Pendekatan “No Nonsense” Dalam Ngeblog

Selamat Malam Kawan MM!

Pendekatan “no nonsense” mungkin kalau diterjemahkan adalah prinsip “tidak ada yang tidak mungkin” alias “pantang menyerah”.

Bekerja bersama orang asing (Jepang, Australia, China) selama lebih dari 25 tahun banyak mengajarkan bahwa memberi alasan saat sebuah tugas tidak terselesaikan itu bukanlah sesuatu yang bagus.

Yang terbaik itu adalah tugas selesai dan tuntas dikerjakan. Tidak ada jalan lain.

Pendekatan “no nonsense” sendiri semakin saya pahami ketika bergabung dengan kantor perwakilan sebuah perusahaan joint venture Australia-China di Jakarta 12 tahun lalu. Perusahaan tersebut baru berdiri saat itu dan hanya memiliki 3 pegawai termasuk saya (sekarang sudah 10 orang).

Semua hal harus dikerjakan sendiri tanpa campur tangan sang bos yang tetap berada di benua Kanguru. Pengoperasian kantor itu bisa dikata diserahkan pada kami bertiga.

Banyak masalah dimana kami tidak memiliki pengetahuan di dalamnya harus dihadapi, seperti masalah kepegawaian yang sebenarnya wilayah HRD (Human Resource Department). Juga masalah legalitas yang berkaitan dengan hukum dan peraturan.

Padahal, kami semua adalah marketing/merchandiser.

Semua itu harus kami selesaikan sendiri karena meminta bantuan sang bos pun tidak akan ada gunanya. Justru, sebaliknya kami yang harus memberikan panduan atau keputusan bagaimana harus mengambil langkah dan solusi terkait suatu hal.

Satu-satunya yang membuat kantor itu tetap beroperasi dan berkembang hingga sekarang adalah pendekatan “no nonsense” yang kami terapkan pada diri sendiri dan tim kami.

Kalau kami tidak tahu, maka kami harus mencari tahu. Belajar. Bertanya kesana kemari. Membaca bahasa hukum nan rumit juga termasuk di dalamnya.

Target kami hanya satu, tugas selesai.

Tidak ada kata tidak bisa.

Semua harus bisa dan kalau kami tidak bisa, kami harus mencari orang yang bisa menyelesaikan masalah tersebut.

Sikap itu terbawa dalam kehidupan saya sebagai seorang blogger. Bagi saya tidak ada kata “tidak bisa”, yang ada “belum bisa” dan “harus bisa”.

Contohnya, salah satu hambatan dalam diri saya dalam menulis adalah membuat tulisan bersifat storytelling atau bercerita. Berat sekali rasanya membuat konten sejenis itu.

Tapi, saya merasa sekali bahwa cara penulisan seperti itu penting dalam perjalanan ngeblog saya. Maklum saja, saya memiliki banyak blog yang karakternya berbeda satu dengan yang lain. Mau tidak mau terkadang saya harus menyesuaikan gaya menulis dengan sifat blognya sendiri.

Pilihannya bagi saya hanya satu, saya harus bisa menulis storytelling yang baik. Oleh karena itulah saya membuat blog si Anton, yaitu untuk belajar menulis dengan gaya yang berbeda.

Bagi banyak orang, tindakan saya bisa dianggap bodoh. Kalau tidak bisa, kenapa tidak dibiarkan saja? Toh setiap orang memiliki keterbatasan. Lagipula, toh saya sudah memiliki banyak blog lain?

Tapi, saya tidak bisa menerima pandangan seperti itu dalam hal ini. Saya memandangnya penting karena kemampuan storytelling sangat berguna membuat tulisan yang terasa mengalir, tidak formal, tidak kaku.

Jadi saya harus bisa menguasainya.

Saya tahu hal itu tidak akan mudah. Lebih mudah mengatakan, “Ah, saya mah biasa begini dan yang itu saya tidak terbiasa”.

Bisa dipastikan akan banyak hambatan di dalamnya. Tetapi, saya yakin hal itu bisa dipelajari dan dilakukan.

Begitu juga dengan jumlah blog saya yang mencapai angka 12 itu. Saya tidak heran kalau ada yang berpikir saya tidak punya kerjaan lain, tetapi saya butuh kesemuanya untuk mencapai target yang sudah ditetapkan, punya penghasilan saat pensiun nanti.

Oleh karena itu, saya menyatakan “harus bisa” mengembangkan kesemuanya.

Bagi orang lain hal itu mungkin sulit dimengerti, tetapi bagi saya, semua itu adalah “tugas”.

Dan, bagi saya, tugas itu harus diselesaikan dan bukan dicarikan alasan.

6 thoughts on “Pendekatan “No Nonsense” Dalam Ngeblog”

  1. Artikel ini melengkapi jawaban pertanyaan tentang bagaimana bisa seorang yg memiliki pekerjaan tetap bisa beternak banyak blog, dan ada blog yg updatenya sampai beberapa kali tiap harinya… Etos kerja dan goal setting plus no nonsense

    Your kungfu is very good, master… 😀

    Reply
  2. wah keren Pak Anton pengalamannya

    memang spirit untuk menyelesaikan pekerjaan ini harus tetap ada terutama bagi seorang blogger
    saya juga mulai mencoba terus mengelaborasi tema yang cukup susah ya walau terengah engah

    nanti akan ada hasilnya kok

    Reply
    • Iya mas Ikrom.. meski pun kegiatan iseng, saya pikir tidak ada salahnya memiliki target supaya punya motivasi untuk bergerak maju..

      Seperti mas Ikrom juga kan.. karena saya lihat terus konsisten dengan berjuang..

      Insya Allah akan ada hasilnya ya Mas..

      Salam hormat buat mas Ikrom

      Reply
  3. Judul artikel ini agak berbeda dan bisa dibilang agak aneh…..

    awalnya saya ingin close saja …….

    Namun ada bisikan di dalam hati untuk membacanya.

    Dan….ternyata isi artikelnya menarik. Sisi menariknya ada dua :

    Pertama :

    Apa yang Mas Anton alami di dunia kerja, dahulu saya pernah juga mengalaminya. Kita disuruh untuk mengerjakan hal yang diluar skill atau tugas kita. Agak berat sih, karena kita belum bisa dan terbiasa.

    Seiring waktu, ternyata ” tugas – tugas ” tersebut sudah mengembleng kita untuk selalu bisa walau belum bisa.

    Kedua :

    Ternyata di artikel ini dibahas juga tentang blog si Anton yang sudah menjadi blog bacaan pavorit saya ( uhuk..uhuk…. ).

    Saya baru tahu ternyata si penulisnya terasa berat banget untuk menulis tulisan yang bergaya bercerita itu.

    # Perlu diketahui, saya suka sekali membaca tulisan bercerita di blog si Anton.Saya selalu baca dan menantikan tulisan yang terbaru.

    Namun…..saya tidak meninggalkan komentar apapun, karena saya ingin menikmati proses membaca saja, entah nantinya……

    Alasan saya suka membaca blog Anton adalah

    1. Cara menceritakannya dan gaya penulisannya bagus sekali, saya seperti sedang mendengarkan orang sedang bercerita.

    2. Apa yang diceritakan di blog Anton sepertinya memang berasal dari Fakta dan pengalamannya.Nah, ini dia point yang paling penting, karena pepatah mengatakan ” pengalaman adalah guru yang terbaik “.

    Dan…saya mencoba untuk menyerap pengalamannya, karena siapa tahu suatu saat akan bermanfaat.

    Blog si Anton, kalau Mas mau suatu saat bisa jadikan dalam bentuk sebuah buku loh …..

    Dan….siapa tahu di 10 tahun akan datang menjadi buku pavorit yang digandrungi oleh banyak pembaca …..

    dannnn….menembus 1 juta kali cetak ulang……

    dann….

    Sudah dulu yah….koementnya kepanjangan…hehe.

    Reply
    • Kupikir bakwan jagung itu terbuat dari jagung, tapi bisa juga dari sawi dan kedele yah.. hahaha gayanya berubah-ubah euy..

      Betul mas Bakwan, memang terasa berat sekali kalau ditugasi sesuatu yang kita tidak bisa. Tetapi, pada ahirnya yang seperti justru memberikan nilai positif kepada kita.

      O ya, mas Bakwan sering kesana.. memang berat banget sih karena selain bergaya storytelling, juga karena berurusan dengan diri sendiri. Jadi, kalau saat menulisnya kadang bingung dan ada ganjelan di hati. Cuma yah lama kelamaan, akhirnya sudah mulai terbiasa untuk melakukannya.

      Ogah dan jangan dijadikan buku.. saya lebih suka begitu

      Makasih mas sudah mau berkunjung ke blog ajaib itu.. hahahah appreciate it a lot

      Reply

Leave a Comment