Mendorong Warga Untuk Ikut Aktif Mengelola Blog

Sekitar 6 bulan yang lalu, seperti sudah pernah ditulis sebelumnya, saya memutuskan untuk membuat sebuah blog khusus untuk warga di lingkungan dimana saya menetap. Namanya www.e-tabu.net . Tabu disini merupakan singkatan dari Taman Bunga, yaitu nama cluster perumahan dimana kami sudah tinggal selama 15 tahun.

Baca : Mungkinkah Blog Menjadi Sumber Kas RT

Tujuan jangka panjangnya memang “uang” . Bukan buat saya, tetapi buat kas RT. Maklum saja, seperti juga banyak RT yang lain, masalah dana untuk merawat dan mengembangkan lingkungan sangat terbatas. Setiap bulan selalu saja habis untuk membayar gaji satpam dan petugas kebersihan. Hampir tidak ada sisa untuk bahkan memperbaiki got yang rusak atau mengecat ulang beberapa ornamen jalan.

Karena tidak ada ide lain, saya mengajukan membuat website/blog karena memang dari sana bisa dikembangkan untuk mendapatkan uang, dari iklan. Selain itu, juga bisa dikerjakan dari rumah masing-masing warga tanpa harus mengganggu kegiatan rutin mereka.

Setelah beberapa bulan berjalan, kendaa klasik langsung mencuat, yaitu tidak adanya kehadiran artikel/posting baru. Padahal, sudah dibantu dengan mengadakan kelas blog. Cuma, ternyata, hasilnya warga tetap saja sepertinya tidak mau terlibat dalam hal ini.

Puyeng memang.

Apalagi, saya sendiri mengalami kendala waktu yang akut. Sudah habis untuk berbagai kegiatan, termasuk mengurus RT. Sebagai sekretaris, ternyata kerjanya bukan cuma menulis surat pengantar, tetapi terlibat dalam semua masalah di lingkungan. Belum lagi, Lovey Bogor Network juga butuh perhatian. Masih ditambah, hal wajib, mengurus keluarga.

Jadi, waktu yang tersisa hanya sedikit saja.

Padahal, tanpa kehadiran tulisan baru pada blog itu, bisa dikata tujuan untuk bisa memonetisasinya tidak akan jalan.

Pemecahannya, ternyata hadir pada acara halal bi halal Idul Fitri 204H yang lalu. Menanggapi sambutan dari pak RT yang mengajak warga turut serta mengelola blog, tiba-tiba saja hadir ide agak nekat.

Disebut nekat karena tidak punya konsep. Cuma karena terlintas pikiran karena teringat betapa enaknya membaca tulisan dari blogger perempuan.

Idenya, menyerahkan blog e-Tabu ke tangan para ibu di cluster Taman Bunga.

Akhirnya, saya meminta ibu-ibu, yang sedang ngobrol dan ketawa ketiwi untuk membentuk TIM REDAKSI. Saya bilang, terpaksa saya menyerahkan kepada para ibu karena para bapaknya kurang kreatif *maaf ya pak*.

Hasilnya, ternyata tidak disangka.

Tim tersebut terbentuk dalam waktu sebentar. Banyak kaum ibu yang tidak merasa berkeberatan untuk dilibatkan. Hanya saja, mereka meminta diberikan pelatihan ngeblog karena mereka sama sekali tidak paham tentang hal itu.

Dan, saya sanggupi.

Akhirnya, selepas acara halal bi halal itu, malamnya, kelas blog dadakan diadakan untuk tim redaksi baru. Dan, ternyata mereka cukup antusias untuk itu. Meski banyak kejadian lucu karena pengetahuan kaum ibu yang terbatas dalam hal ngeblog, salah satunya, bingung karena ada yang lupa password gmail.

Butuh sedikit kesabaran ekstra menghadapi ibu-ibu. Ampun dah.

Cuma, hasilnya, beberapa tulisan sudah langsung masuk ke dalam blog warga Taman Bunga itu. Memang tentunya belum sekelas Carolina Ratri, atau Andra Alodita, atau Isnuansa. Tetapi, setidaknya disana ada sebuah titik terang bagi perkembangan e-Tabu di masa datang.

Setidaknya, sudah ada ibu-ibu yang mau terlibat dan mendukung. Saya tidak lagi sendiri untuk mengelolanya. Sudah ada warga yang bersedia turun serta.

Sebuah hal yang menyenangkan dan memberikan titik cerah dari kondisi status quo selama ini. Sudah ada pergerakan.

Memang masih panjang jalannya, tetapi setidaknya kalau diibaratkan berada dalam lorong gelap, sudah terlihat ada nyala lilin kecil di ujung. Sangat kecil, dan mungkin masih harus jatuh bangun, tetapi setidaknya memberikan harapan.

Saya sendiri, masih harus terlibat lebih jauh lagi memberikan pelatihan dan memberikan arahan bagi tim redaksinya. Perlu banyak hal untuk ditata agar perkembangan bisa maksimal. Untungnya, dengan kehadiran tim redaksi e-Tabu ini, saya setidaknya memiliki tenaga dan tangan lebih banyak. Sesuatu yang membelenggu saya selama ini.

Kemauan warga untuk terlibat, selain meningkatkan semangat,  juga memberikan ide-ide baru untuk pengembangan blog itu (*Kebiasaan jelek sebenarnya, jadi kebanyakan ide*).

Mudah-mudahan saja suatu waktu, blog itu bisa sampai ke tujuan akhir, yaitu menghasilkan sesuatu untuk Kas RT. Artinya, mudah-mudahan suatu waktu, RT di Cluster Taman Bunga bisa mendapatkan tambahan penghasilan supaya pengurusnya tidak puyeng setiap bulannya.

Doakan yah?

9 thoughts on “Mendorong Warga Untuk Ikut Aktif Mengelola Blog”

  1. Kadang kala keuatan ibu-ibu memang tidak bisa diabaikan. Ada juga klub Emak-emak blogger. Mungkin nanti para ibu inilah yang akan membuat e-Tabu makin sukses dalam perkembangannya.

    Reply
    • Tidak ada yang perlu disaluti Kang Mas Yuwono.. Hahahaha.. jadi betah manggil secara demikian.

      Pada akhirnya, apa yang saya lakukan juga memberikan efek positif kepada saya dan keluarga yang tinggal di lingkungan itu. Kalau usaha ini sukses saya juga akan merasakan hasilnya. Tidak pusing lagi mikirin iuran. Belum lagi kalau lingkungan menjadi tertata dan rapi, saya juga pasti sangat menikmatinya.

      Lagipula, saya kan harus coba mensinkronkan apa yang saya tulis di blog dan tindakan di lapangan. Kalau cuma bisa nulis saja tanpa bisa mempraktekkan, namanya sih omdo. Jadi, apa yang saya lisankan, saya coba wujudkan dalam kenyataan.

      Gagal atau tidak, tidak akan diketahui kalau tidak dijalani. Iya kan?

      Masalah teknis memang masih menjadi hambatan. Begitu juga masalah pengetahuan. So pasti butuh banyak kerja keras untuk bisa mewujudkannya. Tidak bisa tidak.

      Soal platform, saya pada akhirnya memilih memakai platform blogspot saja. Sesuatu yang rasanya tidak akan terlalu susah dimengerti. Saya cukup paham bahwa kalau dipaksakan memakai WordPress, bisa jadi hasilnya malah nihil alias tidak ada karena kendala teknis. Meskipun saya sudah punya blog berbasis WordPress Self hosted, saya memilih menggunakan blogspot untuk e-Tabu.

      Kecuali kalau nanti mereka sudah menjadi mahir, bisa jadi akan dipertimbangkan memakai WP SH.

      Bagaimana kalau Kangmas coba lagi untuk membangun blog berbasis komunitas seperti ini? Sekali gagal jangan berhenti. Coba terus.. hahahaha

      Reply
  2. Keren pak, secara tidak langsung juga memberantas kegaptekan ya pak hehehe.
    Zaman sekarang, banyak loh emak-emak sosialita, dikit-dikit cekrek upload, dikit-dikit cekrek upload.

    Tapi kalau ganti hape, bingung login ke medsosnya, karena cara loginnya nggak ngerti, apalagi paswordnya hahahaha.

    Saya kadang kesal, tiap kali ke rumah mertua, terus ketemu kakak ipar, udahlah saya nggak bisa duduk manis, semacam dipaksa utak atik medsosnya, padahal kakak ipar saya tuh sosialita dan sering eksis.

    Yang lebih lucu lagi, saat bisnis Oriflame dulu, pas isi data, saya minta email yang aktif, pede banget dikasih.
    Pas saya minta ngecek email buat verifikasi, baru deh mereka jujur, kalau dia nggak tahu cara buka emailnya, lupa paswordnya dan minta tolong saya cariin paswordnya hahaha.

    Pernah juga baca postingan teman yang sehabis mengikuti pelatihan basis online buat UKM yang diselenggarakan pemerintah.
    Takjub banget, bahkan banyak yang nggak tahu email itu kayak gimana, padahal zaman sekarang sudah pada online semua, gimana coba bisa bersaing.

    Jadi salut banget mah, kalau pak Anton mau mendorong ibu-ibu untuk bisa lebih sadar teknologi, biar gak gaptek.

    Sedih banget kalau seorang ibu gaptek.
    secaraaa zaman sekarang anak pada konek ke internet.
    Bagaimana ibu bisa mengawasi anak saat internetan, kalau ibunya gaptek 😀

    Reply
    • Wakakakakaka… emang , ternyata banyak orang meski ponselnya bagus bin keren, ternyata sangat gaptek. Gayanya saja posting kesana kesini, pamer ini dan itu, tetapi ketika diajak melakukan hal sederhana seperti ini langsung "clep" diem tak mampu bahkan melakukan hal yang sederhana.

      Terkadang orang lebih suka memperlihatkan "kulit" saja bukan isi

      Makanya, saya rela deh meluangkan waktu buat mengubah mindset seperti itu. Sayang hape bagus cuma dipake buat selfie saja dan tidak memberi manfaat kepada orang lain

      Reply

Leave a Reply to Widodo Cancel reply