    Dan memang lama-lama jadi kayak habbit kok 😀

    Terlepas dari semuanya, saya angkat topi *eh padahal jarang pake topi, hahaha.
    Maksudnya saya salut banget ama pak Anton, bener kata si Mbul, pak Anton itu beda banget gaya nulis di sini dengan di blog si Antonnya.

    Dan suatu hal yang jarang bisa kita temui sih, di mana orang bisa menulis dengan berbagai karakter itu.

    Dulu saya bahkan sering nulis di Kompasiana biar berlatih tetep bisa nulis serius, tapi nyatanya, lama-lama saya kehilangan ciri khas, hahaha.

    Tapi pak Anton membuktikan bisa swicth dengan kerennya 🙂

    Reply
    • Jiaah menulis dengan soul.. wakaak.. tapi begitulah adanya Rey. Saya pikir memang kelebihan dari personal blogger ada di soulnya, sedangkan saya di awal awal cenderung menjauhinya.

      Pasti.. pasti butuh jam terbang yang banyak. Tanpa itu akan susah dilakukan.

      Beda banget yah? Ohh jangan jangan saya si Hyde and Dr. Jeckill

      Soal ngoyo, bentullll sekali.. hahaha dalam hal ini, saya pikir ada kemiripan dengan Rey. Saya juga paham tentang hal itu. Hahahah betul juga daripada 1/2 – 1/2 bagusan sekalian 1 atau 0 sekalian. Saya memang terbiasa terus mendorong diri Rey dan sepakat saya juga melihat sisi itu di kamu.

      Bener-bener beda yah? Jangan jangan saya punya dua kepribadian neh, Dr Jeckill and Mr Hyde.. 😛 Mungkin yang di blog MM itu si Mr Hyde deh kayaknya… hahahahaha

      Reply
  5. Er di screen cap lagi XD pecah telor rekor kah saya disini? Wkwk semoga kesannya bkn komentator yg suka bikin rusuh..hahaha #tutupinmukapakaikantongkertas

    Thanks sudah dijawab secara panjang lebar mas.

    Ow soal narasi dan storytelling..#manggut2

    Awalnya saya sungguh nggak kebayang loh kalau mas ingin nulis ala-ala mbak Eno atau mbak Rey (*bows dulu* buat mbak2 yg di mensyen ).Habis mereka berdua kan perempuan ya. Tapi yah selama ini personal blog yg saya baca kebanyakan punya perempuan. Kalau laki2 biasanya ada tema sgt spesifik tentang traveling atau hobi..

    Wajar kalau umumnya perempuan lihai dalam diksi yg sarat melibatkan emosi intens dalam story tellingnya.

    Mungkin mas Anton punya contoh2 personal blog milik laki-laki yang jadi inspirasi karena lihai dalam story telling personal (bukan fiksi) ? 😀 Saya kurang gaul kyknya.

    Jaman dulu saya tahu Raditya Dika tapi skrg udah gak ngeblog…:(

    Sebaliknya, saya lbh prefer blog MM dan Maniak Foto daripada yg lain. Bkn kenapa2. Masalah selera bacaan saja sih mas.:D

    Reply
    • Phebie… Justru blog MM butuh orang seperti dikau neh, biang rusuh.. hahaha.. Pada dasarnya sendiri blog MM dibuat sejak awal dengan mengambil sikap “biang rusuh”, jadi justru berharap kawan-kawan bisa kritis terhadap tulisan-tulisan disini. Sayang kan kalau ada pemikiran bagus di kolom komentar terlewat begitu saja, kan lebih baik diketahui banyak orang.

      Saya tidak bakalan coba menulis dengan gaya Eno dan Rey, atau blogger wanita lain. Tapi masalah diksi dan keluwesan bukan sesuatu yang tidak bisa dipelajari. Memasukkan unsur emosi dalam tulisan juga bukan hal yang tidak mungkin. Jadi kesana arahnya. Bukan saklek meniru gaya orang dan itu tidak mungkin juga, tetapi meluweskan penulisan masih sangat mungkin dilakukan dan dipelajari.

      Cek tulisan-tulisan kaum cowok di Art of Manliness atau dappered atau berbagai Dad’s blog deh. Pada dasarnya mereka blogger cowok dan membahas topik diri mereka sendiri, mulai dari pakaian dalam, mengasuh anak, dan banyak lagi dah.. hahaha.. Mereka bicara hal-hal personal dan mereka luwes (dengan gaya cowok mereka).

      Inget yah.. luwes..

      Kalau Raditya Dika itu jujur saja, saya nggak ngerti tulisan Raditya Dika.. makanya cuma baca sekilas saja dan ga mudeng hahahahahaha… Saya lebih menikmati gaya Agus Mulyadi.. hahaha ini personal blog loh, dia bahas soal sandal jepit sampe pas kawin, dan sebagainya..

      Secara garis besar, saya tidak punya blog inspirasi, saya terbiasa melihat pola dari beberapa , bukan perorangan. Dan, kesamaan personal blogger cowok dan cewek adalah bagaimana mereka luwes mengolah kata dan menyampaikan idenya. Tentu keluwesannya berbeda dimana yang cowok tetap terasa maskulin dalam penulisannya

      Reply
  6. setiap orang memang memiliki keunikan termasuk pada blog
    saya juga sering pas baca blog orang lain yg story tellingnya bagus banget berpikiran kok bisa luwes gitu ya
    sementara bagi saya tulisan saya masih banyak yang kaku
    tapi saya semakin sadar bahwa konsistensi serta rasa suka dari dalam diri yang akhirnya membuat story telling benar benar bisa bekerja dengan baik
    dan tentunya, tak akan bisa sama dengan orang lain yang melakukannya
    karena setiap pribadi itu unik dan itu harus tetap diapresiasi

    jadi, ya nulis aja dulu pak hehe

    Reply
    • Bentul sekalii.. setiap pribadi unik dan punya kelebihan masing-masing..

      Dan, saya sedang belajar konsistensi dalam menulis storytelling yang baik. Makanya harus banyak belajar dan berlatih untuk menemukan keluwesan versi saya..

      Siap mas Ikrom dan saya akan terus berlatih menulis … Ajarin dong mas..

      Reply
  7. yampunn lama juga kutak main main ke lovely bogor
    kalau aku apa ya nyebutnya gaya buat diriku sendiri, ya be my self aja
    apa yang ada di kepala ya itu yang diketik
    kadang tuh aku pengen nulis soal opini panjang lebar, maklum mantan anak kuliah hukum dulu hobi banget nyerocos.
    mau nulis model opini begini kok sekarang agak mager atau gimana gitu, padahal dulu sering kirim opini ke koran

    Reply
    • Hahahahaha.. kata kunci “mager”..

      Sayang tuh Nun pengetahuan hukumnya.. padahal bisa banget dijadiin bahan tulisan … kalau saya mah dah saya tulis langsung tuh

      Hayuk dong.. saya jadi pingin baca opini Inun

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply