Yuk Ketahui Beda Shared Hosting, VPS, dan Managed VPS

Yuk Ketahui Beda Shared Hosting VPS dan Managed VPS

Malam Rekans! Apakabar, semoga semua dalam keadaan sehat wal’afiat yah. Jangan lupa pakai masker dan jaga jarak!

Mohon maaf sebelumnya, untuk kali ini, saya sedang keinginan untuk berbagi sedikit pengetahuan yang saya pungut selama menjadi blogger. Banyak dari rekan semua yang pasti sudah tahu, tetapi, siapa tahu ada yang belum dan informasi ini bisa sedikit menambah pengetahuan. Kalau sudah tahu dan paham, silakan skip saja, Maniak Menulis masih punya ratusan post yang bisa dibaca kok.

Untuk yang satu ini, saya terpikir untuk berbagi sedikit mengenai beda Shared Hosting, VPS, dan Managed VPS.

Ketiga istilah ini banyak sekali disebut dan dipakai oleh para blogger, terutama yang memakai CMS (Content Management System/Sistem Manajemen Konten) WordPress Self Hosted, Joomla, Drupal, atau Magento.

Tapi, sebenarnya ketiga istilah itu berkaitan dengan apa?

Nah, jawabannya ada di bawah ini.

Server & Web Hosting

Istilah shared hosting, VPS, Managed VPS itu berkaitan dengan yang namanya server & web hosting.

Sistem kerja sebuah website (blog itu juga website) secara sederhana terbagi dalam beberapa tahap. Prosesnya dimulai saat seorang pembaca/pengguna meng-klik sebuah url atau memasukkan sebuah url ke kolom pencarian di internet browser (perambah).

Secara sederhana tahapnya

  1. Pengguna mengklik URL (perintah menampilkan sebuah laman)
  2. Perangkat (browser) lewat jaringan internet mengambil file di server (yang bisa berada di mana saja)
  3. Server memilih data yang diminta mengolahnya jadi tampilan
  4. Server mengirimkannya ke perangkat pengguna via internet
  5. Perangkat pengguna menampilkan laman yang diminta

Server sendiri merujuk pada sebuah perangkat komputer tempat menyimpan file. Istilah merujuk pada fisik dari perangkat itu meskipun belakangan ini menjadi sebuah istilah yang dipandang sama dengan web hosting.

Padahal, di perkantoran banyak perusahaan yang memakai server sendiri tetapi tanpa menjadi sebuah (web) hosting. Sifat hostingnya lokal saja dan tidak tergabung dalam sebuah web/jaringan

(Web) Hosting sendiri merujuk pada sebuah layanan yang disediakan untuk membuat sebuah website bisa berfungsi. Istilah ini merujuk pada gabungan

  • Server untuk penyimpanan data, media, database dan software yang dipergunakan
  • Internet yang merupakan jalan dua arah , data dan perintah akan dikirim dari dan ke perangkat pengguna (tanpa internet, tidak ada web hosting)
  • Software/perangkat lunak agar webmaster/blogger bisa mengakses dan memanage data, file, atau database, atau memberikan perintah (cPanel, Plesk, Webuzzo, dan sebagainya)
  • Software/perangkat lunak untuk mengolah data, file, dan database sebelum dikirim ke perangkat pengguna (CMS-Wordpress, Joomla, Drupal, dan lain sebagainya)

Bagaimana dengan Blogspot dan WordPress.com? Apakah sama pola kerjanya? Jawabannya SAMA. Yang di atas adalah pola kerja website jenis apapun.

Bedanya adalah pada kedua platform blogging itu, hak penggunanya (blogger) hanya sebatas di perangkatnya saja. Pengguna tidak bisa mengakses dan mengetahui cara kerja di server karena semua dikelola kedua perusahaan itu.

Pengguna hanya boleh memakai software di perangkatnya saja.

Berbeda dengan WordPress Self Hosted (dan beberapa lainnya) dimana pengguna/blogger/webmaster justru harus mengurus sampai ke tingkat server agar website/blognya bisa berjalan.

Untuk itu mereka harus “menyewa rumah” di penyedia layanan web hosting, seperti idWebhost, Niagahoster, Digital Ocean, Linode, Vultr, dan masih banyak lagi lainnya. Mereka adalah perusahaan yang tidak terikat dengan Blogspot atau WordPress.com.

Penyewaan web hosting dilakukan antara blogger/webmaster dengan “penyedia rumah” tadi. Perjanjian sewa menyewa ini akan termasuk beberapa batasan, seperti disk space/kapasitas penyimpanan, bandwidth/jumlah kapasitas internet yang bisa dipakai, memory, dan jenis softwarenya.

Masalah sewa menyewa kapasitas web hosting inilah yang terkait dengan ketiga istilah tadi, yaitu shared hosting, VPS, dan Managed VPS.

Shared Hosting, VPS & Managed VPS

Bisa dipakai imajinasinya sedikit karena saya rasa lebih enak menjelaskan dalam bentuk non formal.

Bayangkan saja bahwa kita bicara tentang rumah kontrakan dan kost-kost-an.

Shared Hosting atau Hosting Bersama

Bayangkan sebuah rumah yang dijadikan rumah kost-kostan. Satu rumah misalkan dibagi menjadi 12 kamar. Masing-masing penyewa akan mendapat jatah satu kamar dengan kamar mandi, dapur, ruang tamu yang dipakai barengan. Misalkan, alamatnya di Jalan Mawar No 1

Semua penyewa akan mendapatkan

  1. Alamat yang sama (Jalan Mawar No 1)
  2. Kamar besar atau kecil (depan ruang tamu atau dekat kamar mandi)
  3. Ruang tamu dengan televisi yang kadang harus berebutan untuk menonton acara kesukaan
  4. Dapur atau kamar mandi yang kerap bikin antrian saat pagi hari

Kira-kira begitulah menggambarkan shared hosting.

Pengguna shared hosting akan berbagi server (rumah) yang sama dan tentunya punya batasan kapasitas, seperti memory, prosesor, dan lainnya.

  1. Punya alamat IP yang sama, bisa jadi domainsaya.com punya A dan domainkamu.com punya si B, memiliki alamat IP yang sama
  2. Slot (kamar) sesuai dengan paket (badnwidth, memori, dan sebagainya)
  3. Prosesor (CPU) seperti dapur atau kamar mandi yang harus berebutan untuk memakainya
  4. Memori seperti ruang tamu

Masalahnya, karena CPU dan Memori dipakai bersama, terkadang ada hukum rimba, siapa kuat dia berkuasa.

Jika dalam sebuah shared hosting terdapat pengguna yang punya website terkenal dan punya pengunjung banyak, maka ia “memakai” dapur dan ruang tamu lebih sering dan menghambat pengguna lain untuk menggunakannya.

Misalkan si A punya website dengan 1000 pengunjung/hari, sedangkan si B dengan 10 pengunjung/hari. Sering terjadi karena frekuensi pemakaian CPU dan memori si A lebih sering, ketika pengunjung website B mengklik, ternyata CPU dan memori sedang dipakai website si A.

Jadi, instruksinya harus menunggu sebelum diproses dan ujungnya laman yang diinginkan pengguna akan terhambat untuk diproses dan ditampilkan.

Masalahnya, seringnya, penyedia hosting (yang punya rumah kost) memasukkan penyewa melebihi kapasitas. Hasilnya, penggunaan “dapur” dan “ruang” tamu sering overloaded. Belum ditambah kalau server yang dipergunakan kurang kuat, hasilnya adalah website yang lemot sekali loadingnya.

Kira-kira begitulah gambaran kasar tentang apa itu shared hosting.

VPS (Virtual Private Server)

Untuk yang satu ini, bayangkan sebuah apartemen yang disewakan. Sebenarnya bangunannya satu saja, tetapi setiap “kamar” akan memiliki sendiri kamar, dapur, ruang tamu, dan fasilitas lainnya.

Alamat? Tentu saja berbeda antara satu penyewa dengan lain akan diberi alamat yang berbeda. Misalkan, si A tinggal di Apartemen Rumah Saya, Lantai 5 Room 10A, sedangkan si B di Lantai 4 Room 3Z.

Tidak ada perebutan kamar mandi, ruang tamu, atau dapur. Semua mengurus dirinya sendiri.

Kira-kira begitulah gambaran VPS atau Virtual Private Server.

Setiap penyewa akan mendapatkan

  1. Alamat IP yang berbeda
  2. CPU dan Memori yang “terpisah” secara “virtual”

Kata virtual sendiri mencerminkan bahwa sebenarnya “TIDAK BENAR-BENAR” terpisah. Secara fisik para penyewa mungkin ditempatkan pada “satu server” yang sama, tetapi secara virtual, dengan menggunakan software, mereka dipisahkan dalam slot-slot yang ditentukan.

Masing-masing “tidak mengganggu” yang lain. Tidak berebutan.

Pemrosesan data dan file sebuah website tidak perlu menunggu karena dilakukan di ruang tersendiri (“private”) untuk penyewa tersebut. Mau nyuci, masak, ngepel, tidak perlu menunggu penyewa lain tidak ada. Tidak berebutan.

Itulah kira-kira yang dimaksud VPS.

Lalu, apa itu Managed VPS?

VPS dan Managed VPS

Sama dengan sistem penyewaan apartemen, VPS pun punya variasi. Pada dasarnya keduanya jenis yang sama, hanya berbeda dengan layanan yang disediakan.

Bayangkan

a) Apartemen A hanya menyediakan “ruang” saja, tanpa perabotan, tanpa peralatan, dan sebagainya. Penyewa hanya mendapatkan kamar, ruang tamu, dapur dalam keadaan kosong. Kalau dia mau memasang internet, ia harus menghubungi providernya sendiri dan bahkan harus memasang sendiri perangkatnya.

b) Apartemen B menyediakan “ruang” dan “service (layanan)”, seperti perabot, televisi, pembersihan ruangan, fasilitas garasi, wi-fi, dan bahkan laundry. Tentunya tidak gratis dan harus berbayar. Penyewa hanya tinggal membayar sewa dan service kemudian beraktivitas, urusan yang lain dihandle penyedia layanan. Kalau ada masalah, cukup hubungi pengelola dan mereka yang akan membereskan.

Apartemen A adalah VPS dan Apartemen B adalah Managed VPS.

Pada VPS biasa, seorang penyewa harus mengurus segala sesuatu sendiri karena ia hanya membeli kosongan. Ia harus menginstalasi software untuk mengurus servernya (dan berbayar), kemudian menyetting sendiri sesuai dengan kebutuhannya, memaintenancenya sendiri.

Butuh pengetahuan teknis yang lumayan banyak untuk bisa mengurus VPS sendiri. Penyedia hanya akan membantu terkait dengan servernya saja.

Berbeda dengan Managed VPS. Masalah instalasi perangkat mengurus VPS akan dilakukan oleh mereka. Bahkan mereka akan menyediakan berbagai dan perangkat software yang bisa mempermudah penyewa yang kurang paham teknis VPS.

Sebagai contoh, di Cloudways tempat blog MM sekarang bermukim, untuk menginstal software, saya hanya perlu memilih dari menu CMS yang ada. Mau yang mana, WP, Drupal, Joomla, hanya perlu menekan tombol.

Setelah itu menunggu dan dalam waktu 2-3 menit, semua sudah terpasang. Setelah itu, saya hanya perlu mengoperasikan WordPressnya, yang tentunya saya sudah bisa.

Berbagai hal lainnya pun sama. Menunya ramah pengguna dan selalu tersedia bagian support yang bisa dihubungi kapanpun melalui Livechat. Saya pernah menghubungi mereka pada pukul 24.00 dan selalu ada yang merespon dan menyelesaikan masalah.

Itulah beda dari VPS dan Managed VPS.

Penutup

Kira-kira begitulah yang bisa saya share tentang ketiga istilah itu.

Mengenai mana yang terbaik di antaranya, saya tidak bisa menjawab dengan pasti. Kebutuhan setiap orang berbeda dan tidak bisa disamakan. Oleh karena itu, silakan dipertimbangkan sesuai dengan keperluan dan tujuan masing-masing.

Sebenarnya, saya cukup yakin banyak yang sudah tahu dan dan bahkan menggunakan salah satu dari ketiganya. Jadi, mohon maaf bukan niat saya menggurui mengingat pengetahuan saya terbatas, tetapi saya berpikir, “Ah, siapa tahu ada yang bisa memanfaatkan”.

Siapa tahu saja ada orang di luar sana yang bisa memanfaatkan tulisan ini.

Selamat Malam!

Leave a Comment