Memakai Sapaan Pembuka Pada Awal Posting, Perlukah ?

Menggunakan Sapaan Pembuka Pada Awal posting

Hola Kawan MM? Selamat Pagi. Selamat beraktivitas. Tetap semangat dan jangan lupa pakai masker yah!

Bagi rekan-rekan yang sering datang ke blog kecil ini, pasti menyadari ada satu perubahan, selain tampilannya dibandingkan dulu.

Sekarang, ada sebuah sapaan pembuka sebagai pembuka sebuah posting baru. Kadang sekedar kata “halo, hola”, kadang ada juga yang dibarengi dengan sedikit “doa” dan harapan. Bisa juga dengan tambahan “reminder” atau pengingat terkait situasi pandemi yang masih terus menelan korban.

Itu adalah gaya terbaru yang saya pakai saat memulai sebuah tulisan di blog ini.

Sambutan ini memang bagi banyak orang mungkin lucu dan tidak berguna, tetapi bagi saya termasuk lumayan penting juga. Dilakukan bukan sekedar ingin gaya-gayaan supaya masih terlihat muda dan alay.

Bukan sama sekali.

Pada saat migrasi dari Blogspot ke WordPress, yang memakan waktu beberapa hari dan masih berlangsung, saya merasa bahwa hal itu juga merupakan kesempatan untuk melakukan perubahan terhadap beberapa hal.

Tampilannya sudah berubah karena template juga sudah berganti . Tentunya dalam jangka panjang akan melahirkan perubahan citra juga.

Tapi…

Ada satu hal lagi yang ingin saya sedikit koreksi juga, yaitu terkait image atau citra dari blog ini dan diri sendiri.

Selama ini, blog MM dikenal, setidaknya memberi citra sebagai blog bengal, badung, ndableg (keras kepala), ngeyel, mau menang sendiri, galak, tanpa basa basi, dan seterusnya.

Bagus? Bagus sebenarnya karena setidaknya orang akan ingat. (Kata guru saya dulu, kalau mau diingat sama guru, cuma ada dua cara, jadi anak yang pandai dan baik sekali, atau jadi anak yang badung sekali) Blog MM menjadi blog bengal dan seenak udelnya sendiri.

Cuma, maklum, semakin hari semakin tua, ada rasa kurang nyaman juga kalau menjadi terlalu keras kepala dan memakai gaya seperti ini.

Jadilah, saya kemudian memutuskan untuk merubah cara menulis, yang berarti cara menyampaikan pendapat.

Bukan merubah karakter, karena pastinya tetap akan sama, yaitu ndableg, bengal, dan kritis. Cuma kemasannya saja yang diperhalus. Mungkin, setidaknya dengan kemasan yang “dipercantik”, pandangan saya bisa diterima dengan lebih enak. Juga, kalaupun harus melontarkan kritik, setidaknya tidak akan menimbulkan “rasa tidak enak” pada hati yang dituju,

Untuk memulainya, saya pikir dimulai dengan melakukan sesuatu yang sebelumnya paling malas saya lakukan, yaitu membuka dengan “menyapa”. Maklum, orang yang malas berbasa basi (bahkan dalam kehidupan di dunia nyata).

Tidak beda dengan seorang yang mau berkunjung ke rumah, sapaan dari tuan rumah bisa menimbulkan efek merasa “diterima” atau “ditolak”. Saya coba menerapkannya saat menulis.

Tentu juga bukan tanpa resiko. Segala sesuatu pasti ada resikonya.

Contohnya :

  • Paragraf pertama adalah paragraf penting bagi pecinta SEO karena disanalah kata kunci biasa ditempatkan . Dengan dipakai untuk sapaan, berarti paragraf ini terbuang begitu saja
  • Penempatan sapaan pembuka mengurangi image/citra “profesional” dalam menulis karena tulisan itu menjadi berkurang kesan seriusnya , padahal kesan serius itu yang diperlukan untuk memperlihatkan sebuah keprofesionalan (kata para master blogger)
  • Gaya penulisan pun harus ikut berubah karena dengan kalimat pembuka berupa sapaan, akrab, maka isinya juga harus mengikuti dan menyesuaikan. Saya harus merubah “sedikit” gaya penyampaian

Tetapi..

Saya berharap bahwa efek baiknya juga ada, yaitu

  • Tulisan tidak terlalu serius
  • Pengunjung datang tidak langsung “merasa” akan berhadapan dengan orang yang selalu menantang berdiskusi dan “berkelahi”
  • Saya sendiri bisa belajar lebih luwes dalam berpikir, berpendapat dan tidak lagi sekaku sebelumnya (mungkn juga tidak lagi menakutkan..)
  • Saya bisa menghindarkan kesan “menggurui” kepada para pengunjung, sesuatu yang sama sekali saya tidak inginkan (dan saya pandang sebagai sikap menyebalkan), tetapi hal itu akan tetap ada selama gaya penulisan masih tetap seperti yang lalu
  • Bagaimanapun blog MM adalah sebuah blog dan bukan ruang kuliah, oleh karena itu, perlu tambahan sentuhan personal di dalamnya

Jadilah, saya akan coba selalu memulai setiap posting di blog dibuka dengan sebuah kalimat sambutan. Saya berharap setidaknya bisa menjadi tuan rumah yang baik dan lebih ramah bagi pengunjung blog ini.

Baca juga : Terus Menginspirasi Meski Sudah Tiada _ Shiq4

Tentunya, bagi saya sendiri hal itu adalah sebuah langkah awal untuk menuju perbaikan yang lebih besar, yaitu perkembangan diri sendiri sebagai blogger di masa yang akan datang.

Saya ingin bisa menjadi orang yang lebih luwes dalam berbagai hal.

Tapi, saya bisa mengerti kalau hal itu dianggap tidak perlu dan justru memperburuk sebuah posting. Bagaimanapun selera setiap orang berbeda.

Bagaimana menurut Anda?

8 thoughts on “Memakai Sapaan Pembuka Pada Awal Posting, Perlukah ?”

  1. Menurut saya ya, ya mana yang paling nyaman pada saat akan menyampaikan tema tulisan. Untuk blog personal, kata sapaan selalu bisa masuk kalau menurut saya…

    Soal sapaan awal, yang saya ingat si dodit waktu dulu ikut lomba sten ap komidi di salah satu stasiun tv dulu. Dia selalu berusahaa membuka shownya dengan salam yang selalu berbeda: selamat malam masyarakat.., selamat malam khalayak ramai.., selamat malam penggemar dan lain-lain. Dan dia berhasil kala itu…

    Reply
    • Yup… saya pikir juga demikian sih mas Grub, menyesuaikan dengan apa yang mau disampaikan.

      OOhhh.. saya baru tahu malah ada sten ap komedi yg sepperti itu. Kudet banget .. hahaha.. makasih infonya mas Grub.. (dari penggemar Liverpool)

      Reply
  2. Saya suka kalimat sapaannya, mas 😁 hehehehe berasa dijamu oleh yang punya blog hahahaha. Untung mas Anton nggak pakai sebutan, “Haloooo Maniakers! Apa kabarrrr?” — mungkin kalau dipanggil begitu, saya akan menyahut macam penonton, “Baiiiiiik browwww!” 😂 hahahahahahahaha.

    Menurut saya, blog MM akan semakin dikenal dengan ciri khasnya. Dan lebih menyenangkan lagi untuk dibaca. Meski sebetulnya, saya nggak masalah dengan gaya menulis mas Anton yang dulu ataupun yang sekarang. Tapi kalau boleh jujur, yang sekarang rasanya seperti baca blog kawan dekat while sebelumnya agak mirip baca blog pak guru yang tegas 🤣 hehehehe. Semangat mas!

    Reply
    • Wakakakaka.. Bener banget tuh Eno, saya pikir bukan cuma Eno yang berpikiran demikian. Kayaknya banyak kawan lain yang berpandangan sama.

      Makanya gayanya saya ubah sedikit deh.. hahahaha

      Reply
  3. Ide bagus juga ada kalimat sapaan khas, mas. Mungkin disesuaikan dengan karakter penulis dan tema blog. Lebih suka sapaan kawan MM ini ketimbang yang lain. Nggak tahu ya sepertinya pas saja dengan karakter penulisannya. Perlu dicoba nih buat para pemilik blog pribadi yang sifatnya posnya informal!😀

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply