Sulitkah Mengelola Blog Berbasis WordPress ?

Sulitkah Mengelola Blog Berbasis WordPress

Mungkin hanya perasaan saya saja, tetapi setelah beberapa hari ini menelurkan tulisan berkaitan dengan migrasi dari Blogspot ke WordPress Self Host, dari komentar-komentar yang datang, timbul kesan kalau banyak blogger Indonesia masih agak enggan untuk menggunakannya.

Tidak semua, tetapi rasanya sebagian besar masih lebih nyaman menggunakan Blogspot untuk blog mereka.

Terlepas dari masalah selera, biaya yang murah adalah salah satu alasannya, tetapi ada juga yang merasa bahwa WordPress Self Hosted itu rumit dan tidak semudah menggunakan Blogspot.

Tapi.. Benarkah? Apakah betul Blogspot lebih mudah dioperasikan daripada WordPress Self Hosted?

Sebagai jawabannya, saya akan memberikan beberapa pertanyaan

1, Bayangkan Anda sebagai anak SD dan kemudian melihat buku matematika kakak yang sudah SMA? Kira-kira bagaimana perasaan Anda?

2. Seorang pria yang tidak pernah memasak, kemudian suatu saat istrinya sakit dan dia harus perge ke dapur? Bagaimana rasanya?

3. Seorang yang tidak menekuni fotografi, kemudian diminta membuat potret dengan memakai teknik “bokeh”? Pasti pusing kepalanya.

Tiga pertanyaan dan hanya satu jawaban.

RUMIT.

Anda tahu kenapa? Karena mereka tidak memiliki pengetahuan untuk itu dan tidak pernah bersentuhan dengan “dunia” di luar dunia mereka.

Mereka berada di dalam “zona nyaman”. Mereka merasa akan bingung ketika “diminta” keluar dari zona nyaman tersebut.

Tidak beda dengan orang yang sudah 5 tahun hidup di gua, kemudian diminta keluar guanya, pasti akan merasa terbebani dan cenderung ketakutan. Mereka tidak punya pengetahuan apa-apa tentang dunia luar dan hal itu membuat takut.

Saya sendiri memutuskan untuk menggunakan WordPress sekitar 4 bulan sejak pertama kali ngeblog. Yap, 4 bulan saja.

Padahal, pengetahuan saya tentang dunia blogging saat itu bisa dikata “nol besar”. Saya hanya menulis dan menulis saja. Bahkan, mengelola blog berbasis Blogspot saja masih acak-acakan.

Tetapi, saya belajar bahwa Blogspot, selain “kemudahan” di beberapa hal, memiliki “kekurangan” di hal lainnya, salah satunya adalah masalah “desain” atau tampilan. Blogspot sangat terbatas sekali.

Untuk mengutak atik template saja, sering saya harus mengandalkan pengetahuan programming yang saya pelajari dulu. Repot. Mau belajar lebih jauh tentang coding, jelas waktunya akan terbuang banyak dan tidak sesuai dengan tujuan saya untuk lebih banyak menulis.

Jadilah saya memutuskan untuk mencoba WP Self Hosted dan bukan WordPress.com.

Sebulan kemudian, setelah baca sana sini, lahir lah Lovely Bogor, blog yang dianggap sebagai blog pertama saya. Padahal bukan, ada satu yang berbasis blogspot yang lebih dulu lahir.

Sejak itu saya lebih banyak bergelut dengan WP. Beberapa blog lahir kemudian dan masih berbasis CMS yang sama. Sebelum, kemudian karena pertimbangan untuk menghemat biaya yang dikeluarkan, beberapa blog berbasis blogspot pun dibuat.

Kurang dari satu bulan (dan tidak setiap hari) belajar WP dari internet, saya sudah bisa menginstalasi , menyetting, merubah tampilan, mengatur permalink, dan banyak hal lain. Instalasi Lovely Bogor saya lakukan sendiri, tanpa minta bantuan provider atau orang lain.

Tidak sempurna karena tetap mengalami banyak kesalahan, tetapi website itu berjalan hingga kini.

Beberapa bulan kemudian, seorang kawan lama meminta saya membuatkan website untuk bosnya. Alih-alih memberikan penawaran harga, saya mengajarkan kepadanya cara membuat website berbasis WP.

Cukup 3-4 kali datang dan setiap kedatangan kurang dari 1 jam, ia sudah bisa membuat blog untuk bosnya sendiri. Walau akhirnya blog tersebut “mati” karena tidak konsisten dalam mengisinya, blog tersebut pernah hadir di dunia maya.

Semua hanya dalam waktu yang singkat saja.

Sulitkah Mengoperasikan WP

Jika harus menjelaskan bagaimana rasanya memulai dan mengelola blog berbasis Blogspot dan WordPress Self Hosted, jawaban saya, mirip dengan mengoperasikan komputer saja. Tidak beda jauh.

Banyak orang terbiasa “beli” komputer sudah lengkap dengan sistem operasinya, jadi hanya tinggal pakai saja. Mudah.

Sementara saya ingin lebih belajar lebih jauh lagi , saya suka membeli komputer “kosongan” tanpa sistem operasi dan menginstal sistem operasinya sendiri.

Lebih bebas dan memberi keleluasaan.

Rasanya sama saja, tetapi bagi orang lain yang biasa tinggal pakai, SULIT.

Di Blogspot, saya kesulitan kalau harus memodifikasi tampilan, di WordPress tidak karena ada Customizer yang sangat user friendly. Cukup gerakKan mouse, klik sana sini, dan tampilan blog bisa dilihat. Kalau tidak cocok, di-edit lagi, baru kemudian ditayangkan.

Mau lihat efek tampilan di desktop, tablet, ponsel? Tinggal klik ikon dan tampilan di perangkat yang dipilih akan terlihat.

Sebaliknya, di WordPress saya harus rajin memeriksa server, theme atau plugin untuk melihat apakah perlu diupdate atau tidak. Yang satu ini tidak perlu saya kerjakan di blogspot karena Blogger/Google sudah mengurusnya dengan teramat sangat baik.

Yang membuat saya lebih mengutamakan WordPress adalah karena melihat potensi, manfaat, dan hambatan yang akan dihadirkan kedua jenis platform ini di masa depan. Tentunya dalam kaitan dengan “perkembangan” blog yang saya kelola.

Di Blogspot, blog saya hanya akan menjadi blog yang isinya begitu-begitu saja. Tampilannya pun begitu-begitu saja. Blognya akan tetap menjadi blog dan sulit dikembangkan atau dialihfungsikan menjadi toko online, forum, atau jenis website lainnya.

WordPress SH memberikan saya kesempatan keluar dari itu. Blog bisa diubah menjadi apapun yang saya mau. Tidak dibatasi.

Oleh karena itulah saya menjatuhkan pilihan pada WordPress. Meskipun demikian, saya paham sekali kelebihan yang dipunyai Blogspot.

Pada awalnya, tetap ada kebingungan dalam mengoperasikan WordPress. Tidak terhitung juga kesalahan yang saya buat. Namanya juga belajar.

Tetapi.. setelah 6 tahun bersama keduanya, saya pikir keduanya tidak berbeda jauh saja. Sama-sama untuk ngeblog (walau WP memberikan potensi berkembang lebih jauh)

Rumit? Sudah tidak lagi karena saya sudah terbiasa dengan keduanya dan tentunya sekarang saya sudah diperlengkapi dengan pengetahuan yang cukup.

Tapi, banyak orang yang mengatakan bahwa WordPress itu rumit? Hem.. bisa tebak jawaban saya? Tapi, jangan sakit hati yah…

Ya itu karena mereka malas belajar dan tidak mau keluar dari zona nyaman mereka. Segala sesuatu akan menjadi rumit kalau demikian. Jawaban yang sama akan saya berikan kalau ada yang bilang Blogspot itu susah.

Rumit atau tidak bukanlah “alatnya” yang menyebabkan. Sulit itu adalah ketika kita berhenti untuk belajar dan mencoba mengerti, serta sudah menemukan bahwa mengatakan “sulit” dan berhenti lebih mudah daripada terus mencoba mempelajarinya.

2 thoughts on “Sulitkah Mengelola Blog Berbasis WordPress ?”

  1. Mas, sepertinya semenjak mas pakai server baru, new post mas nggak muncul di laman reading list blogspot, jadi teman-teman harus follow ulang biar tulisan mas kembali muncul 😀 sebab saya pun nggak tau ada tulisan baru dari mas ~ semalam hanya iseng mau baca post mas soal spam score, eh waktu buka blog mas, ternyata ada banyak post baru yang ditayangkan 😂

    Eniho, saya setuju sama paragraf bawah, hahahaha. Nggak bisa dipungkiri, saya nggak paham WP karena saya malas untuk belajar. Tapi pelan-pelan, setelah mas banyak share mengenai WP, saya jadi belajar meski belajarnya masih sikit-sikit saja. Dan mungkin butuh another 5 years untuk akhirnya paham 🙈 hahahahaha. Thank you untuk ilmunya, mas ~

    Reply
    • Iyah. Mohon maaf untuk itu. Memang sebuah pengorbanan yang harus dilakukan mengingat sistem feed blogspot dan wp berbeda. Jadi, walaupun sudah coba disetting sedemikian rupa, sepertinya post baru tidak akan lagi muncul di blog berbasis blogspot secara otomatis dan memerlukan pengaturan ulang di sisi blog yang pakai blogspot.

      Hahahaha Eno…pelan pelan saja, enjoy saja dulu ngeblognya. Kebetulan saja lagi baru total di WP jadi semangat nulis tentang WP lagi tinggi. Saya akan share semua yang saya tahu disini, satu persatu… Siapa tahu bermanfaat dan mau gabung dengan saya di tim WP

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply