Untuk Memakai Teknik SEO, Perlu Topik Yang Spesifik

Selamat Pagi Kawan MM!

Belakangan ini rupanya banyak sekali blogger yang rupanya sedang mulai belajar SEO atau Search Engine Optimization (Optimasi Mesin Pencari).

Sebuah hal yang bagus sekali.

Hanya saja, saya melihat sebuah “kebingungan” tentang harus mulai darimana dan bagaimana menerapkannya pada artikel. Teorinya tahu, tetapi melaksanakannya sepertinya masih gagap.

Wajar saja sih, namanya juga baru melangkah. Pasti akan terbata-bata dan agak berat, tetapi kalau tidak dilanjutkan malah tidak akan maju.

Nah, salah satu permasalahan umum yang banyak ditemukan dan kerap tidak disadari adalah konsep SEO membutuhkan topik yang “sempit” dan “fokus”. Dengan begitu kata kunci bisa dipergunakan secara maksimal.

Pernah membuat makalah atau skripsi? Dosen pembimbing pasti akan sering mencoret usulan judul yang diajukan kalau ia menilai topik terlalu lebar. Ia akan terus meminta revisi agar judulnya dipersempit lagi. Tujuannya agar pembahasan tidak melebar kemana-mana.

Kira-kira SEO sama dengan konsep skripsi atau makalah.

Contoh di masa kini pemakaian topik sempit dan terfokus itu ada di Wikipedia atau Wikihow.

Kecuali Kawan sudah mahir dalam menggunakan multiple keywords, sebaiknya hal yang paling pertama dilakukan sebelum membuat tulisan adalah mempersempit topik yang akan dibahas.

Contohnya saja, dalam genre traveling sudah menjadi sebuah kebiasaan untuk memakai judul, “Berwisata sehari di Kota Semarang” atau “Seminggu berkelana di Korsel”.

Di dalamnya ada pergi ke tempat ini, ke tempat itu, berkuliner ke sana ke sini, dan seterusnya.

Lebar sekali.

Lebih lebar lagi ketika ditambahkan berbagai kisah persiapan, cerita selama perjalanan, dan berbagai bunga tulisan.

Sulit untuk menerapkan SEO karena “kata kunci” nya terlalu umum dan beragam sekali.

Juga, karena SEO lebih ditujukan pada para pencari informasi, polanya tidak sesuai dengan yang biasa dilakukan para pencari informasi. Misalkan seorang pencari informasi hendak pergi ke Semarang, maka biasanya dia bukan mencari cara berwisata ke Semarang, tapi ia akan memasukkan keyword “Lokasi wisata di Semarang” atau “Tempat kuliner di Semarang” atau “Kuliner yang hits di Semarang”.

Spesifik. Fokus.

Bukan berarti tulisan luas seperti itu tidak mungkin tampil di Page One SERP (Search Engine Result Page – Halaman Hasil Pencarian Google). Jika yang dibahas persaingan rendah dan tidak ada tulisan lagi, tetap bisa muncul. Hanya, peluangnya kecil sekali.

Jadi, jika mau menerapkan SEO, pecah topik besar menjadi topik-topik kecil, misalkan “Berwisata ke Semarang”

Topik ini bisa dipecah lagi menjadi banyak topik kecil

  • Ulasan tentang kuliner (pergi ke sepuluh tempat kuliner, buat 10 tulisan terpisah)
  • Ulasan tentang lokasi wisata A (misalkan Lawang Sewu), atau B, atau C, atau D (masing-masing dibuat ulasan sendiri)
  • Cara pergi ke Semarang (khusus menjelaskan caranya saja tanpa embel-embel yang lain karena banyak pencari informasi jenis ini)
  • Lokasi bangunan bersejarah (ada 5 yang dikunjungi, buat 5 ulasan)

Dengan begitu semuanya menjadi spesifik dan penerapan SEO bisa dilakukan maksimal. Dampak baiknya lagi, ide untuk bahan tulisan menjadi banyak (karena masing – masing beranak pinak).

Kemudian, semua itu bisa dijadikan tulisan bergaya

  • List (seperti Listverse) berisi daftar tempat
  • Berupa review/ulasan satu lokasi

Kalau memang masih merasa perlu, barulah buat satu rangkuman secara lengkap seperti biasa dengan segala kembang tulisannya.

Jadi, tulisan terfokus tadi buat menjaring pembaca karena teknik SEO bisa berperan, tulisan rangkuman untuk bersenang-senang.

Memang, mungkin ada rasa bosan saat menulis yang itu-itu saja, tetapi kalau niatnya menjaring pembaca, “pengorbanan itu perlu”.

Salah satu contohnya adalah tulisan sendiri di blog Lovely Bogor, judulnya “Kebun Raya Bogor – Spot/Tempat Mana Yang Menarik“.

Kebun Raya Bogor sendiri adalah sebuah tempat yang luas (87 hektar) dan di dalamnya ada berbagai taman yang punya tema masing-masing. Mayoritas pengunjung sana membahas hanya secara global dengan kata kunci Kebun Raya Bogor.

Saya memecahnya menjadi yang lebih spesifik lagi, seperti Taman Teijsman, Pemakaman Belanda Kuno, Danau/Kolam Gunting, Tugu Dua Abad Kebun Raya, Taman Astrid, dan lain sebagainya.

Elemennya diperkecil lagi sampai spesifik dan SEO bisa maksimal.

Tulisan tentang spot menarik di KRB itu adalah rangkuman globalnya.

Hasilnya, ketika tulisan spot menarik tergeser akibat persaingan keras di SERP (bisa bayangkan blogger yang membahas Kebun Raya Bogor), tulisan yang lain tetap menjaring pembaca. Lovely Bogor tidak ambruk karena satu tulisan kalah bersaing.

Jadi, kalau mau belajar memakai SEO, coba belajar menyempitkan topik terlebih dahulu. Kalau topik terlalu lebar, persempit dulu. Jangan dipaksakan untuk memakai SEO karena hasilnya tidak akan maksimal.

Itu saran dari saya sajah yah.

Mau dipakai atau tidak, pastinya terserah Kawan saja.

10 thoughts on “Untuk Memakai Teknik SEO, Perlu Topik Yang Spesifik”

    • Kalo keyword-nya sama iyah.. (pakai Yoast kan juga begitu disarankannya)

      Tapi, kalau ini kan topik dipecah, keywordnya menjadi berbeda.. hahahaha

      Jadi nggak ada yang namanya kanibalisme keyword.

      Cuma sebenarnya sih saya nggak peduli banget.. haha lha ya wong di MM itu ide didaur ulang terus terusan.. karena saya nggak mikir soal itu, tetapi saya benarkan bahwa sebaiknya dalam satu blog, keywordnya jangan ada yang sama

      Reply
  1. Tiap kali ke sini selalu mendapatkan ilmu baru, asik banget berguru gratis ðŸĪŠ
    Kadang aku iseng ingin menerapkan SEO ke blog lho kak tapi bingung juga ketika membuat judul dan menentukan keyword. Ternyata kalau mau mengejar SEO tidak mudah namun akan terbiasa kalau udah sering dilakukan sih.

    Reply
  2. Saya sudah give up SEO mas sepertinya karena topik blog saya memang bukan topik yang dicari di internet hahahaha 😂

    Mas saya penasaran kalau di GA itu kan ada info grafik kunjungan. Isinya social, terus referer, organic dan referer. Dulu mas pernah bahas tapi saya lupa judul post-nya apa. Mau tau bagian mana yang asalnya dari hasil kunjungan di Google. Yang organic, yah?

    Reply
    • Hahahaha.. saya pikir kok malah lega Eno nggak terjun ke dunia SEO.. wakakakak.. Bukan apa-apa. SEO itu mengikat dan sebenarnya menghilangkan keluwesan dalam menulis.

      Padahal, saya tuh suka membaca tulisan Eno.. kalau tiba-tiba jadi kaku, waduh.. rugi bandar atuh

      Betul Eno. Istilahnya Organic Traffic, jadi segala kata kunci yang dimasukkan ke dalam kotak mesin pencari masuk ke organic

      Reply
  3. Kadang saya kesal sama Google loh Pak, orang-orang berlomba di page one, tapi google kadang meloloskan postingan copas di page one.

    Ini postingan bahas apa, komennya apa ya? hahahaha.

    Kalau baca ini, saya jadi merasa, blog saya memang sulit diterapkan beneran SEO, pertama konsep SEO yang lebih terarah itu berlawanan dengan konsep saya.
    Misal template aja, rasanya template saja saya sama sekali nggak SEO friendly hahaha, apalagi tulisannya, saya lebih suka memberikan sentuhan pengalaman saya di semua tulisan saya, yang sepertinya bikin tulisan jadi meluas.

    memang kudu bikin blog lain yang spesifik sih kalau mau beneran SEO, yang jelas bukan personal blog, tapi lebih mengarah ke niche tertentu ya Pak 😀

    Reply
    • Silakan mo komen apapun dimanapun disini mah.. mau sesuai topik atawa kagak” bebas..

      Memang betul sekali Rey, kalau tulisan bergaya personal, maka akan rumit menerapkan SEO. Bukan berarti tidak bisa tapi sulit. Bahasannya harus spesifik sekali.

      Keluhan Rey soal page one itu sendiri sudah banyak dibahas di luar negeri, dimana terkadang hasil pencarian justru tidak memberikan hasil yang bagus karena ternyata banyak tulisan yang copas atau cuma menang dioptimasi yang muncul di halaman pertama.

      Mau tidak mau, suka tidak suka, kalau mau tulisan nangkring di Page One kudu nyari backlink buanyak banget.. Konsep 20:80 itu saya rasa asalnya karena situasi begini

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply