Uang Penting, Tapi Perlukah Merubah Beranda Blog Menjadi Etalase?

Selamat Malam Kawan MM!

Uang itu penting di masa sekarang. Untuk membeli beras, sayur, ikan asin, dan berbagai pemenuhan kebutuhan hidup memerlukan uang.

Jadi, saya sangat mengerti kalau seorang blogger memonetisasi blognya. Bahkan, saya mendukung usaha tersebut bagaimanapun ngeblog itu membutuhkan biaya dan kalau ada pemasukan dari blog itu sendiri, kenapa tidak? Sah-sah saja kok.

Hanya saja, mungkin kita sebagai blogger tetap harus menjaga keseimbangan.

Blogger tetap akan membutuhkan pembaca agar blognya menjadi bernilai. Semakin banyak semakin baik. Dengan begitu, blognya tetap memiliki nilai di mata pemberi job. Jadi, meski pemasukan uang penting, tugas utama seorang blogger harus tetap terjaga, yaitu memberi “manfaat” bagi pembacanya.

Tapi…

Terkadang, saking semangatnya mengejar pendapatan, banyak blogger lupa terhadap pembacanya.

Dalam waktu kurang dari dua minggu ini, saya tidak jadi “menjadi pembaca” di tiga blog.

Bukan apa-apa, tetapi karena kesan pertama saat masuk ke blog tersebut, saya merasa seperti bukan masuk ke sebuah blog. Saya seperti masuk ke sebuah toko.

Kesan itu didapat karena, di homepage atau beranda semua isinya berupa content placement atau artikel bersponsor. Bukan hanya itu saja, halaman berikutnya no 2 dan 3 , isinya juga sama. Promosi produk.

Pertanyaannya, apa yang harus saya baca?

Ada menu lain kan? Ada, jelas. Hanya, setelah menemukan 2 sampai 3 halaman muka ulasan produk semua, siapa yang berani menjamin tulisan sejenis tidak bertebaran di sana juga?

Mungkin karena saya seorang blogger, jadi melihat dari sudut pandang seperti ini. Tetapi, saya rasa bukan tidak mungkin juga pengunjung umum mendapatkan kesan yang sama, bahwa mereka salah masuk.

Bukan masuk ke sebuah blog, tetapi ke sebuah toko online yang hanya menawarkan barang saja.

Saya pikir, tidak seharusnya hal ini terjadi, jika sang blogger tidak terlalu malas dalam mengupdate blognya sendiri dan cuma terfokus mengejar uang saja. Toh sangat mudah sekali dengan melakukan sistem selang seling.

Misalkan saja, 1 sponsored post/content placement dan 1 artikel non profit. Ini saja sudah mengubah impresi di halaman beranda. Apalagi kalau rasio diubah menjadi 1:2 atau 1:3 dimana 1 blogspot untuk cari uang dan 2 atau 3 posting biasa.

Halaman homepage tidak akan berkesan jadi etalase produk saja.

Pembaca sekarang sudah maklum masalah keberadaan iklan. Meski tidak bergelut di bidang yang sama, mereka cukup tahu mana yang promosi dan yang bukan, dan bukan sebuah masalah.

Sama seperti iklan di televisi atau radio, mereka sudah terbiasa dan menganggap wajar.

Hanya saja, terlalu banyak iklan/promosi dalam bentuk apapun, tetap saja akan menghadirkan rasa “kesal” dan “tidak nyaman”. Coba saja kalau sedang menonton di televisi dan iklannya terlalu banyak, pasti akan ada ungkapan kekesalan yang keluar.

Begitu juga dengan pembaca di sebuah blog.

Mendapatkan penghasilan itu wajar dan bahkan penting bagi perjalanan seorang blogger, tetapi tidak berarti hal itu harus mengorbankan pembaca atau calon pembacanya. Bagaimanapun, tanpa pembaca, sebuah blog tidak akan memiliki nilai jual.

Dan, menjadikan homepage blog sebagai etalase, rasanya justru kontra produktif kalau niatnya untuk mendatangkan pembaca. Para pembaca datang ke blog untuk membaca tulisan dan pemikiran bloggernya. Kalau mereka mau berbelanja, mereka akan pergi ke toko online.

Jadi, sayangi pembaca Kawan semua dan mulai dengan menjaga keseimbangan di homepage atau beranda blog sobat. Cek apakah sudah berubah jadi etalase atau masih sebuah beranda.

12 thoughts on “Uang Penting, Tapi Perlukah Merubah Beranda Blog Menjadi Etalase?”

  1. benar, dari kaca mataku pribadi sebagai pembaca (bukan sebagai blogger), memang kadang mundur teratur kalau laman awal isinya job semua huehehe…maksudnya yang berderet gitu, walaupun tentu aja mungkin aku paham tujuan utamanya memang sedari awal untuk penghasilan, nah tapi jadinya aku lebih memilih membaca blog lain pada akhirnya huehhehehe

    Reply
  2. Hehehehe ini sama saja dengan mau menonton drama di TV tapi 90% isinya iklan kemudian 10%nya baru cerita. Yang ada langsung ganti channel lain atau matikan tivinya sekalian 🙈

    Saya paham dan mewajarkan mungkin karena preferensi dan tujuannya beda. Paling saya sebagai pembaca lebih memilih mundur teratur dan cari bacaan lainnya 😆 karena balik lagi, itu soal selera personal. Bisa jadi blogger tersebut memang sukanya blog yang penuh tulisan sponsor. Who knows 😂

    Reply
    • Iya juga yah… Mungkin mereka suka sekali memasang tulisan bersponsor..

      Bisa jadi.

      Bisa jadi..

      Hahahaha… Memang bener saya akhirnya mundur teratur. Dan, hari ini saya nemu satu lagi, yang akhirnya saya minder karena blog saya nggak ada sponsored post atau content placementnya.. Hahahaha

      Reply
  3. Hahahaha, saya udah kenyang dan hafal banget blog dengan model gitu Pak, kebanyakan memang ada 2 alasan untuk itu.

    1. memang nggak punya waktu lebih buat nulis konten organik
    Saking banyaknya job yang dia ambil, sementara yang namanya job itu, bukan hanya nulis langsung kelar, tapi juga termasuk optimasinya, salah satunya kudu kita ikutin list blogwalking biar postingan kita (terbilang) ramai komentar, jadinya waktunya habis buat blog walking di list BW tersebut

    2. Blog yang empunya cuman punya blog buat nampung duit, ada nih yang kayak gini, rata-rata memang awalnya bukan blogger, bisa buzzer bahkan kuter, yang berimigrasi jadi blogger, jadinya isi blognya katalog semua *eh 😀

    Reply
    • Yup.. bener banget.. artinya pembaca cuma dilihat bagai duit yang jalan doang.. wakakakaka

      Kalau yang pertama, berarti dia belum bisa jadi manajer yang baik bagi blognya karena seharusnya dia bisa mengatur keseimbangan.

      Secara jangka pendek, memang dia dapat uang lebh banyak, tetapi secara jangka panjang, hal itu merusak brand atau imagenya sendiri.

      Nah, aku suka yang Rey karena disana terlihat keseimbangan itu.. Padahal kamu kan ngakunya ngeblog buat nyari duit, tapi keseimbangan terjaga

      Reply
  4. setelah berguru ke mastah mastah blogger, untuk menulis tulisan sponsor dan organik ada prosentasenya.
    1 tulisan sponsor berbanding dengan 3 tulisan organik. biar orang yang berkunjung juga nggak melulu baca postingan “jualan”
    aku lagi belajar juga menerapkan beginian. tapi juga jarang terima sponsor hehehe

    Reply
    • Iya Nun.. sebenarnya logika manusia juga nggak akan suka kalau disuguhi cuma jualaaannn terus…

      Tenang saja Nun, pada saatnya nanti, Inun akan kerepotan sendiri deh.. Saat itu saya bantu deh, bantu minta job ke Inun. Hahahaha.. cuma siapa yang mau ngasih job ke orang ndableg yah..:-D

      Reply
  5. Aku juga ngeblog buat cari duit dan banyaaaak nerbitin sponsored post di blog. Rasionya 50:50 kali dengan artikel informasional. Tapi pembacaku suka, karena aku rada strict soal sponsored post biar nggak sekedar promosiin produk tanpa ngasih value ke pembaca.

    Pertama, harus aku yang nulis artikelnya, karena kalau artikel dari mereka biasanya jelek.

    Kedua, cuma nerima produk yang sesuai niche blog dan produknya bagus. Jangan pernah ngereview produk jelek, never.

    Ketiga brand harus ngasih bahan yang lengkap dan bagus, harus mau aku tanya-tanya.

    Keempat, harus ngasih produk gratis biar bisa nyobain. Ini penting, aku hampir nggak pernah nerima brand yang nggak ngasih produk.

    Kelima, nulisnya ngambil angle yang bermanfaat buat pembaca. Aku nulisnya pakai formula copywriting biar pembaca tertarik lebih lanjut dengan produk, tapi aku tulis dengan jujur tentang produknya. Jadi win win ada value buat brand dan pembaca.

    Hasilnya selama ini banyak pembaca blogku yang komen dan japri nanyain produk. Mulai nanyain rekomendasi produk sampai nanya kontak brand buat kulakan. Trafik ke artikel2 sponsored post di blog lumayan ramai.

    Jadi bagiku nggak masalah banget blog isinya macam etalase produk asal bisa ngaturnya dengan prinsip reader first. Karena nyatanya juga banyak pembaca yang butuh dibantu nentuin produk yang mau dibeli sesuai kebutuhan mereka. Jadi fungsi blog bukan buat pengganti toko online, tapi ngebantu buying decision pembaca.

    Blog mau isinya informasional, mau review mulu, mau apapun itu semua bisa jelek bisa bagus tergantung bloggernya.

    Reply
    • Kata kuncinya 50:50 dan berarti dikau tidak 100% menampilkan tulisan bersifat promo. Bisa dibayangkan bahwa homepagenya tidak akan 100% bersifat promo.

      It’s OK untuk mencari uang melalui sponsored post. Juga bisa dipastikan ada banyak orang yang membutuhkan informasi.

      Namun, tetap saja saya berpikir sebaiknya tulisan bersponsor diimbangi dengan tulisan non promo.

      Reply
      • Selang-seling sih kak, kadang homepage 100% promo, kadang 100% informasional. Nggak masalah karena artikelnya emang dibutuhin pembaca aku.

        Yang jadi masalah lagi tuh banyak blogger yang nyari duit dari sponsored post serampangan. Artikel dari brand kebanyakan jueleeeek, bagusnya mau dibayar murah atau mahal ya diedit dulu lah atau direwrite biar ada manfaatnya buat pembaca. Pengalamanku sih brand banyak yang nyari backlink doang mereka nggak masalah sama isi artikel dan banyak yang ngebolehin artikelnya diedit.

        Tanggung jawab dikit lah sama pembaca kan pembaca juga yang ngasilin duit buat blogger, mana mau brand ngasih job kalau trafik sepi ya kan. Jadi walaupun dibikin berimbang artikel sponsor dan non sponsor kalau artikel sponsornya dibiarin jelek ya sama aja bo’ong. Cuma ya udah lah aku suka ngomong kaya gini ke teman tapi gimana lagi dia nyari duit dari blog cuma setengah setengah maka disuruh profesional dikit ya susah.

      • Saya setuju dengan pandangan mengenai menerbitkan konten yang lebih enak dibaca. Mencari uang dari sponsored post ga masalah. Bahkan pada titik ekstrim mau semuanya isi tulisan promo juga ya urusan pemilik blog. Hanya kalau artikelnya tidak enak dibaca ya repot.

        Makanya menurut saya sih jalan terbaik tetap memadukan antara promo dan non promo. Tapi pandanganmu betul sekali bahwa kualitas artikel pun perlu mendapat perhatian karena tetap saja akan ada efeknya kalau pembaca tidak suka pada apa yang kita tampilkan. Ujungnya ya itu tadi, pemngunjung bisa menjadi sepi dan akhirnya menurunkan rate card si blogger sendiri.

        Good insight bro… suka mendengarnya

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply