Meninggalkan Zona Nyaman Untuk Terus Berkembang

Selamat Pagi Kawan MM!

Pernah dengar istilah zona nyaman? Pasti dong.

Kalau belum, mungkin secara singkat istilah ini adalah sebuah kondisi (psikologis) dimana seseorang merasa nyaman yang disebabkan ia merasa “memiliki” kontrol terhadap semua aspek di lingkungan tersebut.

John Naissbit menggambarkannya sebagai sebuah “gua”. Penghuninya merasa nyaman dan aman dari hujan badai, binatang buas, atau bahaya lainnya. Mereka menjadi malas meninggalkan gua tersebut karena nyaman untuk kehidupan mereka.

Mungkin, kalau di zaman sekarang, bukan gua lagi analoginya, tetapi “rumah’.

Kira-kira begitulah analogi dari zona nyaman.

Tetapi..

Bagi seorang yang ingin bergerak maju dan berkembang, zona nyaman merupakan “racun” yang berbahaya. Kenyamanannya cenderung melahirkan sisi lain dari manusia, kemalasan.

Memang tidak salah juga karena setiap orang berburu kenyamanan, untuk itulah mereka bersusah payah mencari nafkah. Mereka menginginkan ruang dimana mereka tidak perlu merasa cemas dan khawatir. Mereka butuh tempat yang akan melindungi kita dari bahaya.

Jadi, begitu mereka menemukan tempat yang nyaman, hasilnya rasa malas untuk keluar lagi itu besar.

Dan, hal itu adalah sesuatu yang membahayakan bila seseorang memiliki target atau keinginan untuk maju dan berkembang.

Berbagai contoh nyata di dunia menunjukkan hal itu.

Yahoo pernah menjadi berkuasa di dunia mesin pencari, tetapi namanya perlahan tapi pasti semakin tenggelam dan kalah dari Google, Bing, Baidu, dan sebagainya.

Nokia, Ericsson, Motorola, dulu merupakan penguasa di dunia ponsel dan menjadi incaran banyak orang. Sekarang, namanya tak terdengar lagi, dibenamkan oleh Huawei, Xiaomi, Oppo, Samsung, dan lainnya.

Semua ini karena mereka tenggelam dalam dunia nyamannya sendiri dan merasa mereka sudah tidak dalam bahaya apapun.

Pernah terbayangkan bahwa Yahoo tahun 2002 pernah menolak membeli Google seharga US$ 5 milyar? Mereka merasa harganya terlalu mahal dan tetap yakin bahwa Google tidak akan menjadi pesaingnya.

Sekarang, Google memiliki nilai sekitar US$ 500 milyar, 100 kali lipatnya dan berkuasa di dunia mesin pencari. Yang paling menyedihkan, menyingkirkan Yahoo dari tahtanya sebagai raja mesin pencari.

Itu adalah beberapa contoh kegagalan yang salah satunya disebabkan “zona nyaman”.

Sesuatu yang saya sadari saat ngeblog.

Sering terpikir juga mengapa saya harus ngeblog karena pemasukan dari gaji saja sebenarnya sudah cukup sekali? Kenapa harus mau repot-repot dan berusaha menjadi publisher Adsense?

Tapi, setelah pengalaman di-PHK sekitar 14 tahun silam, saya belajar bahwa zona nyaman itu berbahaya. Suatu waktu zona nyaman itu bisa hilang, dan saya harus mempersiapkan diri. Apalagi kalau dilihat 5-6 ke depan, saya sudah akan memasuki masa pensiun, jadi, saya harus bersiap.

Begitu juga saat menulis, saya terbiasa untuk menulis bernada argumentatif, mengingat kesukaan untuk berdiskusi di dunia maya. Tetapi, pertanyaan saya, apakah cukup dengan menulis dengan gaya ini saja? Jawabnya tidak, saya harus belajar gaya lainnya karena pangsa pasar untuk gaya seperti ini tidak banyak.

Jumlah tulisan pun menjadi bagian dimana saya tidak mau terjebak dalam zona nyaman. Berapa tulisan yang membuat nyaman? Yah 1 bulan sekali enaknya dan tidak dikejar target.

Tapi, apakah blog saya akan berkembang? Ya tidak. Kemalasan tidak akan memberikan hasil yang baik. Jadi, saya merubahnya menjadi 1 hari sekali, kemudian 3 kali sehari, 4 kali sehari, dan sebisa mungkin terus bertambah sampai titik batas kemampuan yang ada.

Saya menolak untuk berdiam di “zona nyaman” dan akan terus berusaha meninggalkannya. Memang, akan lebih mudah menemukan alasan, “Haduh, saya sudah nyaman begini”, “Wah, saya terbiasa begini dan begitu”. Tapi, mencari alasan tidak akan membuat saya berkembang.

Buat saya, saya lebih suka keluar dari “gua” dan terus melihat dunia. Memang, sudah pasti akan ada bahaya yang mengancam. Saya pasti akan jatuh dan jungkir balik untuk menjalaninya. Babak belur pasti akan saya alami.

Tetapi, setidaknya saya belajar banyak dari semua yang saya lihat, dengar, dan alami. Saya punya pengetahuan lebih banyak daripada saya berada di dalam gua.

Saya berkembang.

Juga, saya bisa lebih cepat melihat kalau “bahaya” datang dan bisa mengambil tindakan. Semua itu tidak akan saya dapat kalau terus bertahan di “gua” zona nyaman.

Dan, saya akan terus begitu. Terus berusaha meninggalkan zona nyaman. Bukan berarti tidak akan kembali, suatu waktu saya butuh kenyamanan juga. Namanya juga masih manusia.

Tetapi, saya tidak akan menetap dan bertahan disana.

Bagaimana dengan Anda Kawan MM?

8 thoughts on “Meninggalkan Zona Nyaman Untuk Terus Berkembang”

  1. Nggak bisa dipungkiri, saya termasuk orang yang suka stay di zona nyaman mungkin karena itu blog saya nggak punya banyak perubahan atau perkembangan 😂 hanya saja, dalam hidup, sama seperti yang mas katakan, saya merasa perlu ke luar dari zona nyaman untuk bisa survive apabila hal buruk terjadi dalam hidup saya ~

    Salah satu hal yang saya lakukan untuk ke luar dari zona nyaman adalah ikut kelas hahahaha. Saya banyak ikut kelas yang relate to develop skill, mas. Karena saya berpikir if one day usaha collapse atau pasangan berhenti kerja karena satu dan lain hal, saya tetap bisa punya pemasukan dari skill yang saya punya 🙈 dan setelah mempelajari serta mengikuti banyak kelas, jujur saya sekarang merasa lebih aman. Semacam sudah punya back up jelas. Mungkin ini pula yang mas rasakan saat develop blog mas, agar ke depannya setelah mas pensiun, mas bisa merasa aman karena ada back up yang sudah mas bangun dari blog mas sejak lama. Well, apapun itu, semangat untuk kita 😍

    Reply
    • Betul Eno karena pada dasarnya zona nyaman itu ada dimana-mana dan dalam berbagai bentuk. Memang kebetulan karena saya berniat mengembangkan bisnis lewat blog, maka dikaitkan kesana.

      Sebenarnya memang seharusnya seseorang tidak tenggelam di zona nyaman terlalu lama. Yang seperti ini cenderung melenakan.

      Saya sih yakin Eno sudah terbiasa dan berencana menghadapi yang seperti ini dan tahu posisi zona nyamannya dimana, serta bagaimana menghindari dan memanfaatkan zona nyaman itu.. hahahaha

      Reply
  2. “Semakin lama kita hidup, semakin banyak yang kita rasakan, semakin jauh kita berjalan, semakin bertambah pengetahuan” #kata pepatah

    Pokoknya setuju sama pembahasan di atas, kita harus bergerak cepat, selagi kita mampu untuk melakukannya, daripada diam di zona nyaman dan menyia-nyiakan keahlian dan waktu yang kita miliki.

    Reply
  3. Terkadang perlu goncangan besar untuk bisa sadar bahwa kita ada di zona nyaman…

    Jurgen Klopp mengawali musim ini dengan hampir tanpa perombakan berarti, nyaman sekali dengan skuad musim lalu, skuad yang sudah juara, cara bermain yang sama (dengan hasrat yang mungkin berbeda). Tadi malam mereka diguncang aston villa 7-2

    Tapi ya, makasih sudah mau nemenin MU, kayak main tenis saja, kalah 1-6 dan 2-7
    😀

    Reply
    • Betul sekali.. dan betul banget..

      Hahahaha.. aku pikir yang dua ini main badminton euy..

      Tapi mas Grub ga pernah gagal bikin saya ngakak setiap kesini.. makasih mas…tumben kita akur soal yang itu

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply