PAPAN IDE : Meredam Spontanitas, Menetapkan Alur Kerja, Mendisiplinkan Diri

PAPAN IDE : Meredam Spontanitas Menetapkan Alur Kerja

Papan ide.

Sebenarnya, tidak tepat juga disebut “papan” karena memang fisiknya bukan papan kayu dan hanya styrofoam yang biasa dipakai prakarya anak SD saja. Hanya karena saya tidak tahu istilah tepatnya, jadi namanya diambil dari fungsinya saja.

Dua lembar styrofoam ini sekarang menempel di atas meja kerja sehingga mudah terlihat saat seseorang duduk menghadap ke meja tersebut.

Fungsi papan ide

Kedua lembar styrofoam, bersama dengan si meja kerja ini bisa dikata merupakan potongan puzzle terakhir dari ide alur kerja yang selama ini saya inginkan sebagai blogger.

Papan ide ini terdiri dari dua bagian, yang satu bernama DAFTAR IDE dan kedua LEMBAR KERJAKAN. Keduanya memiliki fungsi yang berbeda.

1. PAPAN PERTAMA : DAFTAR IDE

Apa isi papan pertama ?

Potongan kertas. Potongan ini dibuat dengan memotong kertas bekas menjadi 4 potong.

Setiap potongan akan berisi

NAMA BLOG :

TANGGAL :

IDE / TOPIK UTAMA :

IDE PENUNJANG :

Misalkan, tulisan ini dibuat dari potongan kertas berisi

NAMA BLOG : MANIAK MENULIS

TANGGAL : 19 JUNI

IDE : PAPAN IDE MEMBANTU MENULIS

IDE PENUNJANG :

1) Styrofoam

2) Ide ditempatkan agar terlihat dan dikerjakan

3) First In First Out

Ide yang tertempel disini berasal dariΒ gudang ide yang sudah saya buat sebelumnya. (Gudang ide adalah kumpulan ide yang saya buat dalam bentuk digital dan tulisan).

Kapasitas maksimum adalah 16 potongan kertas, yang artinya hanya boleh ada 16 ide yang terpampang. Oleh karena itu, ide yang dipajang sudah melalui pemilihan dulu dengan kriteria sesuai dengan kebutuhan setiap blog. Tidak boleh semau dewek.

Saat ide terpajang, sudah harus ada beberapa ide penunjang lainnya. Tidak boleh hanya sekedar ide utama saja. Dengan kata lain, gambaran kasar tulisan apa yang akan dibuat sudah ada.

Tidak boleh ada kertas tertumpuk alias jumlah melebihi 16 karena hal itu berarti “terlalu banyak ide” tapi “minim realisasi“. Artinya tidak ada keseimbangan atau No Action Talk Only (Tidak ada aksi, hanya ngomong saja).

Ide baru hanya bisa “masuk” kalau ada ruang kosong, artinya ada ide yang “sudah” atau “sedang” dikerjakan.

2. PAPAN KEDUA : LEMBAR KERJAKAN

Namanya disebut Lembar KERJAKAN karena semua yang masuk ke lembar ini harus segera diselesaikan.

Tidak boleh tidak. Wajib hukumnya (bagi saya).

Prosesnya, saya akan melihat kebutuhan blog yang ada sebelum memindahkan sepotong kertas ide ke lembar ini.

Misalkan, blog Maniak Menulis sudah 3 hari belum update, batas waktu untuk setiap blog untuk tidak ada tulisan baru. Saya akan memilih potongan kertas berisi ide terkait MANIAK MENULIS dan memiliki tanggal paling tua.

Tidak boleh acak.

Ide tersebut saya pindahkan ke lembar ini. Artinya, ide tersebutlah yang harus segera dikerjakan, dijadikan tulisan, dan kemudian diterbitkan ke blog.

Peraturannya, tidak boleh mengambil potongan kertas bertanggal lebih muda karena ngacak dan tidak sesuai SOP. Sistem First In First Out diberlakukan.

Potongan itu diletakkan di bagian atas. Di bawahnya, saya akan tempelkan satu atau beberapa kertas lain berisi ide/informasi/atau apapun yang menunjang ide utama tadi. Sebanyak-banyaknya dan sesuai dengan alur tulisan yang akan dibuat.

Bila dirasa perlu, saya akan membuat kerangka tulisan, yang hasilnya akan ditempelkan juga. Setelah semua fix dan dirasa cocok, barulah tulisan dikerjakan di blog. Kalau tidak, berarti saya harus mencoret-coret kertas lain agar gambaran tulisan terbentuk.

Selesai tulisan diterbitkan, barulah kertas ide tadi diremas, dan dibuang ke tempat sampah. Satu tugas selesai.

Kemudian, saya akan memilih ide lain untuk dipindahkan dan pastinya dikerjakan.

Catatan : Lembar kedua ini juga terdapat beberapa reminder (pengingat) agar saya terus teringat apa yang harus rutin dilakukan sebagai blogger.

PAPAN IDE : Meredam Spontanitas Menetapkan Alur Kerja

Alur Kerja

Kok ngeblog jadi seperti kerja sih? Ada alur kerja segala.

Memang, semua ini merupakan sistem kerja. Juga mencerminkan perubahan pola pandang saya sebagai blogger.

Sebelumnya, saya mengandalkan pada unsur spontanitas. Dorongan hati lebih menjadi pilihan utama saat menulis. Meskipun ada gudang ide, terkadang saya tidak disiplin dan seringnya menulis apa yang saya mau saja.

Bahkan gudang ide yang ada seperti menjadi tersia-sia. Seringnya malah saya menulis ide yang tiba-tiba nongol di kepala saat di kereta atau di toilet.

Tidak ada keteraturan.

Imbasnya, lumayan buruk juga karena konsistensi update setiap blog menjadi tidak teratur. Ada yang update seminggu 2-3 kali, ada yang sehari 2 kali, dan ada yang berbulan tidak diisi.

Selain itu, karena terlalu spontan dan tidak memikirkan data atau info pendukung, terkadang saya mampet di tengah penulisan. Sering, alur tulisan jadi ngalor ngidul dan terlalu menyebar.

Tidak efisien sama sekali dan hasilnya tulisan terkadang berantakan.

Dengan adanya sistem/alur kerja seperti ini, saya berharap di kemudian hari

  • Saya bisa memastikan konsistensi berlaku di setiap blog
  • Saya bisa meluangkan waktu untuk berfokus pada memperbaiki tulisan karena data / info sudah dijabarkan sebelumnya
  • Saya bisa membuat tulisan yang lebih baik lagi dari hari ini
  • Saya bisa punya manajemen waktu agar waktu yang sudah terbatas bisa digunakan secara maksimum
  • Saya bisa memastikan setumpuk ide yang ada bisa dimanfaatkan dan tidak tersia-sia

Memang, adanya sistem seperti ini membuat suasana ngeblog bagi saya menjadi seperti di kantor. Suasana kerja.Β  Penuh dengan sistem dan prosedur.

Sayangnya, saya tidak menemukan dan memiliki jalan lain yang lebih baik. Lagipula, selama ini suasana kerja sudah menjadi bagian hidup sehari-hari dan terbukti membuat saya disiplin dan produktif. Jadi kenapa tidak?

Perjalanan sebagai blogger selama ini juga menunjukkan bahwa unsur spontanitas memang menyenangkan, tetapi saat ini justru menjadi penghambat bagi saya dalam mengembangkan blog. Kekonsistenan dan kedisiplinan tidak terbangun, saya menjadi seenak udel.

Adanya sistem ini juga sebenarnya belum memastikan tujuan bisa tercapai. Masih perlu perjuangan dan usaha dari bloggernya sendiri, yaitu saya.

Bisa saja, saya mem-bypass alur kerja ini. Semua bisa terjadi. Tetapi, saya harus mencoba untuk jujur kepada diri sendiri . Saya harus mencoba mematuhi aturan yang saya buat sendiri, persis sama seperti kebiasaan mematuhi aturan lalu lintas.

Bukankah disiplin terbentuk dengan cara demikian? Jujur kepada diri sendiri.

Itulah latar belakang dan tujuan mengapa saya membeli dua lembar styrofoam seharga 5000 rupiah selembarnya yang kemudian diberi nama PAPAN IDE.

Tujuannya, untuk membangun kedisiplinan dalam diri sendiri dan tentunya menjadi blogger yang lebih baik dari hari ini.

Semoga saja bisa terwujud.

Doakan yah!

12 thoughts on “PAPAN IDE : Meredam Spontanitas, Menetapkan Alur Kerja, Mendisiplinkan Diri”

  1. Bagus idenya, mas 😍 hehehe.

    Jadi lebih terarah karena sudah punya material untuk update dan datanya pun lengkap πŸ˜„ saya jadi merasa perlu punya juga ke depannya apabila berniat comeback menulis di blog saya πŸ™ˆ

    Tapi nggak kebayang mas Anton bisa urus semua blog mas yang jumlahnya lumayan banyak πŸ˜† saya yang punya cuma satu blog saja kadang bingung bagaimana mengurusnya πŸ˜‚ hihi semangat ya mas Anton semoga lancar rencananya, jadi saya dan teman-teman as pembaca bisa lebih sering dapat pasokan ilmu dari blog-blog mas 😎

    Reply
    • Enooo… (eh siapapun namamu).. Kenapa harus ngumpet sehhh!

      Btw, saya juga ga tau cara ngurus blog banyak. Makanya ini mau belajar supaya jadi pinter.. πŸ˜€ Pusing memang tapi kupikir bermanfaat wat diriku sendiri. Aku jadi belajar disiplin

      Tidak akan lancar pastinya. Akan banyak hambatan banget. Naik turun. Cuma, buatku itu yang harus dihadapi dan dipecahkan.

      Please comeback mbakyu! Soon yah

      Reply
    • Iyah.. memang sebenarnya enakan begitu… cuma kudu persiapan nih 5 tahun lagi pensiun..

      Enaknya jadi anak muda euy.. hahahaha

      Reply
  2. Uwah.. Keren banget masπŸ‘πŸ‘, saya juga kudu bikin papan ide karena selama ini emang banyak ide yang udah di tulis di kertas target tapi nggak pernah direalisasikan karena kalah sama ide yang datang tiba-tiba.
    Keren..keren… Saya auto pengen bikin cepet-cepet, belajar mengatur blog biar lebih disiplin😁

    Reply
    • Hayo bikin bikin bikin.. wakakakak… ngomporin.

      Tapi sejauh ini memang itu lembaran styrofoam membantu sekali saya lebih fokus nulis.

      Ayo semangat semangat

      Reply
  3. Saya selalu mendoakan Pak. Tapi maafkan, idenya mau saya curi. Hehehe… Eits..tapi percuma sih… kalau nanti cuma saya tempel tapi gak dikerjain. cuma jadi pajangan doang.

    Reply
    • Ga bayar kan didoakan? hahaha.. sono curi deh.. terserah . Tapi lumayan kang, kita jadi terpacu.. tiap liat itu papan, bawaannya langsung duduk di meja dan langsung kerja apa saja yang terkait blog.

      Membantu mendorong secara psikologis..:-P

      Reply
  4. Sepertinya bisa saya coba nih. Biar ide yang ada bisa terealisasi dan gk hnya tetap mnjadi sebuah ide tnpa hasil.. Rencana nanti jika Tuhan kehendaki lulus kuliah (7 tahun) bakal buat konsep kya gini/setidaknya melalui note di HP, biar bisa lebih fokus ke blog..

    Reply
    • Selesaikan dulu kuliah, baru setelah itu melangkah. Fokus fokus om Priant…

      Nanti, kembangkan idenya supaya bisa menulis lebih banyak lagi, iya kan?

      Reply
  5. Papan ide ini ngingetin saya dulu jaman sekolah pernah pasang ini di meja belajar, dari styrofoam juga. Bedanya saya malah tempel foto-foto koleksi pribadi, foto idola sama quote-quote favorit gitu hahaha

    Sekarang sih untuk planning nulis di blog aku punya agenda khusus, dan benar ya, ketika direncanakan satu per satu menciptakan mood blogging yang berbeda. Lebih serius dan terarah sesuai goal, meski topik yang ditulis masih ringan-ringan sih πŸ˜‚

    Reply
    • Foto idola atau foto kecengan.. wkwkwk…

      Iyah memang kerasa jadi punya tujuan yang "agak jelas" dan tidak samar-samar. Dipikir-pikir jadi lebih terorganisir. Biar masih nggak tahu sebenarnya mau dibawa kemana..

      Soal ringan atau berat mah, tidak masalah. Yang penting mah menulis.. iya nggak…

      Aku nggak mau pake agenda lagi, soalnya seringnya lupa naruh agenda dimana.. wkwkwkw.. maklum udah tuwir

      Reply

Leave a Reply to Jane Reggievia Cancel reply