Iseng Bukan Kata Sakti Kebal Hukum Bagi Pembuat Konten

Iseng Bukan Kata Sakti Kebal Hukum Bagi Pembuat Konten

Kang Nata.. Kang Nata.

Sobat saya sekaligus teman berantem di dunia maya ini memang sebenarnya penginspirasi jempolan. Entah sudah berapa tulisan di Maniak Menulis yang lahir terinspirasi oleh celetukan yang dikeluarkannya.

Dan, kali ini pun, tulisan yang satu ini berdasarkan apa yang disampaikannya dalam kolom komentar di blog ini.

Begini katanya dalam tulisan berjudul Menukar Kemanusiaan Dengan Ketenaran? Nggak deh

Iseng. Itulah kata kunci dari komentarnya. Sebuah kata yang bermakna, menurut KBBI dan yang paling cocok dipakai dalam hal ini

“Sekedar bermain-main, tidak bersungguh-sungguh”

Mirip dengan kata “prank” dalam bahasa Inggris yang sering dipakai oleh para Youtuber, yang berarti :

“Tipuan (trick) atau bercanda”

Pandangan yang juga mungkin mengilhami ribuan orang berlangganan pada akun Ferdian Paleka yang sekarang terpaksa buron entah kemana.

Mereka memandang tindakan pemberian tauge busuk (sampah) dan batu kepada transpuan/waria sebagai hanya bermain-main. Candaan saja. Bukan kesengajaan, seperti yang saya siratkan dalam tulisan saya sebelumnya.

Iseng.

Entah berapa banyak orang yang menggunakan kata itu agar perbuatan mereka dimaklumi. Bukan hanya youtuber atau influener saja, rasanya tidak terhitung jumlah orang yang menggunakan kata itu untuk menjelaskan bahwa mereka hanya bercanda saja dan tidak sungguh-sungguh.

Ada yang bisa memaklumi, tapi banyak yang tidak.

Mengapa? Coba saja lakukan beberapa hal di bawah ini :

  • Lemparkan kue atau puding ke orang tak dikenal di jalanan
  • Tempelkan permen karet ke baju orang tak dikenal
  • Pakai kain putih menyerupai pocong di tempat gelap dan kemudian muncul di depan orang tak dikenal
  • ย Dorong seseorang hingga terjatuh

Nah, kemudian perhatikan saja, apakah korban kejahilan Anda tidak mengalami kerugian? Yang dilempar kue atau puding harus membersihkan wajah atau bajunya. Permen karet itu susah dihilangkan dan sangat bisa jadi baju orang itu harus dibung. Orang yang kaget mengalami hentakan adrenalin yang begitu kuat dan saat ketakutan ia bisa jadi terjatuh. Orang yang didorong bisa terluka dan artinya harus mengeluarkan uang untuk berobat.

Selalu ada “kerugian” bagi korban keisengan.

Dan, tindakan iseng seperti itu, berarti memberi hak kepada si korban untuk melakukan tindakan balik. O ya, jangan dipikir bahwa setelah melakukan sesuatu tidak akan ada konsekuensinya. Tindakan si pelaku sama saja dengan membuka pintu bagi si korban untuk membalas.

Bentuk balasannya bisa beragam, tergantung pada karakter dan sikon dimana kejadian.

Ada yang langsung memberi balasan dalam bentuk kemarahan atau kekerasan fisik, namun ada juga yang memilih cara beradab dengan mengajukan tuntutan hukum.

Jangan lupa, seseorang yang merasa dirugikan oleh orang lain dalam bentuk apapun memiliki hak untuk menuntut ganti rugi atas apa yang dialaminya. Hukum tidak pernah mengecualikan perbuatan main-main, iseng dalam pasal-pasalanya. Penerapannya sama, yaitu hubungan antar manusia dimana yang merasa dirugikan berhak mengajukan tuntutan.

Banyak contohnya, seperti Jake Paul salah satu Youtuber ternama asal Los Angeles, Amerika Serikat dituntut oleh seseorang yang mengatakan pendengarannya terganggu dan mengalami gangguan psikis akibat ulah sang youtuber dengan 11 juta follower ini. Ia membunyikan klaksonnya terhadap orang tak dikenal dengan keras.

Kasus lain,ย  beberapa pemuda di India terpaksa menginap di balik teralis besi karena berpakaian hantu dan menakuti pemotor.

Yang paling mirip dengan tingkah Ferdian Paleka cs adalah kejadian di Barcelona, dimana seorang Youtuber Kanghua Ren melakukan prank terhadap seorang gelandangan asal Rumania. Ia menipu sang gelandangan untuk makan Oreo yang sudah dilapisi pasta gigi.

Hasilnya, youtber tersebut harus divonis 15 bulan dipenjara, denda 22 ribu Poundsterling (kurang lebih 400 juta), dan diban dari aktivitas media sosial. Hakim memutuskan bahwa tindakan yang dilakukannya adalah kejam dan tidak bermoral.

Semua hal ini menunjukkan bahwa kata iseng bukanlah kata sakti yang membuat seseorang menjadi kebal hukum.

Tidak peduli niatnya iseng atau baik sekalipun, jika hal itu menimbulkan kerugian baik materi atau psikis terhadap korbannya, maka sang korban memiliki hak mengajukan tuntutan hukum. Tidak ada pengecualian berdasarkan niat, tetapi berdasarkan fakta kerusakan dan kerugian yang diakibatkan tindakan tersebut.

Itulah hukum.

Tambahkan dengan norma masyarakat, dimana kita dilarang dan selalu diajarkan untuk tidak memperlakukan manusia lain secara buruk dan semena-mena. Terjadi pelanggaran norma dimana para pelaku berbuat sesuatu dengan tidak sewajarnya.

Kesampingkan bahwa fakta Ferdian Paleka merencanakan aksinya dan juga melakukan survey, perbuatannya dalam video bingkisan sampah terhadap para waria, sangat menyakiti hati dan kemanusiaan. Dimana ribuan orang sedang berjuang mempertahankan hidup dan mencari makan, mereka menggunakan kelemahan orang-orang tersebut demi memuaskan dirinya sendiri, dan mendapatkan sensasi serta ketenaran.

Coba tempatkan diri Anda pada posisi si penerima, ketika Anda sedang mencari sesuap nasi, dan kemudian diberikan bingkisan sampah dan batu. Atau, sederhana saja, saat Anda hendak ke kantor atau tempat kerja, seorang teman menempelkan permen karet di baju Anda.

Bisakah Anda tertawa?

Saya rasa tidak akan.

Dengan kata lain, jangan pernah berpikir bahwa tindakan apapun yang dilakukan tidak akan ada timbal baliknya. Konsekuensi selalu ada.

Saya sendiri mengalaminya hari ini. Keisengan saya, ketika seorang kawan lama menshare sebuah tulisan di akun FB-nya tentang pembuatan pupuk organik dari sebuah grup, saya timpali. Becanda? Tidak. Saya iseng memberi komentar menjelaskan bahwa cara dalam tulisan tersebut “tidak efektif” berdasarkan pengalaman saya pernah bergelut dalam dunia tanaman hias.

Efeknya, sang kawan lama, rupanya merasa kurang nyaman dengan “keisengan” saya tadi. Dan dalam percakapan terasa sekali nada tidak senang dengan celetukan saya.

Padahal, apa yang saya katakan tidak pernah berniat menyakiti hatinya, dan memang benar. Tapi, “keisengan” untuk mengisi waktu tadi, tidak berbuah baik, ia menjadi “kesal”.

Saya tidak bisa protes dan akhirnya memilih mundur karena tidak ada gunanya melanjutkan perdebatan.

Itu hanya sebuah contoh dimana sebuah tindakan, walau “iseng” secara benar saja masih punya resiko dan konsekuensi.

Nah, bisa bayangkan kalau hasilnya adalah sebuah konten video yang merendahkan orang lain. Balasan apa yang akan diterima?

Kegeraman sang transpuan/waria tadi berujung pada laporan kepolisian yang menyebabkan si FP buron, karena tidak berani menerima konsekuensi. Hujatan dari puluhan ribu orang pun harus diterima. Keluarga direpotkan.

Dan, jangan salah juga, di masa depan, banyak perusahaan akan berpikir ulang untuk mempekerjakannya mengingat tingkah laku tak berperikemanusiaan yang dilakukannya.

Itu adalah efek dan konsekuensi dari tindakan yang menurut sobat saya, Kang Nata, hanya karena iseng tadi.

Tidak ada kata iseng dalam kamus hukum yang memberikan kebebasan pada seseorang untuk menjahili orang lain. Kata iseng bukanlah baju kebal dari tindakan balasan.

Hal itulah yang harus selalu menjadi dasar pemikiran para pemain di dunia maya, baik influencer, youtuber, blogger, bahwa konten mereka tidak bebas resiko. Mereka harus selalu memikirkan dampak dan efek dari apa yang mereka terbitkan baik di blog atau channel masing-masing.

Disana ada batasan berbentuk hukum, norma, dan etika yang merupakan batas sampai mana seseorang boleh melakukan tindakan balasan atau tidak.

Jangan pernah berpikir karena niatnya iseng, seseorang bisa bebas dari tindakan balasan.

Jangan pernah.

Bogor, 6 Mei 2020

18 thoughts on “Iseng Bukan Kata Sakti Kebal Hukum Bagi Pembuat Konten”

  1. Sekarang saya lihat, orang-orang dengan mudahnya menyakiti orang lain dengan dalih iseng, bercanda, prank dan sejenisnya mas. Lalu apabila orang yang diisengi merasa sakit hati, maka akan diejek baperan dan lain sebagainya. Padahal menurut saya, mau iseng pun harus pada tempatnya (walau saya nggak tau di mana tempatnya karena saya pribadi jarang banget bercanda), dan andaikata pun ingin iseng / bercanda nggak bisa sembarangan dan harus betul-betul dipikirkan dampaknya. Kalau perlu nggak usah iseng sekalian, karena masih ada banyak konten yang bisa dijual tanpa harus menyakiti sesama :>

    Dan saya sangat berharap orang-orang ini nggak lagi menggunakan tameng hanya iseng, hanya bercanda, hanya ini dan itu untuk menyakiti orang lain atau untuk konten yang menguntung diri mereka semata ~ apalagi kalau melakukannya ke orang yang nggak dikenal sama sekali >,< lha yang dikenal saja belum tentu terima kalau diperlakukan dengan nggak baik, apalagi yang nggak dikenal.

    Hehehe. Terima kasih sudah membahas topik ini mas ๐Ÿ˜€

    Reply
    • Iya mbakyu. Ada perubahan besar dalam diri masyarakat Indonesia dimana mereka sekarang cenderung memandang enteng hal seperti ini. Prank, iseng, dan segala hal lainnya dianggap biasa padahal banyak yang merugikan dan bahkan membahayakan orang lain.

      Keinginan untuk menjadi terkenal dan kaya menjadi salah satu unsur penyebab perubahan ini. Banyak yang tidak lagi memikirkan dampaknya kepada orang lain.

      Dan, memang betul bahwa sebenarnya tidak ada waktu yang tepat untuk iseng.

      Terima kasih kembali mau datang kesini, Mbakyu

      Reply
  2. Jaman skrg emang aneh. Mau jadi youtubers/blogger kaya raya tapi kok buat konten yg tdk beradab. Buatlah konten yg edukatif dan santun.

    Reply
  3. Sebenarnya, orang yang iseng-iseng itulah yang harus mendapatkan hukuman yang lebih berat, karena dialah yang menyebabkan sebagian besar orang ketagihan dalam melakukan pelanggaran.

    Iseng bukan berarti tidak sengaja, tapi hal yang benar-benar disengaja dan direncanakan.

    Reply
    • Ide yang bagus juga tuh mas.. dan saya sepakat kalau keisengan mereka merugikan orang lain, hukum saja yang berat supaya memberikan efek jera dan agar tidak diikuti yang lain

      Reply
  4. bercanda memang ada batasnya. yang bikin miris serkarang semacam prank menjamur banget buat mereka yang menyebut dirinya content creator. semua dilakukan demi viewers. dengan alasan iseng dan hiburan

    Reply
  5. Perbuatan iseng sama nggak bermoral sekarang emang agak nyaru batasnya ya mas, kaya apa aja yang berpotensi jadi viral mendadak halal untuk dilakuin demi viewers yang banyak ๐Ÿ˜

    Reply
  6. Saya dong Pak, dari zaman apa ya dulu namanya? yang Komeng itu loh, ngerjain orang di acara TV, terus ada lagi yang paling parah di TransTV dulu, itu ngerjainnya parah banget.

    Terus kok ya orang-orang pas tahu itu acara TV malah senyum-senyum karena masuk TV.
    Saya membayangkan, saya yang digitukan, kayaknya mereka bakal dapat tontonan menarik karena semua alatnya bakal saya hancurkan.

    Sebal banget tahu nggak liat acara yang menertawakan orang lain yang diusilin mereka.

    Kenapa nggak mereka aja gitu kerjain sesama mereka, terus ketawain sesama mereka, kita yang nonton tepuk tangan.

    Akhirnya acara kayak gitu diadaptasi ke yutub sekarang, hampir semua channel pakai prank-prank an.
    Sumpah, kayak nggak ada ide lain gitu ya, sebal.

    Menurut saya, iseng boleh saja, tapi jangan isengin orang dong, atau setidaknya kalau abis isengin orang, kasih duit kek, sejuta seorang kan lumayan qiqiqiqiq

    Reply
  7. Makin lama orang-orang makin ilang adatnya :(. Well, bener, kata 'iseng' ga bisa jadi alasan. Ya masa sebelum ngelaku'innya kaga mikir dulu gitu yak.

    Kita sebagai content creator wajib berhati-hati dalam membuat konten, apapun, di platform manapun.

    Reply
  8. Memang sekarang ini yang paling penting sebelum buat konten berpikir dulu apakah dapat merugikan orang lain atau gak.

    Saya rasa banyak hal yang dapat dilakukan tanpa harus merugikan orang lain dan diri sendiri..

    Ingat bukti digital itu kejam, apapun niatnya dan alasannya jika sudah merugikan orang lain bisa berdampak fatal.

    Reply
    • Yep.. bener banget bahwa kita harus selalu berhati-hati dalam pembuatan konten. Janganlah sampai merugikan orang lain sekedar untuk menjadi tenar.

      Reply
  9. Makin ke sini orang mudah sekali memberikan alasan "hanya bercanda" (atau "nggak sengaja" padahal jelas-jelas sengaja… ya gimana sih). Mungkin mereka yang sering nge-prank itu lupa sejarah orang Indonesia di mana karena alasan "hanya bercanda" waktu ngomongin bom di bandara, akhirnya sekarang udah timbul hukumnya.

    Yang namanya bercanda dan merugikan orang lain itu tidak bisa dibenarkan sih ya. Terkadang saya mau bercanda lewat chat sama teman atau kerabat aja mikir-mikir dulu, dia bakal tersinggung apa nggak. Karena saya pernah mengalami bercanda verbal dengan seorang teman. Ceritanya dia mau berangkat studi ke negara lain, waktu perpisahan saya bilang "semoga bagasi kamu nyasar" maksudnya tuh saya nggak rela dia pergi gitu aja, masih ingin bareng-bareng. Eh, teman yang lain malah nyeletuk, kok saya jahat banget ngomong gitu. Sejak saat itu saya mikir ulang deh kalau mau "bercanda" ๐Ÿ˜‚

    Reply
    • Hahahaha.. iyalah.. bukannya didoain supaya selamat sampe sukses, malah didoain kopernya nyasar.. wkwkwkwkw.. pasti mutung temenmu.

      Tapi, itulah kita di masa sekarang sering lupa batas kalau becanda. Kita sibuk memikirkan diri sendiri saja, jadi lupa perasaan orang lain.

      Saya pikir kalau banyak orang seperti Mbak Jane sih, suatu waktu akan ada perubahan.

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply