Revisi atau melakukan perubahan adalah kata yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang blogger (dan manusia sebenarnya). Maklum saja, untuk mendapatkan sebuah tulisan yang sesuai dengan keinginan dan idenya, tidak jarang harus dilakukan berbagai perbaikan dan perubahan.
Hal itu bisa menyangkut sekedar kata, gambar, atau tampilan.
Sesuatu yang diperlukan dan bisa dikata menjadi “keharusan” saat menulis (dalam media apapun). Jarang ditemukan bahwa sebuah tulisan bisa bagus tanpa melakukan tindakan revisi. Biasanya sebuah tulisan bisa ditayangkan setelah melewati banyak (bisa mencapai puluhan kali) revisi.
That’s life.
Masalahnya sebenarnya tidak ada jika seorang narablog (istilah Indonesia lain untuk blogger) menggunakan platform Blogger (Blogspot). Kendali server dan database ada di tangan sang pemiliknya, yaitu Google. Jadi, seorang narablog hanya perlu menulis tanpa harus memikirkan apapun.
Berbeda dengan para narablog yang menggunakan WordPress Self Hosted. Masalah terkait dari “keharusan” melakukan revisi itu hadir dan bisa menjadi hambatan tersendiri. Apalagi jika sang narablog adalah maniak dalam urusan kecepatan loading blognya.
Sistem WordPress Self Hosted memang memastikan keamanan pada hasil kerja seorang webmaster. Sangat menguntungkan. Platform ini akan membuat backup secara otomatis dalam waktu tertentu, atau ketika seorang penulis menekan tombol update/save draft.
Yap, bahkan ketika Anda merubah satu dua kata dan kemudian melakukan “save draft” atau update, maka sebuah revisi akan tersimpan.
Perhatikan di bawah ini.
Di bilah kanan editor WordPress SF terdapat indikator yang menunjukkan berapa kali revisi yang dilakukan/disimpan.
Keuntungannya adalah seorang penulis bisa memilih dari data revisi yang ada. Misalkan, ia ingin kembali menggunakan draft tulisan 3 hari sebelumnya, hal itu dimungkinkan di sistem WP Self Hosted. Ia cukup mengembalikan data tersebut lewat dashboardnya.
Mudah sekali dan sangat menguntungkan.
Masalahnya adalah untuk bisa melakukan ini, mesin WP memasukkan semua data ke dalam sebuah database, yaitu database yang sama dengan yang dipergunakan untuk menampilkan isi website/blog.
Untuk mempermudah membayangkan seperti apa database website itu, sebenarnya bisa bayangkan saja sebuah spreadsheet Excel dengan baris-baris berupa kolom. Kira-kira seperti inilah database sebuah website atau blog.
Tidak akan terlihat di Blogspot karena kita tidak bisa masuk ke server. Di WP SF database ini bisa terlihat dan diutak atik.
Semakin Banyak Revisi , Semakin Berat Loading Laman
Masalahnya, setiap revisi yang dilakukan di WP, datanya juga dimasukkan data yang sama. Bila dilakukan 30-40 kali revisi, sekecil apapun revisinya, maka 30-40 baris baru akan ditambahkan dalam database.
Kalau autosave dinyalakan, maka setiap waktu tertentu akan database akan mendapat tambahan baris baru pada waktu yang ditentukan.
Pada akhirnya, database juga membengkak.
Isinya bukan hanya data yang diperlukan tetapi semua data, termasuk yang “sampah” sekalipun ada di dalamnya.
Ujungnya, ketika mesin WP mencari data, ia memerlukan “tambahan” waktu untuk menemukan data yang benar dan diperlukan. Memang sih, tidak memakan waktu “jutaan detik”, tetapi bagaimanapun mesin akan waktu juga untuk mengumpulkan data dan mengolahnya.
Coba saja kalau tidak percaya, sebuah komputer yang hard disknya penuh dengan file, biasanya untuk menemukan file yang dicari memakai fasilitas “SEARCH” sekalipun akan butuh waktu lebih lama dibandingkan yang hard disknya terisi lebih sedikit.
Masih tidak percaya juga? Coba pergunakan fasilitas “Control + F” atau Pencarian di Excel untuk menemukan sebuah data. Lakukan di dua file yang berbeda, yaitu yang berisi 3000-4000 data dan yang hanya 100 data. Mana kira-kira yang hasilnya tampil lebih cepat?
Hal yang sama berlaku di WordPress Self Hosted. Database yang terlalu besar memerlukan waktu pencarian yang lebih “lama”, apalagi kalau sebagian besar isinya “tidak berguna” seperti hasil revisi.
Tidak ada kepastian berapa “lebih lama” dari WP dengan Database yang seperti ini. Tergantung pada kemampuan prosesor server dan banyak hal lainnya.
Tetapi, sudah diakui banyak ahli WP dan developer bahwa database yang berlebihan, dan penuh dengan data revisi cenderung membuat loading sebuah laman lebih lambat dari semestinya.
Dan, itu juga saya alami sendiri.
Kemalasan untuk mengurus database (dulu) membuat banyak sekali revisi dari sebuah tulisan yang tetap nongkrong di database. Seberapa banyak? Ya buanyak banget sampai malas menghitung. Hanya kemudian karena ingin mencoba, saya membersihkan semua revisi itu.
Cukup kagum juga, ternyata memang benar. Beberapa blog yang berbasis WP, di komputer yang sama dan browser yang sama terasa lebih cepat “beberapa saat” dibandingkan sebelum dibersihkan. Tidak diukur karena terlalu cepat dan tidak punya alat tetapi, terasa bedanya.
Sesuatu yang menurut saya pada akhirnya, memang benar di WP Self Hosted, semakin banya revisi bisa membuat loading sebuah laman lebih lama.
Hal kecil yang harus diperhatikan para narablog pengguna platform ini.
Bersihkan Revisi Setelah Artikel Diterbitkan
Berarti tidak boleh melakukan revisi?
Tidak lah.
Melakukan perubahan itu tidak bisa dihilangkan. Hal itu akan selalu dibutuhkan saat menulis. Trial and error itu bagian dari kehidupan.
Untuk melakukan pembersihan revisi sendiri di WP Self Hosted bisa memakai cara sulit atau cara gampang.
Cara sulit memerlukan kemauan untuk bermain dengan “coding” dan bergelut dengan kode-kode aneh. Tidak susah sebenarnya karena banyak petunjuk cara melakukannya di internet. Banyak variasinya.
Cara mudah, inilah enaknya memakai WP Self Hosted, dengan memakai Plugin (atau fitur tambahan). Ada banyak plugin seperti Breeze atau WP Optimizer yang bisa ditambahkan dan sangat user friendly.
Yang perlu dilakukan hanyalah menginstalasi dan kemudian mengaktifkannya. Plugin-plugin ini akan membersihkan semua data tak berguna, termasuk sebanyak apapun revisi yang dibuat selama penulisan dan memastikan database tetap dalam keadaan bersih.
Bisa disetel secara otomatis.
Tetapi, karena setiap plugin juga memperberat operasi sebuah website (“beberapa saat” juga), banyak yang merasa keberatan memasangnya. Apa gunanya membersihkan database untuk mempercepat loading laman dengan alat yang berpotensi memperlambat juga?
Logika yang masuk akal.
Tidak salah.
Sia-sia kalau begitu.
Untungnya, manusia diberikan otak untuk berpikir dan berkreasi. WP Self Hosted menyediakan fasilitas untuk mengaktifkan dan menonaktifkan plugin dengan mudah. Hanya klik saja.
Dalam hal ini, saya memperlakukan plugin WP Optomier atau Breeze sebagai sapu saja atau pengisap debu saja. Kalau perlu dinyalakan, ketika selesai dimatikan.
Cuma perlu beberapa detik saja untuk menghidupkan, membersihkan data, mematikan lagi pluginnya.
Beres.
Database bersih dan plugin tidak memberatkan.
Yang diperlukan hanyalah kemauan saja.
Nah, buat Anda yang menggunakan paltform WP Self Hosted, jangan ragu-ragu kalau memang mau melakukan perubahan pada draft tulisan. Hal itu tetap penting untuk memastikan tulisannya enak dibaca. Jangan takut melakukan revisi karena bisa memperlama loading. Lakukan saja.
Setelah itu, yang pasti jangan lupa. Nyalakan plugin WP Optimizer (atau yang lain) dan kemudian bersihkan sisa hasil revisi. Toh tidak berguna lagi. Ataupun kalau memang terlalu malas, jadwalkan saja setiap tanggal 1 tiap bulan untuk bersih-bersih database.
Kalau sebulan sekali saja males, ya ampun dah.