Mungkinkah Gelar “Blogger” Sudah Usang Dan Tidak Layak Pakai Lagi ?

Mungkinkah Gelar "Blogger" Sudah Usang Dan Tidak Layak Pakai Lagi ?

Internet marketer. Digital marketer. Influencer. Ketiganya adalah istilah yang belakangan ini dipakai oleh banyak pengelola blog, alias blogger, untuk menjuluki diri mereka sendiri. Belakangan ini saya menemukan beberapa blog dimana pemiliknya tidak lagi mengatakan bahwa dirinya blogger atau bloger.

Mereka mulai secara lantang, dan dengan yakin mengatakan bahwa dirinya adalah salah satu dari 3 kata tadi, kalau tidak internet marketer, digital marketer, ya influencer.

Padahal, jujur saja, mereka sama dengan saya, dan mungkin Anda hanya mengelola blog saja. Tidak melakukan jual beli atau mempromosikan sesuatu, kecuali tulisan dan website mereka saja.

Entah, mengapa mereka berganti “jubah” blogger?

Mungkinkah karena gelar blogger sudah usang dan tidak lagi layak dipakai?

Memang sih, kata blogger dari sisi pandang masyarakat awam terkadang diasosiasikan dengan “orang yang tidak punya kerjaan, dan terlalu banyak waktu luang” dan menghabiskannya untuk curcol di blog. Pandangan yang sebenarnya tidak seratus persen benar, tidak 100 % salah.

Ada yang memanfaatkan blog untuk curhat, tetapi ada juga yang menggunakannya seperti sawah, sebagai sumber penghasilan.

Banyakan sih, kayaknya yang beranggapan kalau blogger itu orang yang kurang kerjaan. Ngapain juga menulis sesuatu yang nggak jelas. Paling tidak, itulah yang sempat dialami ketika pertama kali mulai ngeblog. Tetangga memandang bingung dan sedikit nyengir.

Meskipun belakangan ini, pandangan mereka berubah setelah mendengar bahwa setidaknya saya bisa gaji bulanan dari Adsense. Tetapi, tetap masih ada yang memandang remeh.

Mungkin, inilah alasannya mengapa banyak rekan blogger yang memilih kemudian memakai jubah baru”, yaitu jubah internet marketer, digital marketer, influence.

Setidaknya tiga istilah ini memiliki kesan yang berbeda.

Namanya marketer, pemasar, paling tidak akan diasosiasikan dengan profesi, pekerjaan. Jelas bukan kerjaan orang iseng yang kebanyakan waktu.

Jadi, bisa dimaklumi juga dalam hal ini. Seperti ada peningkatan kasta, dari orang iseng, menjadi orang yang memiliki kerjaan. Meski sebenarnya, yang dikerjakan tetap sama.

Lebih keren lagi kalau memakai istilah influencer.

Dalam bahasa Indonesia, influencer diartikan orang yang mempengaruhi orang lain, tidak beda dengan trendsetter, dan sebangsanya.

Jelas orang yang bisa mempengaruhi orang lain, pastinya orang “terkenal” dan berpengaruh. Buktinya banyak orang yang mau dipengaruhi oleh mereka. Berarti posisinya sejajar lah dengan Agmes Mo atau Syahrini.

Keren memang.

Tetapi, apa artinya pergantian nama, kalau pada kenyataannya apa yang dilakukan tetap sama saja.

Seorang blogger juga bisa bertindak sebagai pemasar. Ia bisa memasarkan produk sendiri atau orang lain lewat blognya. Ia juga bisa mempromosikan apapun kalau daya jangkau blognya sudah meluas ke seluruh Indonesia atau dunia.

Tidak beda.

Seorang blogger pun bisa mempengaruhi orang lain. Ia bisa menginspirasi banyak orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Tidak beda dengan seorang influencer.

Sama saja.

Lalu, kenapa harus berganti julukan? Kalau yang dilakukan sebenarnya sama saja. Belum juga penghasilannya pun sama saja meski berganti nama, tergantung pada kerja keras dan kreatifitasnya.

Mungkin, ada rasa rendah diri yang timbul di kalangan blogger tentang status mereka sebagai penulis informal. Kata blogger sepertinya mulai dianggap sudah terlalu usang dan menimbulkan citra kurang “elite” dan “keren”.

Mungkin yah. Entah juga alasan sebenarnya.

Tapi, biarlah saya akan tetap memakai julukan blogger saja. Itu juga sebenarnya sudah kebagusan untuk saya . Sebenarnya saya hanya seorang yang mencoba merubah waktu luang dan non produktif menjadi produktif dengan menulis sesuatu yang siapa tahu bisa dipergunakan orang lain.

Bukan memasarkan sesuatu.

Kalaupun ada istilah lain yang mau saya pakai, maka “Narablog” rasanya sudah cukup. Ini hanya istilah blogger dalam bahasa Indonesia.

Bagaimana dengan Anda sudah bosan menjadi “blogger” ?

19 thoughts on “Mungkinkah Gelar “Blogger” Sudah Usang Dan Tidak Layak Pakai Lagi ?”

  1. Tentu saja tidak dong pak, saya malah bangga banget jadi blogger.

    Meskipun, kalau ada event terus dikumpulin ama para influencer, profesi blogger seperti dipandang sebelah mata ama influencer.

    Mungkin karena kebanyakan blogger tidak berpenampilan seheboh inflluencer kali ya, gimana enggak.
    Kalau dilihat dari penampilan, di sebuah event, blogger dan influencer itu bagaikan si famous ama si cupu wakakakak.

    Masih mending saya masih sering dandan, jadi kadang saya dipikir influencer.
    Tapi saya jujur lebih bangga jika jadi blogger.
    Karena, blogger bisa saja jadi influencer.
    Tapi tidak semua influencer bisa jadi blogger.

    Sama aja kayak si cupu dan si famous, si cupu bisa saja famous jika sedikit dipoles, bahkan bisa ngalahin si famous tadi.

    Mungkin, karena tuntutan medsos khususnya instagram sih pak, di sana kami berlomba menampilkan sisi terkeren biar bisa menjual sesuatu hasil kerjasama dengan klien.

    Jadinya, lama-lama banyak blogger yang lebih milih jadi influencer.
    Terlebih, sekarang juga banyak orang yang hanya ngaku-ngaku jadi blogger demi memanfaatkan keuntungannya, misal sering diundang dalam berbagai event.

    JAdi aslinya orang2 tersebut kurang suka menulis, punya blog biar punya-punyaan saja πŸ˜€
    Jadinya, ya ikut musiman gitu, pas banyak job di influencer, dia menobatkan dirinya jadi influencer, dan kalau ada job di blogger, dia balik ke blogger hehehe.

    Reply
  2. Bisa jadi alasan yang Pak Anton kemukakan adalah salah satu alasannya. Apalagi orang yang kerjaannya cuma blogger aja, tak punya pekerjaan lain. Bagi yang kurang pede dengan istilah blogger, maka memilih kata lain yang dianggap lebih keren.

    Saya pribadi lebih memilih jadi blogger aja. Itu pun kadang kurang pede. Bukan ngga sreg dengan kata blogger nya. Tapi saya merasa masih jarang nulis dan kemampuan biasa aja, sudah ngaku-ngaju jadi blogger, hehe.

    Reply
    • Sama dong.. saya juga bisa disebut bukan blogger, sebut saja saya orang iseng dan kebanyakan waktu luang..

      Hem, saya pikir Nisa terlalu merendah. Kalau menurut saya, justru Nisa itu blogger yang baik.

      Reply
  3. Mau apapun itu namanya ya tetap aja seorang blogger, mau namanya jadi handuk blogger, pemain blogger, juragan blogger dan apapun itulah pokoknya, tetap saja profesinya adalsh seorang blogger

    Reply
    • Ya, tapi mereka merasa dirinya internet marketer, digital marketer, atau influencer kok.. hahahahaha kan dunia bebas, jadi mereka bisa menyebut diri apa saja

      Reply
  4. Kalau saya, ehem ..
    sampai saat ini masih sebatas diawang-awang mengerti apa itu sebetulnya influencer, blogger .., karena sejauh ini ngertinya cuma menulis menceritakan apa yang aku temui saat liburan.
    Dah sampai gitu aja, selebihnya aku ngga tau.
    Dapat job dari blog aja belum pernah,wwwkkk

    Reply
    • Ketemu Gatotkaca atau Superman ga mas HIm di awang-awang.. kalau ketemu, salam yah..

      Hahahaha.. sama dong mas

      Reply
  5. Insya Allah saya tetap bangga menyebut diri sebagai bloger. Meskipun penghasilan dari ngeblog belum memadai, yang jelas saya mencintai dunia menulis.

    Reply
  6. Saya malah belum ngerasa jadi blogger beneran, dan masih malu di sebut Blogger orang nulis aja semaunya dan kebanyakan cuma curhatan jalan-jalan.

    Tapi alhamdulliah, ada yang pernah percaya kasih job dan beberapa kali dapet voucher dari lomba nulis blog.

    Dan bagi saya sebutan blogger itu udah keren. Dan kalau sebutan internet marketer dan sejenisnya terlalu berat bagi saya.

    Saya lebih suka yang ringan, tapi berbobot… πŸ™‚

    kira-kira apatuh ya?

    Reply
  7. Saya baca tadi ada kata " Curcol ", Apaan sih Pak artinya, :), kata itu disedot dari blog milik " emak blogger yah "…..? :)hahaha…..

    Kalau saya sih lebih suka disebut blogger dari pada istilah Narablog atau yang lainnya,walau istilah blogger sebenarnya, masih membuat banyak Masyarkat binggung. karena Status Blogger tak se-familiar status " PNS " . πŸ™‚

    Reply
    • Curcol mah bukan sedotan dari emak=emak blogger atuh kang.. kudet amat sih.. hahahaha… ini istilah umum untuk curhat colongan alias keluh kesah yang terselip dalam satu omongan atau tulisan… hahahahaha

      Asyikk ada yang sama dengan saya.. masih suka disebut blogger. Betul sih aku juga terbiasa dengan blogger dibandingkan narablog…Yah maklum saja menjadi blogger tidak menjanjikan kekayaan sih, beda dengan PNS yang mendapat gaji rutin dan diberi seragam

      Reply

Leave a Reply to Anton Ardyanto Cancel reply