Menulis Untuk Pembaca (Audiens)? Nggak Sanggup Bro!

Selamat Malam Kawan MM!

Adakah di antara kawan yang tahu berapa berat sebuah rindu itu? Kata Dilan, rindu itu berat, sampai cuma dia yang sanggup. Dia tidak bilang berapa kilogram beratnya. Sekilo kah? Satu kuintal? Satu ton?

Cuma, saya jamin deh, tidak akan seberat menulis untuk pembaca.

Sungguh.

Kalau saya disuruh untuk melakukan hal yang satu ini, kedua tangan akan langsung saya angkat dan pilih menyerahkan tugas kepada orang lain. Saya tidak akan mampu mengerjakan hal seperti itu.

Saya tidak berani bilang pekerjaan itu sebagai mission impossible karena saya tidak mampu, belum tentu orang lain tidak bisa.

Saya tidak bisa karena sebagai blogger saya memiliki keterbatasan, seperti

  • saya tidak bisa membaca hati dan pikiran satu orang saja, bagaimana saya bisa membuat tulisan yang bisa menyenangkan pembaca tersebut
  • pembaca tulisan di blog MM, saya tidak tahu tepatnya berapa, tetapi yang jelas lebih dari satu, iya kan? Setiap pembaca pasti punya keinginan dan selera tulisan yang berbeda, lalu bagaimana saya bisa memadukan semua keinginan itu dalam sebuah tulisan?

Tidak sanggup sama sekali.

Menulis sponsored post saja, untuk satu “orang/brand” saja sudah berat. Biasanya akan selalu ada beberapa kali revisi. Itu hanya “satu”, bagaimana kalau banyak?

Berat.

Setelah coba dianalisa lagi, mungkin istilah “menulis untuk pembaca” itu berdasarkan sebuah teori alur kerja perencanaan produk dalam bidang bisnis manufacturing, produksi.

Dimana sebelum sebuah produk masuk ke perencanaan dan jalur produksi, maka sebelumnya akan dilakukan survey.

Dalam survey tersebut akan dikumpulkan data dan sampling dari “masyarakat”. Data hasil survey ini akan ditelaah dan dipetakan sehingga disana terlihat minat, kategori usia, daya beli, dan berbagai hal lain.

Kemudian, dipilihlah pangsa pasar yang dianggap paling menguntungkan untuk dijadikan sasaran. Produk dirancang menyesuaikan dengan kebutuhan dan karakter dari target pangsa pasar tersebut.

Intinya, sejak awal memang produk dibuat “untuk” pembeli.

Logika dari beberapa tulisan terkait “menulis untuk pembaca” sepertinya didasarkan pada teori produksi seperti ini. Tulisan atau artikel dianggap sebagai sebuah produk yang dijual.

Sangat masuk akal, jika dilakukan oleh sebuah perusahaan media, seperti Detik dan Kompas. Mereka memiliki bagian Litbang sendiri yang pasti terus menganalisa tren dan berbagai pergeseran di pasar pembaca, termasuk minat dan gaya penulisan.

Hasil penelitian mereka akan diberikan kepada manajemen, yang kemudian memutuskan tulisan seperti apa yang diminati dan mungkin menarik pembaca di kalangan yang ditargetkan.

Tetapi..

Mungkinkah dilakukan oleh seorang blogger? Kalau dipikir lagi,

  • saya tidak akan bisa melakukan survey karena untuk mengisi semua blog yang saya punya saja sudah keteteran karena keterbatasan waktu
  • mengadakan survey butuh dana besar sesuai dengan jumlah target sampling, dan jelas, saya tidak punya dana

Jadi, mungkinkah? Ya, menurut saya mendekati tidak mungkin.

Memang ada yang beranggapan bahwa riset keyword bisa dipakai sebagai acuan data “kebutuhan”, betulkah ?

Cukup benar. Namun, hanya sebagian saja.

Di dalamnya tidak ada data mengenai minat, usia, selera, atau pendidikan, seperti yang biasa didapat dari sebuah survey.

Ketiadaan data ini pada akhirnya sulit membuat seorang blogger memahami karakter calon pembacanya. Seorang berpendidikan S1 dan lulusan SMP tentu memiliki gap dalam gaya bahasa yang diminati. Belum lagi usia, dimana seorang yang sudah berusia 40 tahun akan menyukai gaya penulisan yang berbeda dengan yang berusia 17 tahun.

Hasilnya, blogger akan susah menentukan gaya penulisan yang tepat untuk pasar pembaca yang tepat.

Ujungnya, tulisan akan dibuat berdasarkan gaya si penulis saja, atau gaya yang dia biasa ambil saat membuat tulisan jenis tersebut.

Selain kata kunci, tidak ada bagian lain dari tulisan seorang blogger yang mencerminkan “menulis untuk pembaca”, jika dipandang sesuai jalur yang semestinya. Blogger tetap menulis dengan cara yang dia tahu saja.

Bukan benar-benar menulis untuk pembaca.

Kecuali, kalau slogan “menulis untuk pembaca ini” diartikan sebagai menghasilkan tulisan yang mengandung topik yang dicari banyak orang, maka ya seorang blogger bisa melakukan itu.

Tapi, menulis untuk benar-benar menargetkan pasar pembacanya, jawabannya tidak karena banyak keterbatasan blogger yang menyulitkannya untuk memahami pasar pembacanya.

Berat sekali untuk bisa benar-benar menulis untuk pembaca.

Oleh karena itulah, saat menulis, saya tidak mau berpikir tentang pembaca. Bukan berarti tidak peduli, tetapi karena saya tidak akan bisa menulis untuk mereka.

Yang bisa saya lakukan adalah menulis untuk diri sendiri dan kemudian melemparkannya lewat blog ini (atau yang lain). Selebihnya, saya menyerahkan kepada pembaca.

Apakah mereka bisa menerima atau tidak. Kalau bisa, saya ucapkan syukur, kalau tidak, yah saya bisa ngomong apa.

Kecuali, tiba-tiba ada yang memberi saya dana besar sekali untuk mengadakan survey pembaca dulu, ditambah dengan 10000 orang surveyornya. Mungkin saya akan bisa menulis untuk pembaca.

Tetap mungkin, karena kalau ada yang begitu, saya akan berpikir ulang untuk apa harus menulis untuk pembaca. Lebih baik, simpan sebagian dana di bank, pakai sisanya untuk membuat perusahaan surveyor.

Kemudian, saya ongkang-ongkang sambil ngeblog dan menulis untuk diri sendiri.

10 thoughts on “Menulis Untuk Pembaca (Audiens)? Nggak Sanggup Bro!”

  1. Saya yakin tidak bisa dan tidak mau melakukannya. Setidaknya untuk saat ini.

    Saya belum mau membebani diri sendiri dalam kegiatan menulis. Makanya saya tidak mau menerima job menulis konten. Lebih baik content placement dimana tulisan sudah jadi dan saya cukup poting doang.

    Reply
  2. Menulis untuk pembaca saya rasa itu hal yang tidak mungkin dilakukan walaupun sudah disurvei dan ditargetkan menulis untuk kalangan ini atau kalangan itu sebab isi pikiran orang kan berbeda-beda satu sama lainnya walaupun itu satu kalangan.

    Reply
  3. Naah ini artikel yang kemarin ditelan Jin..😊😊

    Yaa kalau menurut saya menulis sesuai kemampuan yang kita bisa saja dan jangan terlalu dipaksakan harus kaya si Anu, Si Itu , Dan sebagainya..

    Biarlah semua mengalir seperti adanya. Kalau menuruti cara seperti yang pembaca inginkan yaa saya pribadi juga maaf2 dah kaga sanggup..😊😊

    Reply
  4. Saya memilih menulis untuk saya aja dulu Pak, hahaha.
    Saya sering baca ilmu tentang utak atik data google analytic buat ngenalin pembaca blog, tapi ya gitu, belum ada waktu buat benar-benar dipraktikin.
    Terlebih tahun ini memang saya udah tekankan ke diri sendiri, bahwa target saya adalah menulis aja setiap hari, ibarat menabung tulisan sih, mungkin tahun depan baru pakai acara keyword lagi.
    Tahun lalu saya masih menulis pakai search keyword dulu Pak, meski kadang sebulan ke atas baru bisa bersaing di page one, tapi lumayan lah jadi kayak tabungan.

    Cuman saya pakenya punya Neil, yang sekarang udah berbayar, kan jadi malas hahaha

    Reply
    • Hihihi.. saya masih ga make riset Rey…

      Tapi kalau memang niat buat berbisnisnya kuat, kadang harus keluar modal juga, jadi no problem.

      Memang butuh waktu Rey, apalagi kalau persaingannya ketat.. bisa luaaamaaa.. asal sabar dan terus berusaha bisa kok nangkring di page one

      Reply

Leave a Reply to Khairunnisa Ast Cancel reply