Apa Itu HTTP Request? Sistem Komando Pada Website

Selamat Pagi Kawan!

Jangan benci hari Senin yah, karena semua hari itu baik.

Beberapa hari yang lalu, di kolom komentar blognya, Mbak Eno si Creameno nan misterius pernah bertanya, “http request” itu apa?”

Kenapa GTmetrix akan menampilkan data hasil pengukurannya terhadap sebuah website? Kenapa penting untuk diketahui?

Apa itu HTTP Request

Mungkin saya bisa bantu jelaskan sedikit, meski dengan cara ala blog MM yang malas berbicara secara teknis.

Imajinasikan sedikit kisah di bawah ini (fiksi dunia website)

Peran :

  1. Pengguna : Bos Besar
  2. Perangkat Pengguna/Client : Jendral
  3. Server : Pusat Komando (Puskom)
  4. Internet : Jalan/Jalur Komunikasi
  5. Header/Footer/Image/Sidebar dan bagian laman : Prajurit

Kisahnya :

Ketika pengguna mengklik sebuah URL (Uniform Resource Locator) sebuah website, ia seperti berkata pada “jendralnya”, “Hey dral, gue butuh tim *lamanyangguamau” ini hadir segera!, Nggak pake lama yah!

Tanpa basa basi, si “Jendral” menghubungi “Pusat Komando”.

Jenderal : “Pus, gue butuh tim “lamanyangguamau”, secepatnya nggak pake lama, kata si bos gitu! Buruan!

Pusat Komando cek data : “Bentar gue lihat dulu siapa aja tim *lamanyangguamau”, oh ada 40 bagian yang nyebar di beberapa alamat (url)

Langsung Pusat Komando memberi perintah, satu persatu ke setiap bagian, “Woiii tim *lamanyangguamau” kumpul, si Jendral minta cepet, nggak pake lama! Buruan kalau nggak mau dipotong gaji!

Perintah dikirimkan ke ponsel setiap anggota tim “lamanyanguamau”.

Header : “Bentar, lagi sakit perut

Footer : “Siap gan, gue matiin kompor dulu yah

Foto : “Beres, tinggal angkat jemuran dulu

Sidebar : “Waduh, mana belum beres setrika”

Singkat cerita, si tim “lamanyangguamau” berkumpul di Puskom.

Si Puskom : ‘Berangkat sana setor muka ke si Bos Besar. Daripada lu dipotong gaji kan repot!”

Tim : “Siap

Berangkatlah tim ini dan sampai (kalau jalan tidak terputus) di depan si Bos Besar (pengguna).

Mereka membentuk formasi, sesuai yang diminta. Header di bagian atas, footer di bagian bawah, sidebar di samping, image sesuai yang ditentukan pembuatnya, dan lain sebagainya.

Mulailah mereka menari-nari dan bernyanyi mencoba menarik si Jenderal supaya bisa naik pangkat.

Kira-kira begitulah proses perjalanan imajinatif di dunia website terkait hadirnya sebuah laman di perangkat pengguna.

Nah, “http request” itu adalah perintah dari si Bos Besar (pengguna) kepada server/Puskom untuk “mengumpulkan setiap bagian (prajurit) dari sebuah laman supaya hadir”.

Meski terlihat dilakukan dengan satu klik, sebenarnya, perintah yang diberikan tidak tunggal, tetapi sebanyak “bagian” yang membentuk sebuah laman website.

Sementara bagian-bagian laman itu bisa berada di satu server atau server lain, seperti kalau melakukan embed sebuah twit, maka bagian itu adanya di server Twitter.

Contoh lain, misalkan di dalam sebuah artikel ada 5 buah foto, maka setiap foto akan memiliki url (alamat) yang berbeda satu dengan yang lain. Untuk menampilkannya si server akan memanggil satu persatu foto.

Setelah terkumpul, barulah mereka ditampilkan di layar pengguna dalam posisi/formasi sesuai templatenya.

Tentu semua dalam proses terjadi di balik layar dan tidak terlihat. Juga dalam waktu sepersekian detik saja.

Mengapa jumlah http request penting?

Karena perintahnya harus disampaikan satu persatu, tentu penting sekali, terutama dalam hal “kecepatan”.

Bayangkan saja jika Anda punya 100 anak buah dan kemudian karena cuti, mereka di rumah masing-masing dan Anda harus menghubungi satu persatu sebanyak 100 kali.

Tentu, berbeda kalau Anda hanya punya anak buah 12-15 orang. Jumlah panggilan lebih sedikit dan waktu yang perlu dipakai lebih sedikit pula.

Baca juga : Empati Kepada Pembaca, Perkecil Ukuran Laman

Semakin banyak “http request” semakin banyak pula proses yang diperlukan untuk menampilkan sebuah laman di layar pengguna, artinya semakin banyak juga waktu yang diperlukan. Ujungnya, semakin lama pula sebuah laman tampil di perangkat pengguna.

Itulah mengapa beberapa pembuat template sekarang selalu mengusahakan untuk mengurangi jumlah “resource” bagian sebuah laman yang harus dipanggl. Semua dengan tujuan menghemat waktu dan agar laman bisa ditampilkan secepat-cepatnya.

Kira-kira begitulah yang disebut “http request” dalam kisah imajinatif ala dunia website.

Semoga bermanfaat.

6 thoughts on “Apa Itu HTTP Request? Sistem Komando Pada Website”

  1. Asik, pagi-pagi gini dapat ilmu baru lagi 😀

    Kalau “resource” itu sendiri, biasanya isiannya apa aja kak?
    Barusan aku cek webku, halaman home dan post, Http requestnya berbeda dan bagian “post” lebih banyak Http requestnya. Contohnya di artikel terakhir punyaku, http requestnya 49. Kolom komentar pengaruh ya? Selain itu, apa lagi yang mempengaruhi kak?

    Reply
    • Sudah siang Lia… Bangun wooi.

      Resource sendiri seperti artinya “sumber” dan dalam hal ini akan merujuk pada banyak hal, seperti file foto, gravatar, ikon, kemudian script (untuk menjalankan proses), atau apapun yang berhubungan dengan laman.

      Masing-masing akan memiliki alamat yang berbeda. URL Image menunjukkan dimana “sumber image” itu berada. Istilah sederhannya alamat dari sumber itu.

      Setiap halaman akan berbeda jumlah http requestnya karena unsur pembentuknya berbeda juga. Homepage sederhana ala maniak menulis misalkan, http requestnya lebih sedikit bahkan dibandingkan salah satu lamannya karena di laman ada iklan, ada image, ada text, ada script sidebar, ada script untuk footer.

      Kalau kolom komentar sendiri, tergantung codingnya apakah memang harus memanggil dari sumber atau tidak. Kita tidak bisa memastikan. Belum lagi ada yang memakai kolom komentar berbeda, seperti komentar Disqus, yang pastinya harus berhubungan dengan web lain Disqus.

      Kalau yang standar biasanya kolom komentar akan berupa script dalam template.

      Menutup kolom komentar akan mengurangi waktu loading, pasti. Cuma kita kehilangan ruang untuk berinteraksi dengan pembaca. Saya pikir sebelum menutup komentar, lebih baik mengurangi bagian lain yang kurang perlu saja.

      Contohnya, saya tidak memasang ikon medsos (selain yang untuk share), nah itu karena saya berusaha mengurangi request url karena ikon medsos sendiri biasanya tidak berada dalam template tetapi mengambil dari luar

      Gitu Lia.. teorinya..

      Reply
      • Terima kasih atas penjelasannya kak Anton 🙏🏻 sangat amat jelas. Aku udah ngerti sekarang perihal ini 😁.
        Aku nggak berniat nutup kolom komentar karena itu ada satu2nya cara untuk silahturahmi sama teman-teman hahaha. Paling habis ini bakal kurang-kurangin yang nggak perlu aja, biar rapornya nanti bagus dan teman-teman lebih nyaman serta lebih hemat kuota hihihi.

  2. Mas Anton, baca penjelasan di atas, plus komen jawaban untuk Lia, aku jd makin ngerti cara kerja suatu laman bisa tampil di hadapan pembaca :D. Dengan perumpamaan yg mas bikin jd gampang dipahami sih :D.

    Slama ini aku kira laman itu bisa tayang hanya dengan sekali klik udah sekalian. Kalopun lemot, ya berarti masalah di servernya, ato WiFi ato jaringan. Ternyata tidak sesimple itu 🙂

    Reply
    • Hahahaha.. saya dulu juga ga paham, cuma belajar sejak jadi blogger. Pelan-pelan, akhirnya ngerti cara kerja sistem di dunia website.

      Ternyata bermanfaat saat ngambil keputusan, seperti pas ngedesain atau milih hosting dll. Bisa bantu bikin keputusan yang akurat.

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply