Sistem Gudang Ide Menjamin Kelancaran Update Blog

Sistem Gudang Ide Menjamin Kelancaran Update Blog

Keren kan? Maksudnya, istilah yang dipakai sebagai judul postingan ini. Sistem Gudang Ide. Terdengar profesional sekali. Padahal, terus terang yang seperti ini sebenarnya bahasan lama dan sudah kuno.

Serta sebenarnya, hanyalah sebuah hal yang terdiri dari tiga hal umum saja dalam dunia kepenulisan, termasuk dalam dunia blogging dimanapun.

Sistem gudang ide sebenarnya hanya terdiri dari 3 hal sederhana saja, yaitu

  • CATAT
  • KUMPULKAN
  • ORGANISIR

Tidak ada yang baru dalam sistem yang akan saya pakai ke depannya dalam kehidupan sebagai blogger. Pasti sudah terbayang apa yang dimaksud dengan sistem gudang ide ala pemilik blog Maniak Menulis kan?

Kalau belum penjelasannya, sebagai berikut

Catat  : Ide itu benda abstrak dan tidak bisa terlihat jadi harus diberi wujud, yaitu tulisan/catatan. Dengan begitu ide tersebut tidak lari-larian terus dan susah ditangkap saat mau menulis

Kumpulkan : Terkadang karena ide itu bisa muncul kapan saja, proses pencatatan akan menggunakan alat yang ada di tangan saja, seperti ponsel pintar, kertas, post-it, atau apa saja.

Nah, hasilnya catatan idenya itu tercerai berai di berbagai pelosok.. eh tempat . Untuk mempermudahnya, akan lebih baik kalau dikumpulkan dan disimpan di satu tempat saja. Dengan begitu, bisa mudah dicari kalau dibutuhkan. Tidak beda dengan beternak sapi yang lebih mudah daripada berburu sapi di hutan

Organisir : setelah dikumpulkan, tentunya kalau campur aduk dan kacau balau, tetap juga menyulitkan. Itulah mengapa dalam sebuah gudang perlu ada sistem agar sesuatu mudah ditemukan. Tanpa itu juga tetap sama susahnya.

Kalau tidak percaya, coba saja mencari sesuatu di rumah yang berantakan, dimana barang tidak tersusun dengan rapi.

Nah, konsep gudang ide berdasarkan pada pemikiran ini, yaitu agar ide bisa mudah ditemukan dan pada akhirnya bisa membantu kelancaran dalam menulis postingan. Ujungnya diharapkan para blog bisa lebih terurus dan lebih rutin diupdate.

Mengapa Sistem Gudang Ide ?

Terus terang saja, sebagai peternak blog, dan kebetulan banyak “ternaknya” yang tidak hidup dengan baik, maka saya harus menemukan masalahnya dan lantas solusinya. Kebetulan, setelah diperhatikan perjalanan ngeblog selama ini, masalah ide termasuk salah satu yang menyebabkan banyak blog terlantar dan tidak kunjung diupdate.

Memang, inti utama permasalahan adalah pada kata disiplin, tetapi setelah dirunut ulang, ada faktor “ketersediaan arus ide” yang menyebabkan saya tidak bisa disiplin dalam mengupdate semua blog.

Ada saat dimana meski sudah di depan komputer untuk mengupdate beberapa blog, ternyata pada saat itu “ide-nya” tidak ada di tempat. Ujungnya, dengan mudah pikiran saya beralih ke lain hati, yaitu ke blog lain yang idenya lebih mudah didapat.

Contohnya, salah satu blog yang sering lalai diberi postingan baru adalah Celoteh Hijau (CH) dan Talking Indonesia (TI). Sudah lama sekali keduanya terbengkalai, padahal saya sudah menetapkan tujuan, bahwa yang CH akan membahas berbagai isu lingkungan dan TI untuk mengajarkan bahasa Indonesia kepada orang asing.

Cuma dalam prakteknya, sering saat sudah di depan komputer, tiba-tiba saja karena catatan idenya tidak ketemu.

Memang, jeleknya adat saya adalah karena ide itu suka muncul dadakan, saya menulis memakai apa saja yang ada. Tidak jarang memakai Sticky Notes (Post It Digital) di komputer kantor, atau di sobekan kertas koran, atau di gadget.

Nah, ketika hendak menulis, tidak jarang ide yang sebenarnya sudah ada itu, ternyata adanya di komputer kantor, atau di secarik kertas yang entah adanya dimana, alias TIDAK TERSEDIA saat hendak menulis.

Setelah itu, biasanya saya berpikir ” Ya sudah, lain kali saja, sesudah idenya ketemu”, akhirnya saya menulis yang banyak terlintas di kepala. Akhirnya mampirnya disitu lagi, disitu lagi, alias di Maniak Menulis atau Umum Sekali.

Dan, seringnya, akhirnya lupa sama sekali dengan ide yang sudah dicatat tadi.

Singkatnya, saya baru sampai pada taraf “CATAT” saja. Yang rupanya berimbas buruk juga kepada perkembangan banyak blog.

Konsep Gudang Ide

Hal ini tidak bisa terus berlanjut karena kalau begitu situasinya akan terus begitu dan bahkan memburuk. Yang hidup subur, tambah subur, yang kurus kering akan semakin kurus juga.

Itulah mengapa kemudian lahir pemikiran untuk menjalankan konsep gudang ide. Targetnya sederhana, bahwa ada daftar ide yang bisa langsung dipilih saat hendak menulis. Hal ini juga bisa mempersingkat waktu dan tidak perlu harus ke mbah Dukun atau makam keramat untuk mencari ide lagi.

Pinginnya,

  • Duduk depan komputer
  • Lihat daftar ide
  • Pilih
  • Dan, Tulis

Tidak ada waktu yang tersia-sia karena memang saya tidak memiliki banyak waktu setiap harinya.

 Yang pertama harus dilakukan adalah

1. Lokasi

Ini yang harus paling pertama ditemukan. Tidak beda kalau mau mendirikan gudang di dunia nyata, yaitu pemilihan lokasi.

Saya terbiasa menulis dimana saja, di kantor, di kereta, saat mengantar istri belanja, dan tentunya di depan notebook “kesayangan” (karena cuma satu-satunya) di rumah. Bagi orang mungkin terlihat bagus, tetapi dalam hal ini agak merepotkan untuk membangun gudang data yang bisa mencakup semua sekaligus.

Akhirnya saya memutuskan, lokasi awal dulu yang bisa dikembangkan di kemudian hari, yaitu tempat dimana saya paling banyak menghabiskan waktu untuk menulis.

Ketemu …. DI RUMAH.

Jadi, lokasi bagi gudang ide saya akan ada di Notebook HP (entah tipe berapa).

2. Perangkat

 A) Sticky Notes :

Sering saya pakai baik di gadget atau komputer kantor dan rumah, yaitu dengan menempelken ide di layar monitor. Sayangnya, karena hanya cocok untuk tulisan-tulisan singkat berisikan ide “dasar” saja. Sulit berkembang.

Dan, pastinya tidak bisa menampung banyak dan secara terorganisir. Kalau terlalu banyak akan sulit dicari.

Padahal, kadang saya juga mencatat hutang disana. Repot.. kalau catatan hutang tidak ditemukan. Kalau ide sih masih bisa dicari, kalau telat bayar hutang mah, ya bikin ruwet hidup.

B) Excel :

Bagus sekali untuk membuat daftar ide, tetapi kalau idenya terlalu panjang dan berupa draft, ya susah juga.

Bentuknya yang kolom-kolom tidak cocok kalau untuk membuat draft tulisan (ingat loh) ide juga bisa berupa tulisan yang belum jadi).

Belum lagi tidak bisa jadi pengingat/reminder, karena kalau kita ingat, baru bisa buka daftar. Kalau tidak, ya wassalam juga.

C) Word:

Calon kuat karena bisa buat draft, bisa buat kolom sederhana. Sayangnya, saya berharap ada fungsi reminder agar saya tidak lupa jadwal penerbitan di setiap blog.

Kalau digabung dengan sticky notes bisa berjalan, cuma kurang pas juga.

Microsoft One Note : Yang Terpilih

Barulah kemudian, saya mencoba Mcrosoft One Note. Memang bego saya itu, sebenarnya sudah tahu aplikasi ini sejak lama (komputer di rumah memakai Office 2013 dan One Note adalah salah satu aplikasinya). Cuma karena malas ngutak ngatik dan sudah merasa nyaman dengan Stcky Notes , akhirnya diabaikan.

(Pelajaran untuk tidak mengabaikan sesuatu yang baru)

Dengan aplikasi ini, ternyata saya bisa :

  • Muncul pertama kali komputer di buka (penting sebagai reminder tentang jadwal terbit artikel)
  • Bisa membuat folder (penting untuk mengorganisir dan mengelompokkan ide)
  • Bisa menampilkan file Excel langsung tanpa membuka file aslinya terlebih dahulu (bagus kalau ke depannya mau riset keyword)
  • Bisa menulis panjang lebar (tidak pendek-pendek ala sticky Notes) yang artinya bisa dipakai membuat draft tulisan atau kerangka karangan
  • Bisa membuat Sub Judul juga
  • Dan, ada fitur untuk bisa dibuka dimana saja (meski belum dipakai saat ini)

Intinya, One Note mirip dengan gabungan Excel, Word, Notes, dan File Explorer dalam satu layar. Bisa terhubung dengan banyak aplikasi lain yang diperlukan. Juga mirip lemari file tetapi dalam bentuk digital.

Dan, inilah pilihan perangkat untuk menerapkan konsep gudang ide. Bisa dikata dengan One Note, saya punya “gudangnya” dan perangkat untuk menjalankan sistemnya.

3. Sistem Pengisian Gudang Ide

Gudang beras menjadi gudang beras karena di dalamnya ada tumpukan benda bernama beras. Kalau tidak ada barang, alias kosong, namanya cuma gudang saja. Gudang kosong tepatnya.

Begitu juga dengan gudang ide. Kalau tidak ada isinya, namanya tidak sekedar konsep saja, khayalan, impian, dan tidak akan membawa hasil.

Setelah lokasi dan perangkat tersedia , harus dilanjutkan dengan “mengisi” gudangnya. Dan, sama persis dengan gudang pada umumnya, harus dilakukan secara terus menerus kalau tidak mau habis.

Nah, disana ada dua tahap :

a) tahap awal : yaitu pertama kali gudang itu diisi dan mulai beroperasi

Tahap inilah yang sedang dalam masa pengerjaan, dan rupanya membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Itulah penyebab saya untuk sementara hanya posting 1 X seminggu di setiap blog. Waktunya, mau saya fokuskan sebagin untuk mengisi gudang.

Targetnya, sampai akhir tahun 2019, kebutuhan ide sudah ada di dalamnya.

Agak banyak, tetapi kalau berjalan dengan baik, saya bisa setidaknya tidak pusing mikirin yang namanya ide dan cukup memilih dari yang ada saja.

Caranya dengan :

  • mengumpulkan/menyalin ide yang sekarang tersebar di berbagai tempat ke dalam One Note
  • mengembangkan ide dari yang sudah ada dan memecahnya menjadi ide-ide kecil lainnya
  • mencari ide lewat referensi (yang untungnya dengan One Note bisa dibuatkan daftarnya, bahkan termasuk linknya juga)

b) tahap lanjutan : kontinyu agar selalu ada pengisian ide secara rutin

Tahap yang ini sifatnya rutin, jadi saya tetap harus melakukan apa yang dikerjakan di tahap awal pada waktu tertentu.

Untuk sementara, saya melakukannya satu minggu sekali dimana saya menyediakan setidaknya satu jam, bukan menulis postingan, tetapi menulis “IDE” dan mengelompokkannya dalam folder One Note. Hari yang dipilih adalah akhir pekan (bisa Sabtu bisa Minggu

Tentunya, sambil tetap memastikan ada satu posting di setiap blog sesuai jadwal yang ditetapkan. Dan, tetap meneruskan kebiasaan untuk mencatat ide apapun yang keluar dimanapun dengan kertas, smartphone, atau apapun yang tersedia saat si ide muncul. Gudang ide justru memastikan supaya ide-ide itu tidak tersia-sia.

Dan…

Itulah konsep gudang ide versi saya. Sebenarnya sudah bukan lagi konsep karena sudah dijalankan selama dua-tiga minggu belakangan ini. Sudah juga dikombinasikan dengan jadwal penerbitan artikel.

Gudangnya, mulai terisi lumayan banyak dan salah satu hasilnya adalah tulisan ini. Idenya tinggal dipungut dari gudangnya, dibuatkan draft, dan kemudian dipublish sesuai jadwal.

Lumayan juga ternyata sistem yang seperti ini.

Coba saya melakukannya dari dulu, pasti tidak ada blog yang menganggur dan terbengkalai. Tapi, ya sudahlah…itu sebuah pelajaran mahal dan mungkin harus bersyukur karena dengan itu, bisa punya gudang ide sendiri.

6 thoughts on “Sistem Gudang Ide Menjamin Kelancaran Update Blog”

  1. Saya sudah lama menggunakan one note. Memang mudah karena ada sistem folder. Setiap blog punya tab khusus. Belum lagi, ngga perlu ngesave, setiap tulisan otomatis tersimpan.

    Reply
    • Kok ga bilang-bilang Nisa… hahahaha saya juga kenal note lumayan lama, cuma ya itu tadi males belajar…

      Barulah ketika ide ini datang, One Note saya tekuni.

      Betul sekali sistem foldernya sangat bermanfaat dan memudahkan. Tidak perlu save juga bikin ringan kerjaan

      Reply
  2. Kalau saya pake Bank ide pak lebih wokeh kedengarannya. Tapi saya Bank ide saya sedang kosong gak pernah di sini lagi. semua ide suka ngawur aja datengnya. dan saya ambil sekenanya dan jadi tulisan.

    kalau saya pakai Trello pak, tapi nanti coba pakai one note ah. Pengen tau, saya bisa isi saldo ke Bank ide lagi gak.

    Reply
    • Hahahahhaa… kalau bank saya harus meminjamkan ide sih, kalau gudang, saya tidak perlu melakukan simpan pinjam ide.. wkwkwkw

      Yang manapun, hanya beda istilah saja.. iya kan?

      Saya sekarang justru kebalik, gudang ide sudah lumayan penuh, cuma nulisnya terhambat karena masih ngurus rumah yang atapnya dibetulin dan di rumah kontrakan situasinya amburadul banget, ga bisa nulis banyak

      Reply
  3. Kalau saya simpan di draft pak, hahaha.
    Tapi juga kadang lupa, karena rempong nulis pakai hape.
    Jadi biasanya ide itu terkumpul saat blog walking kayak gini.

    Kalau ada topik menarik, saya cepet2 balik ke blog, tulis di draft, judul, sub judul, labelnya.

    Jadi, saat mau nulis, tinggal buka draft aja, udah banyak yang bisa dikembangkan.

    Itu sih teorinya.

    Kenyataannya, dasar mamak-mamak, udahlah banyak simpanan draft, tapi pas mau nulis enggak mood, ya udah bablas hahahahaaha

    Saya lupa, tapi dulu saya juga pernah pakai note entah apa namanya, buat nulis ide yang harus saya share ke jaringan.

    Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply