Renungan Dari Phebie : Komentar Kontroversial Bukan Komentar Konyol

Selamat Pagi Kawan MM! Have a nice day!

Kemarin, saya sempat tersenyum sendiri akibat komentar salah satu kawan. Sementara kawan lainnya, Mbak Rini Uzegan berkata bahwa gaya berkomentar saya mirip ngajak berantem, kawan yang ini justru seperti menunggu saya memberikan komentar kontroversial di blognya.

Phebie, dari blog Life Essentially, mengatakan komentar saya biasa saja. Dia mempertanyakan apakah itu karena tema tulisannya yang kurang provokatif, jadi saya berkomentar biasa saja.

renungan dari Phebie - Komentar Kontroversial Bukan Komentar Konyol A

Secara pribadi, saya kagum dengan apa yang dikatakannya. Sementara kebanyakan mungkin akan menghindari untuk berdebat atau berdiskusi, apa yang dikatakannya justru seperti menginginkan hal itu terjadi.

Nah, kenapa saya begitu?

Begini penjelasannya,

  • Berkomentar secara kontroversial itu butuh pengetahuan agar bisa melihat beberapa sudut pandang, barulah kemudian dipilih mana sudut yang berlawanan. Dalam hal pembahasan di blog Phebie, pengetahuan saya belum cukup..
  • Tanpa pengetahuan, berkomentar menentang atau kontroversial itu akan berubah menjadi komentar konyol karena tidak berdasarkan pemikiran, data, atau asumsi yang jelas. Kontroversial bukan berarti tidak masuk akal.
  • Saya penganut prinsip “Kenali dirimu, kenali musuhmu” sebelum bertindak. Tidak lucu kalau saya menentang pandangan seseorang, tetapi kemudian ia ternyata ahlinya dan lebih paham tentang hal itu. Konyol namanya kalau begini.
  • Juga, saya perlu paham, setidaknya pengetahuan sedikit karakter dari orang yang mau dikomentari. Bagaimanapun, meski memakai gaya sengak dan nyebelin, tetap saya tidak mencari musuh, jadi saya harus mempertimbangkan efek juga dan kemungkinan reaksinya
  • Terakhir, apakah komentar menyebalkan seperti itu membawa kebaikan atau tidak? Setidaknya sebuah komentar harus memberikan sesuatu kepada penulisnya atau pembaca lainnya untuk dipikirkan sambil sesedikit mungkin menimbulkan ketersinggungan (bukan tidak sama sekali karena komentar seperti ini pasti akan menghasilkan rasa tidak enak di dalam hati)

Pengalaman sebagai internet ronin mengajarkan banyak kepada saya, termasuk hal-hal tersebut di atas. Berdebat, diskusi, dan menjadi kontroversial, bukan sekedar buka mulut kemudian berlagak “tahu”.

Ada banyak hal yang perlu dipertimbangkan. Paling tidak supaya saya tidak menjadi orang KONYOL.

25 thoughts on “Renungan Dari Phebie : Komentar Kontroversial Bukan Komentar Konyol”

  1. Numpang ngadem bentar kong..😊

    Sejak kapan ente hobi merenung kong.🤣 🤣 🤣

    Komentar kong Anton menurut Versi saya….Gimana yaa sebentar merenung ..Satu menit …Dua menit…Heemm!!..🤣 🤣 🤣 🤣

    Kalau versi mbak Rini komentar ente ngajak berantem, kalau versi saya biasa saja sama kaya Phibie…Tapi itu dulu tahun 2016.Tapi sejak 2018 saya sudah punya kesimpulan komentar si MM tak ubahnya seorang ayah yang sedang memberikan wejangan atau arahan, Tetapi tetap tanpa keharusan atau paksaan. Dan ternyata memang benarkan sang Empu blog MM…Memang sudah engkong2.🤣 🤣 🤣 Nah feeling saya jitu ternyata.🤣

    Bisa juga komentar seorang Kong Anton, Bah sebuah orang atau tokoh yang dituakan yang akan selalu memberi solusi tetapi tetap tanpa unsur pemaksaan atau keharusan. Buktinya dimana? Oohh banyak jika kita mau baca2 tulisan yang ada diblognya, Yang berjumlah lebih dari satu.😲 Mungkin itu versi saya….😊 Dan setiap orang tentunya punya sudut pandang yang berbeda tentang komentar ente kong. Tetapi tujuannya yaa tetap sama mungkin.

    Kalau versi mbak Rini mungkin beliau baca komentar kong Anton sambil ngebayangin wajahnya..? Lalu yang terlintas sebuah tampang jelek yang sedang marah2…Sehingga dibilang ngajak berantem Haaahaaaa.🤣 🤣 Makanya kalau ke Blog mbak Rini Make up dulu kong, Siapa tahu dia berubah pikiran Hiiihiiiii…..Kaaaboooorrrr.🏃🏃🏃🏃🏃

    Permisi dulu kong aahhh!…Artikel lainnya sudah gw baca semua ntar kalau sempat baru gw komentar2 lagi.🙄 🏃🏃🏃

    Reply
  2. Komentar kontroversial tergantung siapa yang membacanya mungkin mas. Jadi wajar kalau ada perbedaan di antara para pembacanya.

    Kalau saya pribadi berusaha menghindari komentar kontroversial di media tulis. Tidak ada nada bicara, tidak ada ekspresi muka. Jadi sulit dibedakan antara ingin menyampaikan opini yang berbeda atau memang ingin berdebat. Apalagi kalau di blog yang pemiliknya belum saya kenal.

    Kalaupun isi tulisannya berbeda dengan pandangan saya, saya biasanya ikut membaca komentar lain yang sudah tayang beserta respon si pemilik blog. Tapi sekali lagi, lebih baik saya menghindari kontroversi.

    Apalagi kalau berdiskusi di twitter, yang jumlah karakter sangat terbatas, saya takkan reply twit orang dengan komentar kontroversial. Ribet berdebat di twitter. Kalau memang ada waktu, isu yang hangat di twitter, saya tanggapi di blog. Saya bisa menyampaikan pendapat saya secara bebas.

    Reply
    • Kebanyakan memang akan begitu mas. Selama ini saya pikir kalau di media tulis (non medsos) pun masyarakat cenderung mengambil sikap yang sama dengan mas.

      Dan saya bisa paham tentang hal itu.

      Juga memang tidak heran kalau ada yang memandang bahwa saya ngajak berantem atau sejenisnya, karena sejak awal sih dah disadarin banget. Cumaaa… karena saya senang yang agak bandel mas, jadi ya tetap saya lakukan.. Tapi ga heran juga kalau ada yang anggap biasa saja.. Masing-masing kan boleh mengambil sudut pandang yang berbeda..:-D

      Kalau di medsos sendiri, saya mah terus terang males. Sudah lama nggak lihat medsos karena lebih cenderung hanya pelampiasan ego tanpa memberikan apa-apa.. Jadinya mending pindah ke blog

      Reply
  3. saya senang kok dengan gaya komentar pak Anton yang jujur
    klo baik ya baim klo enggak ya enggak
    dan bagi saya berisi
    itu yang dibutuhkan bagi sebuah blog post jadinya oh ternyata ada yang patut diapresiasi atau ada yang harus diperbaiki

    kalau maslaah kontroversial tergantung juga yang menerima karena komentar kan tidak seperti berbicara secara langsung jadi bisa saja ada miskomunikasi dari yang berkomentar maupun yang diberi komentar.
    ya begitulah hehehe

    Reply
    • Makasih makasih..#hiung langsung berkembang disebut begini sama mas Ikrom..

      Betul mas kontroversial atau tidak memang relatif sebenarnya. Walau karena kebiasaan, kadang komentar menentang itu dianggap “menyebalkan” hahahahaha.. Betul juga kalau soal susah mengekspresikan diri dalam bentuk tulisan

      Makasih mas..

      Reply
  4. Menurut saya, komentar Mas Anton biasa aja kalo yang baca emang udah terbiasa atau akrab dengan cara gaya bicara seperti Mas Anton, buat orang yang gak terbiasa atau hampir gak pernah dihadapkan dengan ‘cara diskusi’ seperti itu yah lewat, apalagi jika sikon disaat diskusi terjadi sedang tidak mendukung (belakangan ini, entah mungkin karena dampak wabah ini, banyak sekali orang2 yang jadi lebih sensitif, lekas emosi, lekas marah, ngomong ngasal yang penting ngeluapin emosi) Tapi bagi seorang pembelajar, komentar2 Mas Anton ibarat mendapatkan ilmu tanpa perlu mengalami, karena yang ngomong emang udah berpengalaman dan isi omongannya pun bukan tanpa dasar dan ilmu (kalo saya baca2 postingannya Mas Anton) cuman sayangnya, manusia ini bermacam-macam, dan si pembelajar ini ternyata gak lebih banyak dari orang yang cuma ngarep blog nya dikunjungi, dan menjadikan blog sebagai gallery hal hal yang hanya untuk dipamerkan dan bisa rusak kalo ada komentator yang opininya bersebrangan 😂😁

    Reply
    • Mbak Rini termasuk yang sudah biasa atau yang belum bih.. Hayoo Jujur!

      Betul sekali mbak, manusia itu bermacam-macam. Tidak semua bisa menerima gaya A dan prefer gaya B, begitu juga sebaliknya.

      Wakakaka.. tajam sekali pengamatannya mbakyu. Komentar menentang itu memang lumayan tabu bagi mereka yang sedang branding karena akan merusak image keprofesionalan mereka dan seperti membuka fakta bahwa mereka hanyalah manusia biasa?

      Reply
  5. Kontroversial atau tidaknya sebuah komentar itu tergantung yang menanggapi komentar tersebut.
    Dari beberapa komentar mas yang pernah saya baca seperti komentar mas yang ada di blog mbak Nita, komentarnya itu lucu dan membuat saya senyam-senyum sendiri kala membacanya walau ada sedikit arah untuk mengajak berdebat.

    Reply
    • Waduh.. sukurlah kalau pangeran dari planet Kripton menganggap saya lucu.. Kalau nggak, waduh bahaya banget.

      Seneng dengernya kalau ternyata mas bisa senyum-senyum. Cuma memang itu jeleknya saya, suka nyenggol-nyenggol yang kadang nggak perlu disenggol. Maklum, bawaan dari orok.. hahahahaha

      Reply
  6. Menurut saya komentar mas Anton selama ini nice, hehehe, dan sekali pun ada yang berbeda pendapat, tapi dituturkan dengan kata yang baik dan sopan, sehingga si penulis merasa tetap dihargai pendapatnya 😁 however, saya nggak heran kalau mungkin ada orang yang berpikir komentar mas Anton terlalu ‘keras’ ketika nggak setuju akan pendapat yang penulis tuliskan, dan kita nggak bisa hindari itu karena setiap orang pasti punya penilaian personal 😆

    Saya jadi ingat dulu mas Anton pernah komentar berseberangan sama tulisan saya di post Clean Habit dan komentar mas Anton sempat membuat sohibul saya yang baca kaget karena menurut mereka nada tulisan mas seperti ajak ribut 🤣 hahahahahahaha. Saya bilang sama mereka, mas-nya baik tauk, kalau beliau beda pendapat nggak apa-apa namanya orang pasti punya preferensi dan sudut pandang beda 🤭 baru setelah itu mereka sadar kalau mas Anton betulan baik dan ramah 😂 hehehehe.

    Yaaah buat saya, bagaimana pun cara mas Anton berkomentar atau menulis, saya akan tetap menikmatinya as it is ~ 😁 karena saya menganggap itu style mas yang membuat mas nyaman untuk menulis dan berkarya 🙈

    Reply
    • Hahahaha.. inget ajah yang itu. Baru tahu ada cerita di belakangnya.

      Saya sih sadar Eno kalau ada yang begitu karena dalam kehidupan sehari hari tetangga saja biasanya menjauh dulu. Mereka tahu kalau saya kalau ngomentari sesuatu nggak pake basa basi. Saklek banget.

      Makasih sudah bantu menjelaskan.. hahaha.. Terima kasih juga untuk pengertiannya

      Reply
    • Waahh saya nggak baca komentar pak Anton di clean habbit, jadi kepo hahahaha.

      tapi betul sekali nih.
      Pak Anton itu komen sesuai karakter empunya blog.

      Kayak dia komen di blog saya agak ‘keras’ karena pak Anton udah kenal karakter saya dari interaksi kami berkali-kali.

      Ini keliatan di beberapa blog, kayak di blognya si Mbul juga pak Anton lumayan blak-blakan, karena memang sesuai dengan gayanya si Mbul.

      Dan terakhir, pak Anton tuh komennya seperti yang digambarkan di atas itu, kenali dulu karakter orang, biar kagak jadi musuh, padahal maksudnya baik 😀

      Reply
      • Hahahaha.. banyak yang ngira hal itu ga diperhitungkan Rey, cuma, saya memang berhitung dan mempertimbangkan dulu, gaya apa yang bisa dipakai.

        Tetap akan ada efek, cuma bisa diperkecil kok.. hahahaha

  7. Baru kali ini ninggalin komentar di blognya mas Anton. Pernah baca beberapa artikel, tanpa meninggalkan komentar. Biasanya cuma baca komen-komen Anton yang ada di mbak eno. Komennya selalu menarik, bicara dari sudut pandang yang berbeda.

    Aku sih menganggapnya biasa saja. Tidak semua komentar mesti meng-iya-kan apa yang ditulis penulis. Perlu satu atau beberapa sudut pandang agar tulisannya menjadi lebih menarik.

    Tadi baca beberapa artikel, dan mas anton sering mengulang untuk menjadi diri sendiri. Ini sangat setuju, ga perlu pasang topeng. Cukup jadi diri sendiri saja 😀

    Reply
    • Haaahh.. Ternyata kita sudah saling intip tapi sama-sama ga pernah ninggalin jejak yah. Terakhir kali saya baca masvay itu soal Kutacane dan mesjid.

      Sukurlah kalau dianggap begitu.. Makasih mas..

      Nah, kalau pengulangan tema itu, biasanya pertanda… Bukan ingin menegaskan, cuma kemungkinan besar, saya sedang kehabisan ide, jadi ide yang ada diolah lagi.. wkwkwkwkwkwkw

      Reply
  8. Haloo mas Anton,

    Maaf baru reply.

    Ehh apa iya ya saya menginginkan itu? #lho kok bingung sendiri hahaha..

    Sebetulnya itu pernyataan saya biasa saja, ndak ada makna lain. Surprise sampai dibahas.

    Untuk bahasan baliknya sudah saya jadikan postingan blog sekalian, takut kepanjangan. :). Terima kasih idenya.

    Reply
  9. Astagaaaaa, saya pernah lama nggak main ke sini, tapi pas main, update an nggak banyak.

    Dan suprise banget pas ke sini setelah lama nggak ke sini, ampuunnn, ini mah makan waktu banget hahahaha.

    Saya tuh punya 2 DL tulisan yang kudu tayang besok, belom sama sekali saya tulis, tapi saya nggak bisa kabur dari blog ini, saking tulisannya menarik semuaaaa hahahaha.

    Pokoknya mah masalah blogging dan tetek bengeknya itu menarik banget buat saya 😀

    Btw, komentar saya kayaknya udah kepos di reply nya Eno, setuju banget dengan poin pak Anton di atas.

    Pak Anton itu nggak ujug-ujug datang lalu komentar kontroversial, tapi udah dikenali dulu karakter empunya blog, daaann iyes banget, kontroversial karena paham, bukan ngajak berantem aja tapi konyol hahahahaha

    Udah ah mau kabur, tapi pengen baca postingan yang satu lagi.
    racun ini mah hahahahaha

    Reply
  10. kalau aku baca komen komen pak anton di blog temen temen, deep gitu, menyampaikan pemikiran versi pak anton sendiri dengan pertimbangan pertimbangan yang masih oke, seperti komen-komen di blog mba rey, nalarnya oke punya pokoknya
    mungkin untuk yang pertama kali baca komen pak anton, kesannya seperti “marah” gitu hehehe, karena bahasa tulisan ya, coba kalau ngomong sepertinya penyampaiannya akan berbeda, mungkin bisa jadi smooth

    Reply
    • Wakakakaka.. jadi semua sepakat saya “galak” gitu ya Nun.. hahahaha.. seneng dengarnya.

      Memang betul kelemahan komentar dalam sisi tulisan tidak bisa menggambarkan secara full. Tapi juga bisa melindungi, soalnya siapa tahu saya saya lebih galak di dunia nyata..

      Iya nggak sih #nakutin (waakakakakakak)

      Reply

Leave a Comment