Bukan Tidak Boleh, Pakai Jika Perlu Saja

Selamat Pagi Kawan MM!

Belakangan ini, setelah melakukan migrasi ke WordPress, blog MM banyak membahas tentang memperbaiki kecepatan loading.

Memang betul, saya sedang berusaha melakukan sebisa mungkin untuk menjadikan blog ini semakin cepat karena hal itu menguntungkan baik untuk pembaca dan juga saya sebagai pengelolanya.

Salah satu hal yang saya ubah, bukan hanya mengurangi gadget/widget atau plugin saja. Beberapa bagian lain pun dirombak, termasuk kebiasaan saya sendiri saat melakukan update di blog ini.

Bagi kawan MM yang sudah sering bermain kesini, mungkin menyadari kalau di awal tulisan, tidak lagi dimulai dengan image/foto. Padahal, sebelum itu 95% image adalah pembuka.

Semua ini karena saya berpikir ulang tentang kebiasaan tersebut, saya menemukan bahwa prinsip menjadi ramah lingkungan itu sangat bisa diterapkan, yaitu “Bukan tidak boleh, pakai jika perlu” a.k.a. efisien dalam menggunakan sesuatu.

Mungkin sama dengan konsep Marie Kondo dan pengusung gaya hidup minimalis.

Contohnya, industri fashion/tekstil itu memang salah satu industri yang “boros” sumber daya dan menyebabkan pencemaran besar (sebagai orang yang bergaul di dunia ini, saya paham sekali).

Tetapi, apakah berarti kita tidak boleh memakai pakaian? Ya tidak juga dong, itu namanya menimbulkan permasalahan lain.

Berarti kita harus menemukan kompromi antara lingkungan dan kebutuhan, yaitu membeli pakaian kalau memang “butuh” bukan karena “ingin”. Percuma membeli pakaian kalau tidak pernah dipakai dan hanya sekedar pengisi lemari saja karena artinya “pengorbanan” lingkungan disia-siakan.

Efektif dan efisien kuncinya.

Jadi, saya mengajukan pertanyaan ajukan kepada diri sendiri untuk setiap elemen dalam website saya, contohnya image/foto

1) Apa peran image di bagian atas?

2) Apa memberi manfaat bagi pembaca?

3) Kenapa harus di bagian atas? Bisakah ditempatkan di bagian lain?

Jawabannya, ternyata

1) Sebagai pemanis/pelengkap saja karena pertama kali saat ngeblog, saya menyukai "konsep" majalah daripada blog, jadi penempatan image di bagian atas mengikuti cara umum berbagai media online

2) Tidak tahu karena hanya sebagai ilustrasi saja dan pemanis, rasanya sama sekali tidak ada manfaat bagi pembaca

3) Tidak tahu juga karena sekedar mengikuti kebiasaan

Dan, keputusannya adalah, menghilangkan image di awal tulisan (jika tidak diperlukan). Hal ini sudah dimulai dan bahkan, perlahan, saya akan merombak tulisan-tulisan yang lama. Pelan-pelan, tidak sekaligus karena bakalan memakan waktu.

Kenapa?

Ya karena kalau tidak memiliki fungsi untuk apa dipasang? Tetap memasang image di awal tanpa ada manfaat berarti saya membiarkan

1) Pembaca harus kehilangan beberapa Kb kuota mobile data untuk sesuatu yang nggak perlu

2) server juga memakai daya yang akhirnya mubazir, 

3) kecepatan loading web melambat sepersekian detik.

Dengan hilangnya image di awal tulisan, pembaca bisa menemukan langsung apa yang hendak dibaca dan sedikit lebih cepat.

Cuma, masih ada catatan “jika tidak diperlukan” karena saya menyadari juga bahwa terkadang image di bagian atas memang diperlukan.

Pada blog Lovely Bogor, image di bagian atas justru penting untuk memberi gambaran tentang yang disebutkan dalam judul. Image disana hasil jepretan sebuah momen dan bukan sekedar ilustrasi atau pelengkap. Jadi, mau tidak mau “diperlukan”.

Hanya kalau di blog MM karena sifatnya ilustrasi saja, maka perannya kurang penting bagi sebuah artikel.

Jadi, saya pikir kalau seorang blogger memang hendak memperbaiki kecepatan loading blognya, sebaiknya bukan sekedar mengikuti apa yang dikatakan orang lain. Ia harus mau menelaah secara dalam tentang fungsi dari setiap elemen di blognya.

Disana harus dilihat

  • fungsi/peran
  • ongkos/pengorbanan yang terjadi akibat memasang sebuah elemen baik bagi website atau pembaca
  • manfaat yang diberikan

Seperti contoh, si A ingin websitenya tetap “unyu”, “cantik” karena membahas soal fashion dan kecantikan, tetapi mau cepat juga.

Apa yang harus dilakukan?

Saya pikir pertanyaan pertama adalah tentang konsep “unyu” dan “cantik” yang dia atau pasar pembacanya mau.

“Unyu” itu bisa beragam dan belum tentu harus terlalu banyak pernak pernik. Bisa dengan memainkan warna, memasang image atau ikon yang lucu, atau dengan template yang “girly”.

Mau yang seperti apa?

Dari konsep awal itulah dikembangkan dengan elemen pendukung, tetapi dengan tetap berpikir bahwa semua harus efisien. Apakah perlu memasang image PNG atau JPG? Apakah widget labels harus dipasang dalam bentuk cloud atau dropdown?

Kalau belajar dari pengalaman, banyak hal yang kita anggap “penting” kalau ditelaah lebih dalam sebenarnya “sangat tidak penting”. Contohnya, ya image di awal tulisan di blog MM sebelum ini. Untuk apa juga saya memasangnya? Jawabnya karena kebiasaan dan mau keren-kerenan seperti majalah.

Nggak penting banget yah?

Sekarang Maniak Menulis kembali ke konsep awal, yaitu “sederhana” karena memang toh pembaca datang kesini untuk membaca, berbeda dengan di Lovely Bogor (yang juga “melihat”). Semua sekarang dikembalikan ke konsep awal tadi.

Baca juga : Lazy Load Sifat Malas Yang Disukai Webmaster

Jadi, kalau sekarang ada yang bertanya kepada saya (kalau ada yah, saya tidak yakin ada), bagaimana cara mempercepat loading blog, jawaban saya ‘Pakai yang perlu saja!”.

Karena memang itu intinya.

8 thoughts on “Bukan Tidak Boleh, Pakai Jika Perlu Saja”

  1. Kalo saya kebanyakan dapet ide nulis itu dari gambar ato foto mas, 😂 (jadi tulisannya itu sebenernya konek ke gambar, meskipun kadang cuma saya yang tau 😂 sekaligus sebagai pemanis, buat para pecinta keindahan macam saya. 😁

    Tapi sepertinya kalo saya mikirnya begitu terus, gak bakal ada kemajuan blog saya yah Mas ? 😅

    Reply
    • Berarti fotonya perlu ya mbak? Jadi ya dipasang .. wkwkwk

      Nah, pertanyaan saya, memang target mbak Rini apa saat ngeblog? Soalnya kan maju atau tidak itu harus diukur dengan target. Kalau tidak ada ukuran, ya tidak bisa diukur.. wakakakak

      Mungkin mbak harus lebih berani “keluar” dari zona nyaman Mbak. Coba jelajahi hal-hal yang sebelumnya belum pernah disentuh, jadi ada variasi ide selain dari foto saja.. Tidak ada ruginya juga sebenanrya

      Reply
  2. Saya semenjak menghilangkan thumbnail di blog sudah jarang pakai foto mas, kecuali memang fotonya diperlukan seperti post perjalanan atau foto si kesayangan kalau lagi ingin pasangan 😂 hahahahahaha.

    Jadi nowadays lebih sering isi blog saya pure 100% tulisan. Biar nggak berat loading-nya dan biar teman-teman fokus sama isi cerita, plus biar nggak tambah kerjaan saya harus cari foto yang cocok dan edit segala 🙈

    Reply
    • Nah berarti ada yang dirasa “perlu” atau “tidak” kan.

      Betul salah satu efek positifnya adalah waktu juga. Saya merasakan itu juga karena tidak perlu pusing harus nyari foto buat ilustrasi. Bisa hemat 5-10 menit juga. Efisien.

      hahahahahah

      Reply
  3. Selama MM beralih ke WordPress, saya menyadari beberapa hal

    1. Artikel baru ngga pake gambar
    2. Kecepatan blog meningkat drastis
    3. Tampilan beranda tanpa gambar
    4. Sidebar blog menghilang

    Nomor 3 dan nomor 1 menurut saya sangat berhubungan. Template yang menampilkan foto di beranda akan terganggu jika ada artikel tanpa gambar. Karena akan menampilkan no image. Oleh karenanya harus digunakan pilihan template yang sesuai.

    Salah satu alasan saya menambahkan gambar di blog juga karena melihat foto-foto dari blog Pak Anton. Alasan utamanya untuk mempercantik tampilan.

    Setelah membaca artikel ini saya jadi mempertimbangkan lagi eksistensi gambar-gambar di blog saya. Meski jujur saja, selama saya belum mengganti template, keberadaan foto-foto tersebut masih diperlukan. Adapun untuk blog lain, mungkin bisa dipertimbangkan.

    Reply
    • Pengamatan yang jeli… Maklum sih guru, biasa ngawasin murid…wkwkwkw

      1. Kalau di WP, 1 dan 3 terpisah Nisa. Beda dengan Blogspot yang image pertama akan jadi featured post atau popular post. Kalau di WP, mereka diperlakukan berbeda dan bisa diatur masing-masing

      2. Untuk yang lain masih kok Nisa, cuma untuk MM saja yang menekankan pada tulisan, image tidak menjadi prioritas. Kalau di beberapa yang lain masih terpasang seperti biasa

      3. Betul kalau di blogspot memang harus mempertimbangkan template karena foto/image ke 1 akan mempengaruhi beberapa widget

      Reply
  4. Iya sih mas, kalo isi blognya hanya tulisan seperti maniak menulis ato blognya mba Eno, fungsi gambar jadi hanya pemanis yaaa. Ga dipake juga ga papa. Apalagi aku datang ke sini, ekspektasi nya ya mau baca , bukan melihat GBR . Beda memang Ama lovely Bogor. Di sana kalo ga pake GBR, malah bingung bayanginnya :D.

    Ga kebayang bentuk angklung gubrak ato Ki Lengser kalo hanya dari deskripsi kata2 :D.

    Reply
    • Betul.. makanya saran saya cuma, pakai jika perlu.. hahaha.. kalau nggak perlu jangan pakai, tetapi kalau dibutuhkan, ya pakai saja.. abaikan yang lain..

      Pusing banget saya kalau harus menggambarkang Angklung Gubrak dalam ribuan kata, dan belum tentu juga pembaca ngerti..

      Reply

Leave a Comment